Pernikahan

245 50 9
                                    

Jangan Lupa vote and comen🙌

HAPPY READING!

***

Mentari yang begitu cerah, di ikuti dengan irama kicauian burung-burung yang seolah menyanyi dengan merdunya, dengan wangi semerbak bunga-bunga yang berjejer rapih di depan sebuah teras Villa seakan menyambut para tamu yang kini tengah hadir di acara yang begitu sakral bagi kedua mempelai. Menjadi saksi menyatunya dua insan dalam ikatan pernikahan.

Seorang gadis kini tengah berdiri di depan cermin. Tersenyum saat melihat pantulan dirinya dengan gaun pengantin yang begitu elegan menjuntai manja menyapu lantai, ditambah riasan indah menambah cantik wajahnya, tak lupa dengan hiasan mahkota kecil di kepalanya, menambah kesan putri anggun kepadanya.

"ini berlebihan gak sih?" tanya Maira pada Moa yang meriasnya.

"Tidak Nona, Nona sangat cantik sekali hari ini. Beruntung sekali laki-laki yang sebentar lagi menjadi suami Nona." Maira tersenyum mendengar pengakuan Perias itu padanya, membuatnya berkali-kali lipat lebih percaya diri.

"Terima kasih." ucap Maira sambil tersenyum manis.

Moa itu merapikan alat make up-nya
setelah selain merias Maira. "Kalau begitu saya permisi dulu Nona. Acaranya akan dimulai lima menit lagi." ucap Perias pengantin.

Maira tersenyum menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Tak berapa lama senyum gadis cantik itu luntur mengingat hari ini akan resmi menjadi seorang istri di usianya yang terbilang masih muda. Tapi dirinya tidak boleh menyerah, mungkin ini sudah takdir dari Tuhan sebagai cara untuk mendewasakannya.

Dilain tempat seorang pria dengan setelan jas putih polos yang sudah melekat di tubuh maskulinnya. Kini tengah berdiri di depan pagar balkon sebuah kamar. Pria itu tampak begitu gugup, mengapa tidak ini pertama kalinya atau mungkin terakhir kalinya seumur hidupnya mengucapkan janji suci di depan penghulu yang disaksikan beberapa pasang mata. Namun, di balik rasa gugupnya saat ini, Bian justru menyimpan sedikit rasa sedih dalam hatinya.

Seharusnya ia menikah dengan gadis pilihannya sendiri bukan orang tuanya. Memang betul orang tua tidak akan menjerumuskan anaknya kedalam lubang yang salah. Tetapi, menikah dengan gadis yang sama sekali tidak ada rasa cinta.

Membuat Bian harus berpikir keras menjalini hidupnya, semua akan tetap berjalan dan Apakah ini jalan yang tepat? Bisakah ia mencintai gadis itu? Apakah dia bisa melupakan masa lalunya?

Cklek.

Mendengar suara pintu terbuka membuat Bian menoleh kebelakang. Melihat Joan Asisten Ayahnya, datang menghampirinya membuat alisnya terangkat satu, seolah mengisyaratkan 'ada apa' sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Maaf Tuan, acaranya akan segera dimulai. Ayah tuan nyuruh saya untuk memanggil Tuan." ucap Joan sopan.

Bian mengganggukkan kepalanya, lalu pria itu berjalan dengan sangat berwibawa menuju ke tempat acara yang akan diberlangsungkan untuk mengucapkan janji suci, dengan joan yang mengikutinya dari belakang.

Sesampaimya disana Bian menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak seluruh pasang mata menatap parasnya yang tampan, membuat Bian dua kali lebih gugup dari sebelumnya. Namun, sebisa mungkin dirinya harus terlihat biasa saja, sesekali ia tersenyum menyambut para tamu yang hadir.

Meskipun pernikahan ini dilakukan secara diam-diam, keluar Bian dan Maira hanya mengundang beberapa anggota keluarga dan para rekan bisnis oleh dua keluarga ini. Bahkan di hari pernikannya ini Bian dan Maira, sama sekali tidak mengundang teman-temannya, pernikan ini sangat tertutup sekali.

VABIANOWhere stories live. Discover now