Bab 29: Aneh (2)

6.9K 896 44
                                    

Mau nya sih up satu-satu, tapi ganjel banget kalo up nya nggak komplit satu arc gitu.

===

"Ini pertama kalinya gue main ke rumah lo, nggak sih?" Caelus tersenyum senang. Ia menatap jalanan dengan wajah sumringah.

Calla hanya mengangguk pelan. Sedari tadi, ia menghembuskan napas terus menerus ketika duduk di sebelah Caelus. Ia menatap cowok itu dengan takut-takut. Beberapa kali ia melirik-lirik bodoh namun membuang muka lagi. Jalanan yang tampak tak begitu ramai siang ini semakin membuat Calla gelisah. Ia berkali-kali memain-mainkan kuku-kukunya.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Caelus cepat.

"Nggak." Calla memalingkan wajah panik.

Balik lagi deh si Caelus ke mode tukang terawangnya. Calla mendecakan lidah. Kayaknya Caelus bener-bener sudah kembali bersekutu bersama setan, deh.

"Calla, gue tau loh, lo mau ngomong sesuatu, kan?" Caelus berucap dengan serius. Gerak-gerik Calla terlalu terbaca.

"Semalem, berapa pertandingan?" tanya Calla cepat.

Caelus menengok bingung. "Dua," ucapnya cepat. Ia menatap Calla lagi sebentar. Menyadari gerak-gerik Calla yang masih gelisah, Caelus berdecak pelan. "Lo bukan mau nanyain itu, kan?"

Sial! Calla mengigigit bibirnya. Caelus memang nggak gampang dibohongi.

"Ada apa, Calla?" tanya Caelus lagi. "Lo tau kan, lo bisa nanya apapun sama gue."

Calla menggeleng. Ia bingung harus memulai pertanyaannya dari sebelah mana.

"Calla," panggil Caelus lembut. "Ayolah, ada apa?"

Cewek itu menarik napas. Mencoba mengumpulkan ketenangan sebisanya.

"Lo janji nggak akan marah?"

"Kalo lo minta ijin selingkuh ya, gue marah." Caelus berkelakar. "Ada apa sih?" Ia menautkan alis.

"Kesha, mantan lo? Berapa lama?" Kalimat itu akhirnya terucap dengan nada getir terselip di setiap katanya.

Caelus menengok kaget. Ia tak percaya, Calla akan membawa topik permantanan hari ini. Cowok itu melirik sebentar sebelum menjawab. "Clou, bukan mantan." Ia menjawab cepat. "Empat sampai lima bulan, paling lama. Sekitar segitu. Why?"

Calla menggeleng cepat. Lagi-lagi, ia menatap ke arah jendela yang terlihat seolah lebih menarik.

"Lo cemburu?" tanya Caelus tiba-tiba.

"Nggak," tukas Calla cepat tanpa memalingkan wajah.

Ada dengusan pelan terdengar dari Caelus. "Lo nggak bisa bohong, Calla." Cowok itu terkekeh pelan.

Calla meniup poninya sendiri. Ia cemburu. Sangat cemburu. Padahal Caelus sekarang berada di sisinya. Padahal Caelus adalah pacarnya. Ah, perasaan macam apa ini? Kenapa rasanya, semua ini tak bisa dicerna dengan akal sehat? Perasaan dan emosi negatif ini tidak seharusnya ada, kan? Kenapa jadi terkesan seperti anak kecil begini?

"Wajar kok kalo cemburu."

Pernyataan Caelus membuat Calla terlonjak.

"Daripada cemburu, itu namanya teritorial." Caelus berkata lagi.

"Uhum?" Kening Calla berkerut saat Caelus mengucapkan padanan kata yang terlalu asing.

"Cemburu artinya menginginkan barang milik orang lain. Teritorial artinya melindungi barang yang dimiliki oleh diri sendiri," jelas Caelus. "Apa yang lo rasain sekarang, namanya teritorial. Bukan cemburu. And I really appreciate that, a lot."

CALLA CAELUS [REPUBLISH]Where stories live. Discover now