35.FÜNFUNDDREIßIG

377 45 97
                                    

Hidup memang seperti air yang mengalir di sungai,
tapi bukan berarti terus menerus diam mengikuti arusnya.

Terkadang,
kita harus berani mengambil arus yang berbeda agar dapat mengetahui potensi lain pada diri sendiri.

Ambil lah langkah,
karena setiap impian patut diperjuangkan dengan layak.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Kedua kelopak mata Luna perlahan terbuka. Matanya menerjab menyesuaikan cahaya matahari yang mengintip malu-malu, masuk menembus kaca jendela transparan.

Sejak kapan tirai jendelanya dibuka?

Luna meregangkan badannya lalu duduk, wajah Luna masih menunjukkan bahwa ia masih mengantuk. Senyum kecil terbit dari bibir ranumnya saat kembali mengingat tentang kejadian tadi malam, ketika El bernyanyi untuknya dan membuat Luna tertidur.

Berkat El, Luna tidak bermimpi buruk malam itu. Untuk pertama kalinya Luna melewati malam dengan tidur yang nyenyak.

Diliriknya jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Hari ini gue ada janji mau ke tempat El, ya. Baru inget.

Luna merangkak menuju tepi tempat tidur kemudian turun dengan langkah gontai sambil menutup mulutnya yang beberapa kali menguap.

Gadis itu bercermin sebentar menatap rambutnya yang acak-acakan dan mengembang seperti singa serta wajah yang sedikit membengkak.

Untung enggak ileran.

Luna menyisir rambut ke belakang sesaat lalu kembali melangkah menuju ke luar kamar.

Saat berjalan ke ruang tamu, ia mendapati Bryan yang tengah tidur di karpet berbulu di depan TV dengan tangan kanan sebagai bantal untuk kepalanya.

Pakaiannya masih tetap sama seperti saat ia pergi.

"Dasar jorok, bukannya ganti baju dulu malah langsung tidur. Manaan tidur di karpet pula." Luna ngedumel pelan kemudian kembali ke kamar untuk mengambil bantal serta selimut.

Setelahnya, Luna menyelimuti Bryan dan sedikit mengangkat kepala laki-laki itu, menyingkirkan tangannya kemudian menaruh bantal di sana.

Baru saja Luna ingin berdiri, tangannya digapai oleh Bryan.

"Good morning," sapa Bryan dengan suara serak khas bangun tidur, matanya masih terpejam rapat.

Luna melepaskan pegangan tangan Bryan pada pergelangan tangannya secara halus. "Iya, pagi juga."

Namun Bryan kembali memegang lengan Luna, kali ini matanya terbuka seraya menerjab kemudian menatap Luna.

"Lun, hari ini lo mau ke mana? Jogging, yuk!"

Bibir Luna menipis, merasa tidak enak kepada Bryan karena ia sudah lebih dulu janji ke El. "Gue emang mau jogging, tapi sendirian. Soalnya sehabis jogging gue mau pergi ke rumah temen."

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang