Fifteen

32.3K 4.2K 63
                                    

Setelah duduk manis di dalam kelas, aku segera mengeluarkan kotak makanku. Baru saja aku hendak memakan makananku, tiba-tiba Lily datang dengan wajah kusutnya. Aku mencoba mengabaikannya dan melanjutkan acara makanku yang tertunda.

Namun seolah dejavu seperti kemarin, gadis itu kembali berceloteh padaku "Avel, aku kesel banget!" ujarnya sambil menghentakkan kakinya.

Gue ga nanya juminten.

"Emang kenapa?" tanyaku malas.

Aku sedikit mengerutkan dahiku saat merasakan nasi goreng yang kumakan saat ini, ternyata rasanya keasinan. Padahal biasanya aku tak pernah memasak seburuk ini, mungkin karena tadi aku masih sedikit mengantuk. Lalu kenapa Falco bilang ini enak? Aku tak mengerti.

"Kemarin malem aku kencan sama Kak Falco" ujarnya membuatku berpikir sejenak.

"Aku udah seneng banget mau ajak dia ke pasar malem, tapi ternyata dia bawa aku ke tempat balapan" lanjut Lily.

Apa Fal kecapean gara-gara balapan? Dia bohong sama gue?

Pikiran negatif mulai bermunculan di dalam benakku, aku terkekeh pelan. Berpikir apakah aku harus marah atau tidak, karena Falco memang bukan siapa-siapa bagiku.

Lah? Tapi kan dia pacar gue.

"Terus gimana?"

Lily melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya terlihat sangat kesal "Kak Falco jadiin aku taruhan!" ujarnya membuatku sedikit terkejut.

Ternyata pemuda itu memang benar-benar sudah sering memperlakukan perempuan sama sepertiku, karakternya di dalam novel masih belum berubah. Memang aku mengharapkan apa pada tokoh antagonis yang memang selalu membuatku darah tinggi itu.

"Ya terus kenapa? Lagian dia juga pasti menang" ujarku santai dan memilih terus menyuapkan nasi goreng milikku.

Tak peduli dengan rasanya yang keasinan, sekarang aku merasa sedikit kesal. Dan aku tidak tahu kesal karena apa.

"Enggaa Avel!" ujar Lily terdengar semakin kesal.

"Waktu pertandingan dimulai Kak Falco ga jalanin motornya, dan setelah lima menit dia baru jalan. Yang paling parah, udah gitu dia ga balik lagi ke arena-"

"Uhuk uhuk!" aku langsung terbatuk mendengarnya.

Cowok sinting! Tapi berarti dia ga bohong sama gue?

Untung saja aku juga sempat membawa bekal minum, jadi aku langsung meminum air di dalam botol yang ku bawa dari rumah dengan rakus. Tenggorokanku terasa gatal dan sakit karena tersedak.

"Avel kenapa??" tanya Lily sambil menepuk punggung ku pelan.

"Engga Li, gue ga kenapa-napa"

Setelah merasa sudah baikan, aku langsung menoleh "Jadi, Kak Falco ga balik sampai dia dinyatain kalah?" tanyaku yang langsung diangguki Lily.

"Emang dia ga balik sampai kapan?"

"Dari jam sembilan malam sampai jam sebelas aku tunggu tapi dia engga balik lagi" Lily berujar dengan nada sedih.

"Lo diapain sama mereka?" tanyaku, namun Lily tiba-tiba tersentak kaget lalu tersenyum aneh padaku.

"A-aku cuma disuruh temenin mereka makan kok selama seminggu"

Mendengar hal itu aku tentu saja tak percaya, entah kenapa aku merasa ada yang gadis itu sembunyikan padaku. Apakah Falco tahu sesuatu?

"Syukur deh kalo lo ga di apa-apain"

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang