Bab 5

40.3K 5K 79
                                    

Gladys mengendarai motornya menuju tempat yang dimaksud oleh Omanya. Ia telah sampai kawasan ruko-ruko yang letaknya tepat setelah pintu masuk perumahan. Dari beberapa ruko yang ada, terlihat banyak toko yang menjual makanan, pakaian, dan lainnya. Ruko ini memiliki kompleks tersendiri, yang letaknya memang di dekat pintu masuk perumahan.

Gladys segera memarkirkan motornya dan mencari toko bangunan yang dimaksud. Dia sering melewati kawasan ruko ini. Karena memang toko bunga dan salon milik Tania terletak di ruko ini. Tapi ia jarang melihat toko bangunan saat berada di area ruko ini. Ia berjalan menyusuri toko demi toko dan akhirnya menemukan toko bangunan yang letaknya paling ujung. Di depannya ada bangunan yang tertutup rapat, sepertinya gudang penyimpanan dari toko bangunan di depannya.

Gladys memperhatikan toko bangunan ini. Dari jalanan utama, toko ini memang sedikit tersembunyi. Letaknya yang diujung membuat orang tidak bisa langsung melihatnya. Tapi ternyata toko ini memiliki ukuran yang lumayan besar di dalamnya. Ia melangkah masuk dengan harapan ada pegawai yang bisa melayaninya. Karena jam sudah menunjukkan waktu makan siang, dan ia takut para pegawai sudah waktunya untuk istirahat.

Saat masuk ke dalam, ia mendapati banyak barang seperti berbagai macam jenis keramik, toilet, atau tiang-tiang yang dia gak tau apa namanya. Lalu ia melihat rak bersusun yang berisi beberapa kaleng cat yang terdiri dari berbagai macam warna dan merk. Ia celingukan mencari seorang pegawai yang sekiranya bisa ia tanyai.

"Maaf Mbak, ada perlu apa?"

Gladys terkejut saat seorang laki-laki tiba-tiba muncul dari balik etalase. Ia segera mendekat ke etalase tersebut. "Saya mau cari orang yang namanya Reza," ucapnya langsung.

Laki-laki tersebut tersenyum memperhatikan Gladys. "Ada perlu apa ya Mbak sama Mas Reza?"

"Panggilin dulu aja orangnya. Saya ada perlu sama orang yang namanya Reza," jawab Gladys tidak sabaran. Ia memperhatikan pegawai laki-laki yang murah senyum di depannya ini dengan penuh minat. Penampilannya biasa aja dengan mengenakan kaos oblong, tapi entah kenapa laki-laki terlihat menawan. Gladys bisa membedakan mana laki-laki menarik atau tidak dalam sekali lihat. Dan laki-laki di depannya termasuk kategori menarik untuk Gladys. Mungkin toko ini mengutamakan tampang menawan dalam merekrut pegawainya.

"Ada apa, Sal?" tanya laki-laki lain yang berdiri di belakang pegawai tadi.

Pegawai tadi menoleh dan menunduk hormat. "Maaf Mas, ini ada yang nanyain Mas Reza."

"Ada apa cari saya?" tanya pria yang baru saja datang. Nada suaranya datar, rendah dan berat dalam sekaligus.

Untuk sepersekian detik Gladys terpana melihat penampilan laki-laki yang baru hadir ini. Jika pegawai sebelumnya terkesan charming, laki-laki ini lebih manly dan dewasa. Ada jambang tipis yang menghiasi wajah laki-laki tersebut.

"Mbak?"

"Oh... saya mau cari tukang," jawab Gladys gelagapan.

"Saya gak pernah lihat Mbak sebelumnya," gumam laki-laki itu. Lalu ia menoleh sebentar ke pegawainya yang masih ada di sebelahnya. "Kamu istirahat dulu aja sama yang lain, biar saya yang jaga tokonya." Pegawai laki-laki itu mengangguk dan melesat pergi entah menuju kemana.

"Saya butuh tukang untuk memperbaiki lantai kamar mandi," ulang Gladys.

"Mbak sebelumnya pernah pake jasa tukang dari saya?"

"Ya mana saya tau," gerutu Gladys pelan.

"Mbak bukan orang sini ya?"

"Bukan," jawab Gladys cepat. "Pokoknya saya minta tukang."

"Ke rumah siapa Mbak? Apa aja yang perlu dibenerin? Minta tukang berapa orang?"

"Anjir, ribet banget mau minta tukang doang," gumam Gladys.

A Million Unexpected Feeling [Completed]Where stories live. Discover now