Bab 25: Revenge

7.7K 962 35
                                    

Caelus menyelesaikan goresan terakhirnya dengan waktu 12 menit 35 detik. Calla bahkan membelalak tak percaya melihat pacarnya itu. Padahal Caelus tak pernah terlihat belajar, bagaimana ia bisa mengerjakan soal ini dengan cepat.

"Tunggu, tunggu! Ini kan belum tentu bener semua!" Calla protes.

"Pasti bener!"

"Dih!"

Sion berdiri dari sofanya sambil berjalan ke arah pasangan baru tersebut. Cowok itu menatap kertas soal dan jawaban bersamaan. "Sini gue yang koreksi." Cowok itu berkata. "Sepuluh menit juga kelar ini, mah."

"Gaya lo, Bos!" ejek Caelus pada sahabatnya itu.

"Lo lupa kalo gue jebloknya di Biologi?" ucap Sion kesal sambil mengambil pulpen. Tak berapa lama, ia sudah terdiam dan terlarut dalam soal matematika tersebut.

Calla dan Caelus saling berpandangan menungguin hasil Sion yang masih menghitung. Cowok itu terlihat khusuk bak berdoa.

"Gimana, Yon?" tanya Calla cemas.

"Bener semua nih."

"Yes!" pekik Caelus senang. Ia menatap Calla dengan jahil. "Nanti ya, Sayang. Gue pasti minta hadiahnya."

Calla mendesis kesal. Sudah ada seribu satu kemungkinan permintaan Caelus di kepalanya. Dari yang lurus sampai yang belok-belok. Caelus memang nggak bisa ditebak.

"Lo makin terpesona sama gue, ya?" ledek Caelus sambil mencubit pipi Calla pelan.

"Haduh! Ini anak!" Calla menepis Caelus sambil menatap kertas dan tulisan Caelus yang benar-benar rapi. "Gue masih nggak ngerti sama kemampuan otak lo, Cael."

Caelus tersenyum tipis. "Belajar itu di sekolah, di rumah ya main, Calla sayang." Ia mencubit pipi Calla gemas.

"Ck!" Calla melanjutkan belajarnya. "Inget ya, Cael. Kita masih ada taruhan ujian, kalo lo inget."

"Iya, gue inget. Gue harus ngabulin permintaan lo, kan?" Caelus tersenyum iseng. "Biarpun sebenernya, tanpa taruhan itu, gue pasti bakalan ngabulin semua permintaan lo sih."

Calla mesem-mesem jahil. "Kalo minta putus?"

"Kecuali itu!" Caelus buru-buru menghardik."Emangnya lo mau putus dari gue?"

"Ya, nggak sih," jawab Calla jujur.

"Calla, Calla, lo tuh lucu, gue jadi makin sayang."

"Gombal!"

"Dih!" tanggap Caelus. Cowok itu berdiri lalu mengecup puncak kepala Calla pelan. "Ngomong-ngomong, malem ini, gue tanding pertama." Cowok itu berjalan ke arah sofa usang satu lagi di sebelah Sion.

Kalimat itu membuat Calla berbalik. Menatap wajah Caelus dengan pandangan terkejut. "Tapi besok kan, ujian?"

"Ya, terus?" Caelus berkata dengan ringan.

"Terus lo nggak belajar?" Calla mengerenyit.

"Lo nggak ngeliat kemampuan gue?" Caelus berkata sombong. "All will be fine, my dear. Lo akan tetep kalah!"

"Ih! Sombong!"

"I'm telling the truth." Cowok itu mengangkat bahu. "Gue akan sangat baik-baik saja."

Cewek itu terdiam sejenak memandangi kertas-kertasnya. "But, are you gonna be okay?"

"Uhum?"

"Maksudnya, balapan itu kan, cukup bahaya," ucap Calla sambil menggigit bibir bawah cemas. "Kalo lo kenapa-kenapa gimana?"

"Gue nggak akan kenapa-kenapa, Calla. Lo kuatir banget deh?" Caelus terkekeh. "Gue udah balapan setahun."

Calla memijit batang hidungnya tepat di saat pintu gudang kecil itu terbuka. Tiga pasang kaki masuk ke dalam ruangan tersebut. Zoey, Shawn dan satu perempuan berwajah kecil yang amat imut bagai boneka.

CALLA CAELUS [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang