Bab 2

49.9K 5.3K 65
                                    

Gladys menoleh saat merasa pipi kanananya dikecup oleh seseorang.

"Ngagetin aja." Gladys tersenyum saat melihat orang menciumnya adalah Robby, pacarnya.

Tahun ini, hubungannya dengan Robby sudah memasuki tahun kedua. Cukup lama untuk ukuran Gladys yang tidak bisa berbaur dengan orang lain. Robby mendekatinya setelah ia lulus dari perguruan tinggi. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan mulai menimbulkan benih-benih cinta diantara mereka. Robby yang dengan sabar menerima segala sifat buruk Gladys. Dari sifat jutek, sampai ke sifat yang lainnya juga. Robby merupakan orang yang bisa mengerti dirinya dan tidak pernah memaksanya untuk melakukan ini dan itu. Walaupun hubungan mereka terkesan mulus, Ibu Robby belum memberikan restu untuk mereka. Alasannya, karena Gladys bukan seorang Pegawai Negeri Sipil. Bahkan Ibu Robby semakin tidak menyukainya saat tahu jika dia tidak bekerja. Maka dari itu, ia jarang diajak Robby untuk berkunjung ke rumahnya.

"Maaf ya babe aku baru dateng," ucap Robby yang langsung duduk di depan Gladys. "Kamu nunggu lama ya?" tanyanya.

Gladys menggeleng pelan dan mulai memanggil pelayan.

"Aku kangen deh," kata Robby setelah pelayan pergi. "Beberapa hari ini kerjaanku ke luar kota terus."

"Aku juga kangen sama kamu," balas Gladys. "Tapi kita kan masih bisa video call tiap malem kok."

Robby mengangguk membenarkan. "Oh ya, gimana reuni SMA kemarin?" tanyanya.

Mengingat kembali reuni SMA-nya waktu itu membuat Gladys memberengut. Ia memasang tampang malas.

"Pasti ada sesuatu yang bikin kamu bete selama reuni ya?" tebak Robby saat melihat perubahan raut wajah Gladys.

Gladys menghela napas pelan, sebelum akhirnya mulai menceritakan apa yang terjadi saat reuni kemarin. Ia bahkan menceritakan saat Dena datang menemuinya pagi tadi. Robby yang duduk di depannya mendengarkan semua cerita dari Gladys.

"Dena?" ulang Robby. "Kayak pernah denger nama itu," gumamnya.

Gladys mengangguk. "Iya. Dulu waktu kita jalan berdua pernah nggak sengaja ketemu sama dia."

Robby mengerutkan keningnya. "Waktu kita nonton satu bulan yang lalu kan?"

Gladys tersenyum. "Aku seneng punya pacar ingetannya tajam," ucapnya. "Iya bener, dia yang gak sengaja ketemu waktu itu."

"Kamu tau dari siapa Dena dipake sama bosnya?"

"Tante aku," jawab Gladys ringan. "Bosnya kan mantan suami Tante aku," lanjutnya.

"Tante kamu yang sekarang tinggal sama Oma kamu kan?"

Gladys mengangguk.

"Yang dicerai gara-gara gak bisa punya anak?"

Gladys langsung memasang tampang tidak senang mendengar pertanyaan dari pacarnya.

"Eh maaf, bukan maksudnya aku..."

"Gak papa," sela Gladys cepat. "Tante aku memang mandul. Setelah cerai dia decide buat adopsi anak dari panti asuhan."

Robby meraih tangan Gladys untuk ia elus. "Maaf ya, aku beneran gak maksud buat ngatain Tante kamu."

Gladys mengangguk, berusah tersenyum menenangkan pacarnya yang merasa bersalah.

"Maaf Mbak, Mas, makanannya sudah siap."

Gladys menoleh dan melihat pelayan sudah berdiri di sebelah meja mereka membawa makanan. Ia langsung menarik tangannya dari atas meja membiarkan pelayan menata makanan pesanan mereka. Setelah selesai, mereka mengucapkan terima kasih dan pelayan pergi.

A Million Unexpected Feeling [Completed]Where stories live. Discover now