Five

80.2K 8.4K 237
                                    

Author's pov

Hari-hari berlalu begitu cepat, setelah tiga hari berlalu kehidupan gadis itu semakin menyebalkan menurutnya. Di tambah Falco, pemuda tampan bak dewa yunani itu semakin menempel padanya dengan alasan tidak masuk akal.

"Kan lo yang bilang sendiri kalo ga liat gue sejam aja lo udah kangen banget sama gue" begitu ujarnya.

Namun apa daya, gadis yang kini dipanggil Avellyn itu hanya bisa pasrah. Tak jarang pemuda tampan itu membuatnya kesal dengan berbagai tingkah absurd nya. Kekesalan itu berakhir saat ini, gadis itu dengan semangat mengemasi barangnya dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya.

"Akhirnya gue bisa hidup tenang" gumamnya sambil memasukkan barangnya ke dalam tas slempang miliknya.

Tanpa sadar, dalam lubuk hatinya ada rasa tidak rela. Mungkin beberapa hari bersama Falco membuatnya hampir merasa terbiasa, namun ia tak bisa menetap lebih lama. Terlebih sikap Aiden–sang tokoh utama pria yang semakin gencar mencari kesempatan untuk mendekatinya.

"Kamu udah siap sayang?" gadis itu langsung menoleh, menatap pria paruh baya yang sudah rapih.

"Udah pah, kita berangkat sekarang ya!"

Pria paruh baya itu mengangguk "Kamu udah kasih tau pacar kamu kalo hari ini kamu pindah?" gadis itu tersenyum.

"Udah kok pah, santai aja" jawabnya berbohong.

Tanpa berlama-lama keluarga kecil itu segera berangkat menggunakan mobil mereka, hari ini memang hari Minggu. Jadi demi menghindari kemacetan, mereka berangkat waktu subuh.

Avellyn menatap kosong keluar jendela, tentu saja tak ada pemandangan yang bisa ia lihat. Suasana di jalanan sangat gelap, hanya sinar lampu kota yang menemani perjalanan mereka disepanjang jalan.

"Kenapa gue jadi bete gini ya?" gumam Avellyn pelan.

Ia mengeratkan jaket yang ia pakai, suhu dingin langsung menerpa kulitnya "Mungkin karna gue kedinginan kali ya" lanjutnya segera memejamkan mata.

Tanpa sadar gadis itu terlelap karena ia sempat tak tidur sebelum melakukan perjalanan jauh itu.

°   °   °   °

"Bangun Avel, kita udah sampai"

Pipi gadis itu terasa ditepuk pelan hingga matanya terbuka perlahan, kelopak mata itu mengerjap bingung. Kesadarannya belum benar-benar terkumpul, ia menatap kesekelilingnya dengan alis yang hampir menyatu.

"Ini dimana ma?"

"Astaga, ya di rumah baru kita Avel sayang"

Sontak mata gadis itu membulat "Udah sampai ma?" tanyanya membuat wanita paruh baya itu berdecak pelan.

"Iya udah sampai, kan mama tadi udah bilang"

Avellyn menampilkan cengirannya dengan wajah tak berdosa, ia segera turun dari mobil dan menatap rumah besar yang ada di hadapannya itu.

"Ini rumah kita ma, pa?"

"Iya, papa cukup lama cari rumah yang pas untuk kita. Karena harus dekat dengan kantor papa dan sekolah baru kamu, makanya butuh waktu beberapa hari sebelum kita pindah" jelasnya membuat gadis cantik iti mengangguk paham.

Mereka segera memasuki rumah tersebut, Avellyn menatap kagum pada seisi rumah yang bersih dan rapih. Perabotan dan yang lainnya sudah lengkap, tinggal diberi beberapa hiasan panjangan disana.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang