Chapter 35: Awal 2013

428 36 7
                                    

2013

Tiga tahun berselang sejak aku menginjakkan kaki di kota Semarang mengadu nasib sebagai buruh. Tak menyangka aku bisa bertahan sampai tiga tahun setelah di awal berkeluh kesah ingin mengundurkan diri. Tak menyangka kekuatan butuh duit itu luar biasa. The power of kepepet.

Sebenarnya bukan hanya karena kepepet sih. Tapi karena kami sudah merasa nyaman dengan lingkungan ini. Di sini aku memiliki teman kos yang asyik. Hari-hari kami lalui nyaris tanpa konflik. Meskipun kami hanya bisa bertemu saat malam dan pagi sebelum berangkat (aku sering masuk saat akhir pekan), kami tetap bisa meluangkan waktu untuk bercanda, saling curhat dan berkeluh kesah. Pemilik kos yang kami tempati sangat ngemong. Mereka sudah seperti orangtua kami di sini. Sehingga tiga tahun kami di sini, tak ada niat untuk pindah kos seperti teman-teman pabrik kami. Rekan di kantor, mereka sangat baik. Meski kadang suka ngeledekin dan bikin hati ciut tapi mereka tak pernah serius. Mereka sering menyemangatiku saat aku down. OB, cleaning servis, satpam, aku kenal mereka. Dan mereka termasuk orang-orang baik. Boss galak? Mungkin dia satu-satunya orang yang sering membuatku ingin pergi namun sikap menyebalkannya kadang-kadang berubah hangat. Tak jarang dia membuatku tersipu karena perlakuannya yang penuh perhatian.

Untuk orang di luar kantor, mungkin Mas Fandy adalah orang terbaik yang pernah kukenal. Dia bersikap baik pada siapapun sehingga membuat semua orang nyaman dengannya. Dia sering menyambangi kos kami saat akhir pekan karena dia sekarang sudah kerja di perusahaan yang bergerak di bidang real estate.

Carrolina, aktris paling antagonis dalam hidupku, tak pernah kupusingkan. Aku jarang bertemu dengannya dan aku sekarang selalu bisa membuatnya merasa membutuhkanku. Bagaimana bisa? Tentu saja karena aku punya info tergress soal si boss.

Bukan, ya... Bukan aku membeberkan rahasia si boss atau mengumbar kehidupan pribadinya. Aku tahu lah mana yang boleh kukatakan dan mana yang harus kurahasiakan.

Itu sekelumit kisahku selama tiga tahun terakhir. Lalu bagaimana dengan keempat teman kosku? Mereka masih lengkap kok. Alasan mereka sama sepertiku. Ditambah mereka sudah jadi karyawan tetap. Sayang kalau pindah, bisa diulang dari nol. Mereka hanya pindah bagian, seperti Ratna dan Fida yang jadi QC, Bella jadi QA, Netta jadi leader bagian cutting. Hebat ya teman-temanku.

Ratna akhir tahun ini berencana menikah sehingga sah saja kalau dia keluar. Tapi tidak. Justru Doni, calon suaminya yang dulu merantau ke Jakarta, sekarang pindah ke kota yang sama dengan kami. Dia bekerja di pabrik roti.

Ada satu alasan lain yang membuat kami berpikir ulang sebelum resign. Lebaran tahun 2012 atau tahun lalu, saat kami bersiap mudik kami mendapat satu dus sembako untuk masing-masing dari Pak Adit. Dia bahkan mengantarkan sendiri ke kos kami. Katanya sih, THR. Tapi kami sudah menerima THR sebesar gaji sebulan. Pak kos juga kebagian, katanya sih titipan dari kakek. Kami tidak serta merta percaya. Kami mencari info dari teman-teman yang lain dan mereka tak pernah mendapatkan seperti yang kami dapatkan. Kesimpulannya, udahlah jangan mikir macam-macam. Itu namanya rejeki anak sholeh. Hehehe...

*****

Akhir pekan ketiga bulan Februari, aku bisa libur dan berkumpul bareng teman se kos. Mereka kebetulan tak punya acara. Si Ratna yang semenjak pacarnya pindah ke sini selalu keluar tiap Minggu, hari ini ada di kos. Namanya juga minggu ketiga, dompet sudah mulai menipis bos. Hihihi. Mending ngirit sejak sekarang daripada nanti puasa atau ngutang di akhir bulan.

Kami berencana memijam dapur plus peralatan masak ibu kos. Kami akan masak bareng. Ibu kos yang hobi masak, mengizinkan kami memakai dapur beserta isinya. Beliau bahkan mempersilakan kami mengambil bahan-bahan dari kulkas. Namun kami tahu dirilah. Masa iya meminjam dapur plus isinya plus mengambil bahan mentahnya. Itu sih namanya menjarah.

the King of MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang