Chapter 52: Fandy's Secret

420 33 8
                                    

Sehari sebelum peresmian

Pembangunan sekolah sudah selesai. Besok adalah hari peresmian gedung baru. Fandy sudah melakukan segalanya dengan sangat baik. Dia memang tak suka setengah-setengah kalau bekerja.

Fandy baru saja selesai mengajar kelas seni untuk anak-anak yang diampu Fadilla. Gadis itu memang pernah minta tolong padanya untuk mengajar seni karena gadis itu buta seni. Dia sendiri tertawa jika membayangkan cerita Fadilla tentang masa lalunya yang selalu mengacaukan pelajaran seninya. Tentang suaranya yang sumbang saat menyanyi, tentang kreativitasnya yang buruk saat menggambar, bahkan kerancuan bahasa saat membuat puisi.

"Mas Fandy?" Panggil Fadilla, "Sudah selesai?"

"Sudah. Anak-anak sudah pulang." Jawab Fandy. Ia kemudian berdiri menanti Fadilla yang datang menghampirinya. Lalu keduanya berjalan beriringan dari rumah Pak Kadus menuju rumah Pak Hidayat. Mereka memang belajarnya numpang di rumah Pak Kadus dan begitu selesai, biasanya para guru akan berkumpul di rumah Pak Hidayat untuk absen siang.

"Mas Fandy besok balik bareng Pak Adit?"

"Ngga. Aku sih, santai orangnya. Mungkin nanti setelah kamu penarikan."

"Betah di sini Mas?"

"Betah. Enak di sini. Jauh dari keramaian."

"Tapi sulit dapat informasi terupdate. Kita seperti terisolir dari dunia luar."

"Tapi menyenangkan juga. Kita seperti sedang terapi dari kecanduan gadget. Cocok untuk kita menenangkan diri dari hiruk pikuk dunia luar."

Fadilla tersenyum. Mereka memasuki halaman rumah Pak Hidayat yang luas. Di ruang depan sudah ada Pak Hidayat, Ahmad dan Evan. Yang lain belum kembali dari mengajar.

Fandy mencuri pandang pada gadis yang berjalan di sampingnya. Ia ikut tersenyum. Fadilla di mata Fandy adalah orang yang berbeda dari kebanyakan gadis. Apalagi sekarang ia berjilbab. Aura cantiknya semakin menguar.

Fandy yakin Fadilla pasti masih penasaran tentang pertemuan pertama mereka dulu di toko buku. Fadilla dengan otak penuh rasionalitasnya selalu berpikir aneh, seorang laki-laki tak dikenal memberinya buku secara cuma-cuma. Fadilla yang merasa baru pertama kali bertemu Fandy pasti menganggap Fandy orang yang tak normal. Sayang sekali Fadilla memiliki ingatan yang buruk.

Setahun sebelum pertemuan mereka di toko buku, Fandy liburan ke Yogyakarta bersama teman-temannya. Mereka mengunjungi pantai di sepanjang Gunung Kidul. Pada saat yang bersamaan, terdapat rombongan karyawisata dari sebuah SMK yang mayoritas muridnya perempuan.

Ketika sedang asyik bermain air, tanpa sengaja Fandy menjatuhkan handphonenya di pasir tepi pantai. Lalu ada salah satu gadis yang merupakan salah satu rombongan murid SMK itu yang menemukan dan mengembalikannya. Fandy tak sempat mengucapkan terima kasih atau memberikan imbalan untuknya karena gadis itu buru-buru pergi ditarik temannya. Gadis itu adalah Fadilla.

Saat di toko buku, Fandy sebenarnya tak yakin dengan penglihatannya. Namun setelah ia melihat Fida yang bersamanya, ia menjadi yakin. Fida adalah teman yang menarik Fadilla pergi waktu di pantai dulu. Sayang baik Fadilla maupun Fida tak mengenalinya. Ia ingin berterima kasih sehingga membelikan Fadilla buku yang bagus. Ia senang karena ternyata Fadilla juga penggemar buku seperti dirinya.

Fandy ingin mengucapkan terima kasih secara langsung, untuk itu ia mengundang Fadilla untuk bertemu lagi di toko yang sama. Sayangnya Fadilla tidak datang. Padahal ia sudah menunggu berjam-jam di sana.

Awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun pada Fadilla. Keinginannya bertemu hanya sebatas rasa terima kasih. Namun siapa sangka ternyata gadis itu bekerja di perusahaan kakeknya yang tengah dikelola kakaknya. Selain itu, gadis itu tinggal di kos yang tak jauh dari rumahnya. Seiring berjalannya waktu, saling mengenal satu sama lain, Fandy merasa nyaman dengan gadis itu.  Gadis itu apa adanya dan tidak ada niat melalukan pendekatan secara masif padanya seperti gadis lain yang pernah ia temui.

the King of MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang