24

274 39 12
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
















Jimin menancap gas dan menyetir seperti orang kesetanan. Ia berusaha secepat mungkin agar cepat sampai di rumah sakit dimana tempat Hyeon kini di rawat. Tepatnya setengah jam yang lalu salah satu pegawai yang bekerja di Butik milik istrinya menghubunginya, mengatakan jika saat ini istrinya masuk rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dari awal Jimin sudah menyadari jika Hyeon tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tadi pagi saat bangun dari tidur, saat istrinya belum memoles make-up sedikitpun pada wajahnya, Hyeon nampak sekali pucat. Ia sudah berusaha untuk melarang sang istri agar tidak berangkat bekerja, namun memang pada dasarnya Hyeon adalah tipe Perempuan yang sangat keras kepala. Perempuan itu mengabaikan larangan Jimin dan tetap berangkat bekerja.

Merasa sangat cemas dengan keadaan Hyeon yang saat ini tengah berada di rumah sakit, Jimin menyalip beberapa mobil yang berada didepannya. Seakan tak peduli dengan keselamatannya sendiri. Yang ada di dalam pikiran Jimin saat ini adalah bagaimana caranya ia agar cepat sampai di rumah sakit dan melihat bagaimana keadaan istrinya.

"Andai kau mau mendengar ucapan ku tadi pagi." monolog Jimin sembari mencengkram kuat stir mobilnya. Hyeon sempat membuat dirinya merasa sangat kesal pagi tadi, lantaran Perempuan itu sama sekali tidak mau mendengarkan ucapannya. Jimin jelas mencemaskan keadaan istrinya yang sejak semalam sedang tidak merasa baik-baik saja. Tubuh Hyeon terasa hangat saat ia menyentuhnya, wajahnya begitu pucat. Tapi Perempuan itu selalu saja berlagak sok kuat dan merasa tidak terjadi apapun padanya. Padahal terlihat dengan jelas jika  Istrinya tengah sakit.

Merasa lega karena kini dirinya tengah sampai di rumah sakit dimana tempat sang istri di rawat. Jimin segera memarkirkan mobilnya di area parkir rumah sakit. Mematikan mesin mobilnya, lalu dengan gerakan cepat melepas sabuk pengaman. Setelahnya ia segera keluar dari dalam mobil. Ia melangkahkan kakinya cepat untuk masuk ke dalam rumah sakit.

Park Jimin berjalan cepat guna mencari dimana ruangan sang istri di rawat. Pegawai Hyeon yang sempat menghubunginya tadi mengatakan jika sang Istri kini tengah di rawat di kamar nomor empat puluh dua. Ia terus menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari kamar dengan nomor empat puluh dua.

Langkah kaki Jimin seketika terhenti tepat didepan kamar nomor empat puluh dua. Lantas tangannya terulur untuk membuka pelan pintu ruangan tersebut. Hal pertama yang dapat Jimin lihat saat pintu telah terbuka adalah sang istri yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang ruang inap dengan jarum infus yang tertanam pada punggung tangannya.

Dapat Jimin lihat wajah Hyeon yang nampak sekali pucat. Manik indah Perempuan itu terpejam dengan begitu erat. Andai saja Hyeon mau menuruti ucapannya tadi pagi, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Istrinya dapat beristirahat di rumah, ia yakin jika Hyeon begitu kelelahan, Hyeon juga seringkali pulang malam. Istrinya tidak mendapatkan istirahat yang cukup.

Dengan hati yang terasa berdenyut nyeri di dalam sana tatkala menatap sang istri yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan wajah yang begitu pucat, Jimin pun melangkahkan kakinya pelan untuk mendekat kearah ranjang. Manik abunya masih setia menatap bagaimana wajah pucat Hyeon saat ini. Bibir yang biasanya terlihat merah merona dengan polesan lipstick, kini terlihat memutih. Pemandangan seperti ini terasa begitu menyayat hati.

Not Only You (PJM) (END)Where stories live. Discover now