Perjodohan

1K 103 9
                                    

Jangan lupa vote and coment🙌

HAPPY READING

***

"Kamu akan menikah tiga hari lagi." ujar Aryo.

Bagaikan disambar petir di siang bolong. Apa tadi? Menikah? Tiga hari lagi? Gila. Bagaimana gadis yang masih duduk di bangku SMA akan menikah.

"Tapi Pa...,"

"Papa sudah memikirkan semuanya matang-matang," ucap Aryo.

"Kamu akan menikan dengan anak sahabat papa." lanjutnya.

"Besok kamu temui dia di Cafe Paredise nomer 15." titahnya tidak mau dibantah.

Setelah mengatakan hal itu, Aryo beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Dia tidak ingin mendengarkan keputusan putrinya seolah keputusanya itu hal mutlak tidak mau dibantah.

Maira menatap punggung Papanya yang mulai menjauh dan menghilang dibalik pintu.

"Mama tolong Maira." mohon Maira menatap Elisa Bunda Maira yang berada disebelahnya.

"Mama gak bisa menentang keputusan Papa sayang ini juga yang terbaik buat kamu." ucap Elisa lembut.

"Tapi Ma...," lirih Maira, menatap lekat ke arah Elisa. "Maira masih mau sekolah, masih banyak impian yang Maira belum terwujud, ini semua terlalu cepat!"

"Tunggu Maira lulus SMA dulu, setelah itu Mama dan Papa boleh nikahin Maira dengan siapapun itu." Jika menolak tidak bisa maka jalan yang terbaik saat ini hanyalah mengulur waktu, pikirnya.

"Sayang dengarkan Mana dulu, Mama sama Papa melakukan ini supaya ada yang jagain kamu, dunia luar sangat kejam apalagi kamu perempuan, mama gak mau suatu saat hal buruk terjadi sama kamu dan soal sekolah kamu tenang aja kamu masih bisa sekolah setelah menikah."

"Tapi Maira belum siap Ma,"

"Mama mohon sama kamu kali ini saja, kamu nurut apa kata Papa ya sayang." ucap Elisa

Memang selama ini orang tuanya tidak pernah menuntut banyak kepadanya. Mereka selalu membebaskan  berbuat apapun yang mereka mau selama itu hal yang positif bagi mereka tidak masalah.

Maira menghembuskan nafas pasrah, meskipun dalam hatinya sangat menolak perjodohan ini, tapi ia tidak mau menbantah kedua orangtuanya. Maira tidak mau membuat orang tuanya kecewa kepadanya.

"Maira mau kan mengabulkan permintaan Mama sama Papa?" tanya Elisa.

Maira mengangguk sebagai jawaban.

Elisa mengelus puncak kepala Maira dengan lembut. "Terima kasih sayang"

Cklek

Kedua perempuan yang sedari tadi duduk di ruang tamu itu menoleh ke arah pintu. Menampak seorang laki-laki berbadan tegap dengan rambut acak-acakan masuk ke dalam rumah. Dia Satya, kakak kandung Maira yang umurnya terpaut dua tahun lebih tua darinya.

"Assalamualaikum." sapa Satya sambil membenarkan engsel pintu yang terlepas.

"Waalaikum salam." jawab mereka kompak.

Satya melangkah mendekati Maira dan duduk disamping gadis itu.

"Kenapa lo? muka kayak pantat panci ditekuk gitu." tanya Satya melihat raut wajah adiknya yang tak biasa.

"Maira akan menikah tiga hari lagi." Bukan Maira yang menjawab tapi Elisa.

Satya yang mendengarkan hal itu sontak membulakan matanya lebar. Apa dia tidak salah dengar? Adiknya menikah? Melangkahi dirinya yang sudah jelas-jelas sebagai kakak kandung dari Maira.

VABIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang