30

541 46 9
                                    

Earth berjalan menghampiri mobilnya dengan lesu. Fikirannya benar-benar sedang kacau. Apalagi kalau bukan karena cinta. Tepatnya karena Mix, si Semesta perengkuh Bumi itu. Sebenarnya Mix hanyalah pria biasa, hanya saja cinta membuat Mix tak biasa di mata Earth.

"Bumi!"

Earth berdecak malas ketika melihat Janhae berjalan ke arahnya.

"Sialan. Berhenti memanggil saya seperti itu."

"Kau kasar sekali."

"Katakan apa yang kamu mau. Saya harus pergi."

"Kapan kamu akan menikahi ku?"

"Dalam mimpimu." Jawab Earth sarkas.

"Hey, kau harus bertanggung jawab. Aku mengandung anakmu."

"PERSETAN DENGAN TANGGUNG JAWAB. KAU YANG MENJEBAK SAYA  MALAM ITU."

"Oh ayolah, bahkan kamu juga menikmati nya bukan?"

"BERHENTI BICARA OMONG KOSONG. BUKAN KAH KAMU TAHU BAHWA SAYA BERADA DALAM PENGARUH OBAT YANG KAMU BERIKAN WAKTU ITU."

"Dengar Earth! Aku tidak perduli apa dan kenapa kita melakukan itu. Yang jelas kita sudah melakukan nya. Dan sekarang aku sudah mengandung anakmu."

"Kamu fikir saya bodoh? Kita melakukan itu sudah cukup lama bahkan sebelum saya bertemu dengan Semesta. Lalu kenapa kau baru mengandung sekarang."

Earth dapat melihat gelagat Janhae yang terlihat gugup. Dan itu cukup untuk membuat Earth semakin yakin bahwa Janhae sudah berbohong.

"Sekarang menyingkirlah. Saya harus mencari Semesta. Dan dengar, saya tidak akan tinggal diam. Kebenaran akan segera terungkap." Earth mendorong Janhae kasar, kemudian memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan Janhae yang masih mematung menahan amarahnya.

.

.

.

Sudah cukup lama Mix mematikan ponselnya. Dia menutup diri dari kehidupan dan aktifitas luar selama beberapa hari terakhir ini. Yang ia lakukan hanyalah menulis, menulis, dan menulis seraya mengurung diri di kamar. Dia hanya akan keluar jika menyiapkan makanan untuk Luke. Dia cukup tahu diri bahwa saat ini dia sedang menumpang di rumah orang, jadi ia tak mungkin hanya sekedar menangis dan meratapi kesedihannya disini tanpa melakukan apapun.

"Pagi." Sapa Mix pada Luke yang kini sedang menuruni anak tangga.

"Pagi Siwi."

"Silahkan, saya sudah menyiapkan sarapan."

Luke tersenyum kemudian mendudukan dirinya di kursi meja makan.

"Betapa bahagianya jika saya bisa menikmati masakan mu setiap hari seperti ini. Saya sungguh akan bersyukur jika memiliki istri seperti kamu."

Mix hanya tersenyum kaku mendengar itu. Entahlah, sekarang ia membenci rayuan manis seperti itu. Mungkin karena Earth selalu melakukan hal seperti itu selama ini.

"Duduklah, kita sarapan bersama." Ucap Luke kemudian.

"Tidak, saya akan sarapan nanti."

"Siwi, kenapa kau selalu melewatkan sarapan mu? Tak baik melewatkan sarapan seperti ini."

"Tak masalah, saya baik-baik saja."

"Kalau begitu duduklah, temani saya saja."

"Eumm maaf pak, tapi sekarang saya harus pergi dulu sebentar."

"Kemana?"

"Mengambil sesuatu yang penting di rumah saya."

"Kalo begitu saya akan mengantar kamu."

"Tidak, tidak perlu. Bapak akan terlambat jika mengantar saya dulu."

"Tak apa, itu tak masalah."

"Tidak pak, saya bisa pergi sendiri."

"Benarkah? Apa itu akan baik-baik saja?"

"Ya, tenang saja. Sekarang saya sudah membaik, tak perlu khawatir."

"Baiklah, hubungi saya jika terjadi sesuatu."

"Ya, kalau begitu saya pergi."

Luke mengangguk mengiyakan, namun entah kenapa rasanya begitu berat membiarkan Mix pergi meski hanya sebentar.

"Siwi!"

Mix yang baru membuka pintu pun menoleh ke arah Luke.

"Ya, Pak Luke?"

Luke beranjak dari kursinya kemudian menghampiri Mix.

"Saya mencintai kamu. Berhati-hatilah."

Mix yang merasa aneh dengan tingkah Luke pun hanya mengangguk pelan mengiyakan.

"Boleh saya memeluk mu? Sebentar saja?"

Mix semakin aneh dengan tingkah Luke, namun Mix tak mau protes. Ia pun menyambut pelukan Luke.

Luke memeluk nya dengan erat, sangat erat sehingga Mix sedikit merasa sesak.

"Kembalilah dengan segera." Ucap Luke setelah melepas kan pelukannya.

.

.

.

Sedangkan di tempat lain, Earth mengacak rambutnya prustasi. Kepalanya bahkan beberapa kali ia benturkan pada stir di depannya. Amarah nya membeludak, bagaimana tidak? Ia baru saja melihat video intim nya dengan Janhae tersebar di sosial media. Earth menggeram marah, wanita itu sungguh sangat licik.

Dengan amarah yang semakin menggebu ia menginjak pedal gas nya kuat-kuat. Kecepatan mobilnya kini sudah berada di atas rata-rata. Earth sudah tak bisa berpikir dan bertingkah jernih lagi sekarang, emosi sudah menguasai dirinya.

BRAKKKK!

Kewarasaan Earth kembali saat ia sadar bahwa seseorang telah terhantam mobilnya. Orang-orang di sekitar bahkan sudah mulai berkerumun di sekitar mobilnya. Earth mulai panik, ia tahu bahwa kecepatan mobilnya sangat tinggi. Yang ia yakini, orang yang di tabrak nya mungkin tidak selamat, Earth bahkan bisa melihat darah di kaca depan mobilnya yang juga retak. Bisa dibayangkan seberapa kerasnya orang itu terhantam.

Badan Earth mengeluarkan keringat dingin, dengan sisa tenaga ia keluar untuk mengecek korban yang di tabrak nya.

DEG!

"S-semesta?"

Tubuhnya roboh ketika melihat orang yang tergeletak bersimbah darah itu adalah orang yang sangat dicintainya.

"S-semesta? Tidak. I-ini bukan kamu kan?" Earth merangkak mendekati Mix.

Mix memang masih sadar. Tapi darah yang keluar dari kepala dan mulutnya dapat menjelaskan betapa sekaratnya pria itu sekarang. Dengan sisa kesadaran Mix menatap sendu ke arah Earth.

Earth tak kuasa, tangis nya pecah melihat sosok Mix yang sekarat di depannya.


Sebentar lagi kita bakal ada di puncak cerita. Tetep jangan lupain vote nya ya, terimakasih 🥰

Bumi dan Semestanya. (Earthmix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang