Chapter 14 : Ashes of the Heroes

21 11 1
                                    


Apalah arti seorang Raja? Pria yang dengan otoritas tertinggi yang duduk dikursi takhtanya? Apakah seorang Pangerang yang menggantikan Raja pendahulunya? Atau sekedar gelar yang diberikan pada siapa saja?

Banyak orang berpendapat jika seorang Raja adalah seseorang yang mengangkat senjatanya lebih dulu. Sebagian lagi mengatakan jika Raja adalah seseorang yang memimpin rakyatnya menuju masa depan yang lebih cerah. Atau banyak yang mengatakan jika Raja adalah orang yang mampu berdiri melawan segala rintangan. Tapi tidak sedikit orang yang mengatakan jika Raja adalah sosok yang memiliki keberanian setara ribuan orang.

Dalam kisahnya, Raja Willhelmia kedelapan belas mampu membalaskan dendamnya yang sudah terkubur dalam selama bertahun-tahun. Ia merasa puas ketika melihat sebuah mahkota bersujud dikakinya. Memohon ampunan. Inikah yang disebut seorang Raja?

Raja Tiran mencuri. Raja gila menghancurkan. Raja sejati dihormati rakyatnya, Kerajaan dan dirinya sendiri. Bahkan sampai hari ia mati berdiri dan tubuhnya jatuh ketanah. Dan jiwanya melayang pergi. Tetapi kehormatannya tidak akan pernah mati.

Kini Adam memegang takduk kekuasaan yang begitu besar. Dalam genggaman tangannya terkandung keselamatan suatu kaum. Ucapan yang keluar dari bibirnya bisa kapan saja menghancurkan negeri seseorang. Tanggung jawab ini begitu berat ia pikul.

Tangannya menyibak sebuah kain putih yang menutupi lukisan kedua orangtuanya. Tersenyum bangga dibalut baju mewah kebangsawanannya. Jika ia menjadi sosok ayahnya, mungkin sekarang tidak akan ragu untuk membunuh sang musuh. Kedua mata birunya menatap kedua figur itu.

Suara sorakan terdengar begitu bising ditelinganya. Ia berbalik, kakinya berjalan kesumber suara. Melihat puluhan ribu rakyatnya yang memenuhi area istana. Bersorak gembira atas kemenangan perang. Ia tersenyum ketika melihat wajah-wajah bahagia dibawah sana.

"Anda tidak pergi menyambut rakyat? Rayakanlah kemenangan bersama mereka Yang Mulia." Seorang pria tampan datang dengan wajah lelahnya.

Sang Raja tersenyum, "Trevor. Terima kasih telah membantuku. Aku berhutang budi padamu." Jawabnya pelan. Trevor hanya tersenyum lembut. Sambil terdiam, menyibak sebuah gorden tipis untuk melihat keadaan dibawah sana.

"Saya akan terus mengabdi dengan anda dan Kerajaan sampai akhir hayat saya."

Ackerley muncul sambil tersenyum. "Rakyat sudah menunggu anda, Yang Mulia."

"Apalah arti seorang pria yang dapat dikelilingi dengan pasukan yang hebat. Dengan baju zirah terkuat yang pernah ditempa. Tetapi ketika aku mengambilnya. Apa yang tersisa? Tidak ada. Itulah yang terjadi dengan Anderson." Ucapnya pelan.

"Apa yang terjadi Yang Mulia?"

"Entahlah. Aku... tidak terlalu paham." Ia kembali dengan tatapan melankolisnya. Sambil memperhatikan sebuah cincin emas dijari telunjuknya.

Tak sangka kedua abdi Kerajaannya menyadari hal itu. Mereka bertanya tapi Sang Raja hanya terdiam.

"Apakah anda baik-baik saja?" tanya Trevor cemas.

Masih ada rasa yang mengganjal dalam hati Adam. Walau dendam sudah ia balaskan. Bukankah harusnya ia merasa bahagia sekarang. langit Willhelmia begitu cerah pagi itu, suara alunan musih dari bawah sayup-sayup terdengar menyenangkan, semilir angin berhembus ringan menerbangkan gorden dikamar Sang Raja.

Semua kesedihan dan ketakutan yang terjadi kemarin seolah sinar begitu. Semua luka dan kepedihan menjadi sembuh. Semua rakyat Willhelmia bahu membahu membantu para prajurit yang terluka. Mengangkut mayat-mayat mereka dan menguburnya ditempat yang layak. Penuh penghormatan. Yang mana gelar pahlawan sudah menyambut mereka.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang