27

234 40 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















"Yoongi-ah. Kau bisa pulang sekarang." ucap Hyeon sembari tersenyum begitu lembut. Sebenarnya keputusan Min Yoongi untuk menemaninya sampai Jimin pulang adalah hal yang buruk. Sudah dipastikan Jimin akan terbakar api cemburu karena berada di dalam satu ruangan yang sama. Meskipun sudah jelas keduanya tidak melakukan apapun, Hyeon sedari tadi duduk di atas ranjang ruang inap dan Min Yoongi yang duduk di sofa sembari sesekali mencuri pandang pada sang mantan kekasih yang masih dicintainya.

Yoongi menggeleng, "Aku akan tetap disini sampai suamimu datang. Kau sendirian dalam keadaan sakit seperti ini. Aku tidak tega meninggalkanmu sendirian." ucap Min Yoongi sembari mengambil ponsel miliknya yang bergetar di atas meja pertanda jika ada sebuah pesan yang masuk. Pria itu tersenyum setelah membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh seseorang padanya.

"Aku baik-baik saja. Aku takut Sona akan marah nantinya." ucap Hyeon penuh kejujuran. Alasan kedua dia menyuruh Min Yoongi untuk segera pulang adalah takut jika saja Sona akan salah paham dan nantinya akan marah.

Setelah selesai mengetik sebuah pesan balasan untuk seseorang, Min Yoongi lantas dengan cepat memasukkan ponselnya kedalam saku jas nya. Maniknya menatap lekat pada Hyeon yang kini tengah menatap kearahnya dengan wajah yang terlihat semakin pucat dari pertama kali ia masuk ke dalam ruangan ini.

"Dia tidak akan marah. Jangan katakan apapun lagi. Biarkan aku disini. Hanya untuk menemanimu saja. Aku tidak akan melakukan hal jahat padamu. Setelah Jimin datang aku akan pergi."

Mendengar ucapan tulus yang keluar dari belah bibir Min Yoongi membuat hati Hyeon berdenyut nyeri. Tidak seharusnya mantan kekasihnya itu bersikap seperti ini padanya. Hyeon tahu betul bahwa Min Yoongi bukan tipe Pria yang mudah peduli dengan orang lain. Pria berhati sedingin es itu hanya akan peduli dengan seseorang jika orang tersebut dianggap begitu berharga untuknya.

Hyeon menatap jam yang menggantung pada dinding ruang inap yang ia tempati saat ini. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Dan suaminya tak kunjung datang. Apa yang Jimin lakukan saat ini. Jimin sempat mengirimkan sebuah pesan untuknya tepatnya dua jam yang lalu. Mengingatkan dirinya agar tidak telat makan, setelahnya Pria itu tidak lagi membalas pesan yang Hyeon kirim. Apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya. Apa Jimin begitu sibuk di kantornya hingga tak ada waktu untuk membalas pesan darinya.

"Yoongi-ah. Kalau kau merasa lapar, kau bisa memakan buah yang ada di atas meja." ucap Hyeon sembari menunjuk banyak buah-buahan yang berada di atas meja.

Yoongi mengangguk. Ia dapat dengan jelas melihat raut kesedihan yang terpancar dari wajah Hyeon.

Hyeon terlihat begitu rapuh.

Hyeon terlihat sangat terluka.

Melihat Perempuan yang dicintainya terlihat begitu rapuh, membuat hati Min Yoongi terasa seperti di remat kuat di dalam sana. Sekeras apapun Hyeon mencoba menutupi kesedihannya, Yoongi tetap akan tahu. Yoongi sangat mengenal bagaimana Hyeon. Bagaimana Perempuan itu tumbuh dengan banyak luka. Bahkan Yoongi lebih tahu banyak hal tentang Hyeon ketimbang Park Jimin.

Not Only You (PJM) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang