54. BEFORE YOU GO

506 65 2
                                    

"Gue jahat dan lo berengsek. Hanya dua hal itu yang menujukan kalau kita Saudara."

Gabriel Leno Abraham

~~~

Mungkin untuk sebagian wanita, mengunjugi rumah mertuanya adalah hal yang sangat mengerikan, jika bisa menghindar, ingin rasanya melakukan itu.

Tetapi rasanya hal itu tidak berlaku untuk Arabella, bertemu dengan mertuanya sama halnya bertemu dengan orangtuanya sendiri, sangat membahagiakan.

Saat baru saja masuk ke rumah keluarga Hilal, Arabella sudah dapat melihat Jika Ghina Ibu dari Suaminya sedang duduk di sofa ruang keluarga. Semakin mendekat setelah mengucap salam, ternyata Hilal juga berada tidak jauh dari sana.

Laki-laki itu masih menggunakan celemek sambil mencuci piring saat menyapa Arabella dengan senyum manis khas miliknya.

"Mama." Panggil Arabella. Arabella memeluk Ghina cukup erat setelah selesai mencium tangan wanita itu.

"Mama, nggak apa-apa kan? Nggak harus dibawa ke Rumah sakit?" Tanya Arabella.

Ghina menggeleng pelan setelah pelukan mereka terlepas, tangan kanannya mengusap pipi tirus Arabella sayang.

"Mama baik-baik aja, kamu jangan khawatir kayak gini." Balas Ghina.

Hilal datang dari arah dapur setelah menyelesaikan cucian piringnya. Laki-laki itu membawa nampan yang berisi dua gelas susu dan satu gelas kopi.

"Udah sarapan?" Tanya Hilal setelah menaruh nampan di atas meja.

Mendegar suara Hilal, Arabella pun kembali berdiri dari jongkoknya. Mencium tangan kanan Hilal sudah menjadi rutinitas hari-harinya setelah menikah. Dilihat dari wajahnya, Arabella pikir Hilal juga menyukai hal itu, laki-laki itu sepertinya merasa sangat dihargai.

Hilal membalas mencium pelan kening Arabella. Hal itu tidak luput dari perhatian Ghina yang tidak hentinya tersenyum, maklum namanya juga penganti baru, setidaknya mereka belum satu tahun menikah.

"Udah, sebelum ke sini tadi." Jawabnya.

Hilal mengangguk kecil, lalu menuntun Arabella untuk duduk di samping Mamanya dan ia duduk di sofa yang lain.

"Dianterin Papa?" Tanya Hilal sambil mengambil cangkir kopi.

"Iya, katanya belum bisa jenguk Mama. Mungkin nanti sore baru bisa ke sini sama Mama."

"Nggak perlu repot-repot dipaksain ke sini. Cuma terkilir aja kok kakinya." Respon Ghina cepat.

"Nggak repot kok, Ma." Balas Arabella.

Melarang pun rasanya tidak sopan, tapi kondisinya memang tidak seburuk itu sehingga semua orang harus sekhawatir ini.

"Raden." Ghina memanggil anak itu yang sedang menium kopi buatannya sendiri.

"Udah berapa kali kamu minum kopi?" Tanya Ghina. Seingatnya tadi pagi saat sarapan, Hilal sudah minun kopi bersama Papa dan kedua Kakaknya, dan sekarang sudah minum kopi lagi.

Tapi sebenarnya tanpa wanita itu tahu, Hilal sudah menghabiskan empat cangkir kopi hari ini, pertama dini hari tadi, kedua saat masak, ketiga waktu mereka sedang sarapan dan keempat sekarang ini.

"Kamu kalau ngantuk ya tidur, Nak." Ujar Ghina.

Tidak seperti ini caranya jika ingin tetap terjaga, tubuhnya pasti harus membutuhkan istirahat. Mungkin saja Hilal sudah tidur walau hanya sebentar tadi, tetapi setelah itu anak tersebut sudah melakukan banyak kegiatan pagi ini. Dia tidak terbiasa seperti ini meskipun bisa, tubuhnya pasti terkejut.

HILALWhere stories live. Discover now