03 || Nasehat Bunda

21 20 2
                                    

Hari nampak sudah pagi, sinar matahari sudah memasuki celah jendela Adiba. Seperti biasa minggu paginya ia habiskan waktunya untuk keluar.

Sengaja ia bangun lebih awal dari pada biasanya untuk menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaan rumah, setelah itu baru pergi bersama Adnan.

Beberapa kali Adiba mencoba memeriksa barang apa yang tertinggal dan baru tersadar jika barang itu ada di tas sekolah.

'Terbuka?' Heran Adiba dengan kondisi tas yang sudah terbuka dan beberapa barang sudah ada di meja tersebut. Yang ia khawatirkan bukan barang yang akan hilang, tetapi ia sekilas melihat beberapa barang yang sepertinya bukan miliknya, tapi anehnya sudah berada di depan tas itu.

Dengan cepat Adiba menata kembali dan memasukkan barang-barang itu dengan harapan Bunda Haliza tidak melihatnya.

"Mau kemana Adiba?" Dari depan terdapat seseorang yang menanyainya sembari memegang sapu sehabis membersihkan depan rumah tadi.

"A-Adiba mau pergi sama temen Bunda." Untuk kesekian kalinya Adiba membohongi bunda Haliza, mulut bisa berbohong tapi sebagai orang tua pasti paham dengan gerak-gerik anaknya yang nampak sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Pasti Adnan ya?" Seketika Adiba menghentikan langkahnya yang hendak mengambil beberapa barang yang berserakan itu setelah mendengar nama Adnan.

Adiba tak kunjung menjawab, membuat bunda Haliza yakin pasti ada sesuatu yang sengaja Adiba tutup-tutupi darinya.

'Bagaimana bisa bunda tau kalau aku mau pergi sama Adnan?' batinnya yang nampak terheran-heran karena ia tidak pernah memberi tahu bunda Haliza setiap hendak pergi di setiap hari Minggu.

"Adiba, kamu baik-baik saja kan sayang?" Haliza menepuk pelan pipi Adiba yang nampak sedang memikirkan sesuatu.

"I-iya bunda Adiba baik-baik saja," jawabnya dengan senyuman agar nampak baik-baik saja.

Tak lama kemudian terdengar suara klakson berbunyi di depan rumah Adiba. Adiba yang sudah begitu jelas nampak Adnan yang sedang menunggu di depan sana tampak khawatir mengingat bundanya masih ada di dekatnya. 'Aduh, Adnan kenapa kamu malah nunggu di situ engga di tempat biasanya.'

Dengan cepat Adiba mencoba mengirimkan pesan kepada Adnan agar segera pergi dari depan rumahnya dan menunggu di tempat biasanya Adnan bertemu Adiba.

Adiba: Assalamu'alaikum

Adnan: Waalaikumsalam, Adiba ini aku udah ada di depan rumah kamu.

Adiba: Adnan, mending kamu tunggu di tempat biasanya aja oke? Nanti takut ketahuan bunda.

Adnan: Siap ibu negara!

Adiba: Adnan kok masih di situ?

Adnan: Ini engga tau kenapa motor aku engga bisa jalan Adiba.


Setelah mendapat pesan terakhir Adnan, Adiba nampak begitu khawatir dan bunds Haliza yang tadinya ada di dekatnya seketika sudah tidak ada.

"Bunda? Bunda kemana?" Betapa terkejut dirinya melihat Bunda Haliza sudah berada di depan rumah menghampiri Adnan. Adiba hanya mampu melihat dari balik jendela mencoba mendengar pembicaraan meraka, tapi nihil tak terdengar sedikit pun pembicaraan yang mereka bahas iiti.

Adnan nampak sudah tidak ada di sana, perasaan Adiba begitu tidak enak melihat bunda Haliza yang sebentar lagi akan masuk dan Adiba takut jika bunda Haliza akan marah.

'Rasain lo Adiba, makanya jangan main-main sama gue. Gue yakin setelah ini pasti lo bakal jauh dari Adnan dan itulah kesempatan gue buat rebut Adnan dari lo!' Tawa smirk melihat pemandangan pagi ini bagi dirinya. Setelah melihat kejadian itu, ia langsung pergi mencari keberadaan Adnan karena ia tahu di situasi inilah waktunya ia mengambil hati Adnan walaupun itu nampak mustahil.

Takdir Cinta Adiba [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang