Hamil

238 56 2
                                    

Jangan lupa vote and coment🤗

HAPPY READING

***

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan pulang dari Bogor ke Jakarta. Kini sebuah mobil berwarna hitam masuk ke dalam halaman rumah mewah bernuansa eropa, dengan taman luas yang seakan menyambut kedatanganya.

Bian mengurangi laju mobilnya secara perlahan begitu sudah sampai di depan rumah. Diliriknya Maira yang kini tengah tertidur pulas di jok samping membuat Bian tidak tega untuk membangunkannya. Akhirnya Bian membopongnya masuk ke dalam.

Seorang penjaga membantunya membuka pintu rumah. Bian membawa Maira masuk kedalam rumah. Gadis itu masih tertidur lelap di pangkuan Bian.

Elisa dan Aryo yang kini tengah berada di ruang keluarga itupun menoleh kearah Bian yang sekarang tengah membogong Maira. Membuat Elisa berlari menghampiri keduanya, meninggalkan Aryo yang berjalan di belakang. Dirinya takut jika telah terjadi hal buruk menimpa Bian dan juga Maira. Melihat Maira yang kini kelihatan lemas di pangkuan Bian.

"Maira kenapa Bian? Apa telah terjadi sesuatu?" tanyanya panik.

"Enggak kok Ma, Maira hanya kecapean aja, terus tadi Maira tertidur di mobil. Bian gak tega ngebanguninnya." jelas Bian.

Elisa mengelus dadanya, dirinya kaget bukan main melihat anaknya dengan mata terpejam. "Sukurlah, kirain tadi kenapa."

Aryo yang dari tadi hanya diam melihat interaksi keduanya, kini membuka suara. "Kamu bawa dia ke kamar." ujar Aryo dengan wajah datar.

Bian mengangguk, "Kamar Maira sebelah mana Ma?"

"Kamu ke atas aja, terus lurus cari pintu warna pink." jelas Elisa.

Bian berjalan ke lantai dua dengan Maira yang masih setia dalam dekapannya. Bian memberhentikan langkahnya ketika telah sampai di depan kamar dengan cat warna pink seperti yang tadi dibilang Elisa . Membuka set bel pintu yang tak terkunci. Bian membaringkan Maira dengan sangat hati-hati, takut jika dirinya akan membangunkannya.

Bian menatap wajah polos Maira saat tidur. "Lo hutang penjelasan sama gue."

***

Sudah jam tiga sore, Maira terbangun dari tidurnya. Maira membuka matanya perlahan, guna menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk kedalam rentinanya. Maira pun perlahan bangkit dan hendak untuk bangun dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka sempurna. Tapi pergerakanya terhenti ketika tubuhnya sedikit terasa berberat seperti ada yang memeluknya.

Maira membelak matanya kaget, melihat Bian yang wajahnya berada sangat dekat dengan dirinya. Sampai-sampai Maira dapat merasakan deru napas laki-laki itu sangat beraturan. Maira terus memandang wajah Bian yang terasa damai saat tidur. Tanpa terasa Maira mengulum senyumnya tipis.

Tapi tunggu, Maira baru sadar jika dirinya sekarang tidur dengan Bian. Satu ranjang! wajah Maira lansung terlihat syok begitu mengingat dirinya berada bersama Bian dalam satu ranjang. Apakah mereka melakukan sesuatu yang tidak-tidak?

Refleks Maira mendorong tubuh Bian sampai jatuh ke bawah. Membuat Bian mengaduh kesakitan seraya mencoba berdiri dengan satu tangan memegang pinggangnya yang terasa amat nyeri. Bian menatap tajam ke arah Maira yang kini juga sedang menatapnya. Benar-benar tidak ada takut-takutnya wanita itu.

Tangan Bian menunjuk wajah Maira yang tetap dengan ekspresi datarnya. "Lo?"

"Apa hah?" tanyanya emosi.

"Apa-apaan sih, lo?"

"Lo yang apa-apaan." jawab Maira tak kalah emosinya dengan Bian.

Bian menyerit dahinya bingung. Mengapa Maira yang marah seharusnya kan dirinya yang harus marah pada wanita itu.

VABIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang