Part 34

917 45 25
                                    

Happy reading 😙

*
*
*

"Menjadi diam bukan berarti bodoh, hanya menunggu saat yang tepat untuk bicara"

~Genandra Aaron Davie~

⊂(・▽・⊂)

"Thanks ya buat hari ini!" Saffira membereskan alat tulis yang berceceran hingga ke lantai.

"Btw, lo tuh cocok banget jadi guru. Cara lo ngejelasin gampang dipahami dan gak berbelit-belit." Lanjutnya.

Genandra hanya tersenyum tipis. Senyumnya bahkan tak sampai ke mata. Dia tak berniat menimpali ocehan Saffira. Bukan tidak mau menanggapi, hanya saja dia bingung harus memberi respon yang bagaimana. Jadi lebih baik diam saja.

"Lain kali sabi dong ajarin gue lagi? Eh, atau lo jadi guru private gue aja, gimana? Mau kan? Mau dong pastinya! Sama temen gak boleh nolak, apalagi temennya itu gue. Gue tuh syaantik, lucu, cetar seperti bulu mata princess Syahrini…" Ucapnya sambil menirukan gaya Syahrini. "Ah, seperti ituh!"

"Terus nih ya, kalo sewa guru les private kan mahal, buang-buang duit, cari yang sefrekuensi sama gue juga gak gampang. Mending memanfaatkan kepintaran temen. Lebih efisien, sefrekuensi, dan yang paling penting gratis." Cerocos Saffira tanpa membiarkan lawan bicaranya menjawab pertanyaannya.

Genandra tercengang, "buset. Satu-satu aja kali nanyanya. Lagian lo sebenernya ngajuin pertanyaan ke gue apa buat sosok misterius di antara kita? Atau buat diri lo sendiri? Nanya sendiri jawab sendiri. Ck, makin aneh lo setelah balik dari Sidney. Jangan sampai temen-temen gue makin gak waras setelah ada lo!" Gerutu cowok itu sambil berkacak pinggang.

"Bisa-bisa makin stress gue kalo circle gue gak ada yang bener kek gini!" Tambah Genandra.

"Ihh… Lo kok gitu sih, Ge sama gue? Ganteng, tapi mulutnya lemes. Untung gue sayang." Saffira menggunakan suara lirih di akhir kalimatnya.

"Tahu kok. Gue juga sayang sama lo! Udah sana lo pulang!" Genandra memasukkan beberapa buku ke dalam tas Saffira. Kemudian menyerahkannya, "nih!"

"Lo ngusir gue? Gak ada iktikad buat nganterin gue gitu?"

Dengan malas, Genandra memutar bola matanya. "Gak ada! Lo kan bawa mobil!"

"Gue cewek lo, Ge." Pancing Saffira. Berharap sosok di depannya peka.

"Yang bilang lo cowok siapa, Maimunah?"

Saffira menggaruk tengkuknya, "ga ada sih." Gadis itu nampak berpikir keras. Hal tersebut terbukti dari gerak-geriknya ditambah ia yang memainkan jari-jarinya. Persis seperti orang kebingungan.

"Yaa, tapi gue cewek lo, Ge!" Ulangnya.

"Terus?" Sepertinya Genandra mulai bosan.

"Ck! Lo harusnya nganterin gue balik dong!" Kesal Saffira.

"Harus banget ya? Wajib gitu? Gak kan!" Genandra bersiap berbalik memasuki rumah, tetapi dicegah Saffira.

"Ini udah malam loh! Ah, iya udah malam, udah jam 9 malam. Lo gak kasihan sama gue? Gue ini seorang cewek. Dan seorang cewek gak baik pulang malam sendiri." Saffira masih berusaha membujuk Genandra.

"Lagian gue kan gak nyuruh lo ke sini tadi. Lo sendiri yang mau, harusnya lo juga bisa balik sendiri. Atau, lo kan bisa suruh sopir lo ke sini. Udah, se simpel itu." Lontar Genandra. Pasalnya dia benar-benar capek dan ingin segera tidur. Kasur empuk sudah menantinya sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CONFIDENCEWhere stories live. Discover now