Bab 4

41.9K 4.7K 56
                                    

Pagi ini Gladys bangun lebih pagi dari hari kemarin. Ia menyuci mukanya dan menyikat gigi dengan singkat sebelum berganti baju olahraga. Ia memilih kaos olahraga berwarna biru tua dengan ukuran pas dibadan dipadu dengan celana berwarna hitam di atas lutut. Ia keluar kamar dan melihat suasana rumah masih sepi. Ia berjalan keluar rumah dan berlari memutari perumahan.

Daerah tempat tinggal Oma dan Tantenya memang berada di dataran tinggi. Yang Gladys suka, pemandangan di depan rumah Omanya adalah gunung sedangkan di belakangnya adalah bukit. Perumahan yang ditempati ini memang berbatasan langsung dengan desa yang letaknya ada di bawah. Bahkan akses masuk untuk ke desa itu melalui gerbang utama perumahan ini.

Hampir satu jam Gladys berlari, ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia mampir ke salah satu mini market untuk membeli air mineral. Saat itu, ia melihat beberapa pelanggan lain yang sedang berbelanja memperhatikan penampilannya. Gladys menghiraukan itu dan segera membayar dan keluar dari mini market. Saat perjalanan ke rumah, ia melewati segerombolan Ibu-Ibu yang sedang berbelanja di mobil pickup tak jauh dari rumah Omanya. Bahkan ada Tania, yang sedang memilih sayuran di sana.

"Tante, aku mau kue basah dong," tegur Gladys mendekati Tania.

Tania menoleh dan mengerutkan keningnya. "Kamu dari mana?" tanyanya kebingungan.

"Lari pagi," jawab Gladys.

"Tante kira kamu masih tidur di kamar," sahut Tania. "Yaudah kamu mau ambil kue apa, biar nanti Tante bayar sekalian sama sayurannya."

Gladys mengambil donat gula dan lemper sebelum berpamitan kepada Tania untuk pulang lebih dulu. Masuk ke dalam rumah, Gladys meletakkan kuenya di meja makan dan ia memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

"Gladys tadi jadi bahan omongan orang-orang lho, Ma."

"Biarin aja, orang kan gak tau Gladys kayak gimana."

"Tapi aku risih dengernya, Ma."

Galdys yang mendengar namanya disebut segera bergabung ke ruang tengah bersama Tania dan Omanya. "Ada apa, Te?"

"Kamu gak ada baju olahraga yang lebih panjang gitu?" tanya Tania langsung.

Gladys duduk di sofa seberang Tania dengan melipat kedua kakinya. Lalu ia menggeleng pelan. "Namanya juga baju olahraga, sumuk dong kalo panjang-panjang."

"Atau yang agak longgaran dikit gitu, gak yang pas badan banget."

"Gak ada, Tante," balas Gladys geregetan. "Kenapa sih emangnya baju olahraga aku?"

"Orang-orang pada ngerasani baju kamu yang terlalu ketat. Mereka bilang kalo kamu lagi pamer bentuk tubuh kamu," jawab Tania.

Gladys terkekeh mendengar itu. "Kalo olahraga pake gamis, nanti jadi aneh dong. Ujung-ujungnya jadi bahan gibahan juga. Orang kalo hatinya suka ngomongin kejelekan orang, pasti bakal cari jeleknya orang itu terus."

"Bener apa kata Gladys, biarin aja Ibu-Ibu itu mau ngomong apa soal Gladys," sahut Oma. "Toh, kita yang tau Gladys itu kayak gimana."

Tania menghela napas pasrah. "Panas aja kupingku Ma denger orang-orang pada jelek-jelekin Gladys."

"Dari dulu juga mereka gak suka sama Gladys. Udah biarin aja," balas Oma santai. "Mereka emang kurang kerjaan aja suka ngomentari cara berpakaian orang."

"Tapi usahain pake baju yang sedikit tertutup Dys, jangan terlalu yang ngepas badan."

"Iya, Tante." Galdys mengangguk pasrah.

"Bokong sama payudara kamu itu cukup besar kalo dibanding proporsi badan kamu. Kalo kamu pake baju ketat, bagian depan sama belakangmu pasti kelihatan menonjol," ucap Tania memberitahu.

A Million Unexpected Feeling [Completed]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin