01

20 1 0
                                    

Beberapa tahun yang lalu.....



















Bolos adalah pilihan ketika kamu tidak suka mata pelajaran tersebut, kan? Dan bolos juga bukan pilihan terbaik, tapi lebih tidak baik jika tidak mendengarkan apa yang guru susah-susah jelaskan, itu sama saja tidak menghargai kan?

Menoleh kanan kiri, memastikan keadaan aman kemudian memanjat tembok sekolah yang keadaannya sudah sedikit hancur, dan karena hal itu jumlah siswa yang membolos semakin meningkat.

Dengan rambut yang tergerai bebas ia ikat dengan karet nasi uduk, bumantara yang luas tengah indah warnanya, pun dengan matahari yang tengah panas sorotnya. Tapi itu tidak membuat gadis bernama lea menyerah, namanya sudah niat ya dari awal.

Lea itu salah satu siswi SMA ini, bukan sekali dua kali dia melakukan kegiatan tidak terpuji itu. Dan... Bukan hanya bosan akan mata pelajaran yang akan datang saja, dia akan mampir ke cafe kecil yang agak jauh jaraknya. Hanya disana tempat yang aman untuk siswa bolos seperti dia.

Lea mendorong pintu cafe yang hanya berbahan dasar kaca tembus pandang dengan tulisan open yang tergantung, lea berjalan untuk mencari tempat duduk dan mulai memilih-milih menu. Selain aman untuk pembolos seperti dirinya, harga di sini juga bersahabat. Mungkin pendiri cafe ini memikirkan pelajar yang ingin kemari.

Uang lea periksa, dia menghela nafas mengetahui ternyata tinggal sedikit. Mungkin hanya mampu membeli kopi?

Lea menerima kenyataan, dia melihat-lihat lagi daftar minuman khusus kopi-kopian. Mengacungkan tangan kala ia mendapat pilihannya, lelaki dengan tinggi 170 an dan berwibawa mendekat.

Ini yang lea tunggu.

"Pesan apa, adek?."

"Kopi."

"Okay, kopi rasa susu atau kopi tanpa gula?"

"Kopi yang rasa cintaku padamu, ada kak?."

Tidak sekali dua kali, lea memang selalu begitu dan lelaki itu tidak pernah bosan mendengar gombalannya. Hanya bisa tersenyum menanggapi kemudian bertanya lagi, barulah lea menjawab.
Sembari menunggu lea mengecek sebentar ponsel yang ada di saku, mungkin ada yang mencarinya?

Membosankan sebab tidak ada yang mencari dirinya, lea mematikan lagi ponsel itu dan menikmati pemandangan kota dari dinding terbuat dari jendela kaca itu. Aroma cafe ini membuat siapapun nyaman, pun dengan dirinya.

Tapi aneh, kenapa sepi ya?

"Ini minumannya adek, selamat menikmati."

Lea menoleh, tersenyum manis ke lelaki yang sama. "Sama-sama calon suami," sedangkan respon yang di dapat lea ketika mengatakan itu hanya senyuman.

Biar lah, mungkin lelaki tadi juga mengerti kalau lea bercanda, kan?










Biar lah, mungkin lelaki tadi juga mengerti kalau lea bercanda, kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





'terimakasih calon suami, kopi nya enak. Mungkin ini jadi kesukaan nanti.'

"Widih... Keren! Dari anak SMA itu, hes?."

Mahes, lelaki yang menjadi pelayan sekaligus sasaran empuk lea menoleh sembari tersenyum melihat kertas isi dua kalimat yang ditulis lea. Kertas itu ia lipat dan ia simpan di saku, dia menepuk pundak temannya tadi kemudian kembali ke belakang untuk mencuci gelas kopi bekas tadi.

"Woi bro! Bro! Udah pacaran ya lo sama bocah SMA itu, ya kan?!!!."

Teriak lelaki tadi dari belakang, mahes hanya tertawa di tengah perjalanan.

"Kamu ini kenapa sih, rey?." Tanya mahes, tanpa menoleh dengan tangan bekerja mencuci gelas.

"Ya gak papa, kepo aja. Udah pacaran lo sama itu bocah? Atau.... Tunangan? Soalnya di nulis 'calon suami', kan?. Hayo loh! Utang cerita lo sama gue!."

Setelah mengelap gelas dan menaruhnya rapih di rak, dia menoleh sembari menggulung kemeja abu-abu sampai pergelangan, mengelap tangannya yang basah dengan kain.

"Doain aja, rey."

Setelah berucap begitu mahes berjalan ke depan, dia berlanjut membersihkan meja-meja disana. Rey manusia super kepo hanya bisa sabar ketika mengintrogasi mahes, mungkin lelaki itu suka membuat rey pusing dengan ucapannya.

drtt drtt

Benda pipih dengan warna hitam legam milik mahes yang tergeletak tidak jauh dari rey berdering, rey yang dekat menoleh langsung kemudian meraih itu. Berjalan ke mahes dan memberikannya, mahes sendiri langsung memberi jarak dengan rey untuk menjawab panggilan itu.

Itu dari ibunya, setiap hari mahes akan mendapat panggilan 1 kali dari ibunya karena efek rindu. Mahes anak pertama yang merantau ke kota untuk bekerja, hingga mendirikan cafe kecil miliknya di sini. Sudah memakan waktu 2 tahun juga mahes disini, dan semua itu akan menimbulkan rasa rindu di benak sang ibu untuk anaknya yang jauh.

"Apa kabar nak mahes? Gimana sama cafe kamu? Lancar?."

Mahes tersenyum refleks, "lancar, ibu sendiri gimana kabarnya? Udah gak sakit-sakitan lagi,kan?."

"Mendingan, tapi ibu rindu nak mahes. Kamu sudah besar, mau sampai kapan dikota nak?."

Sudah ditebak, mahes tau jika ia menjawab mungkin ibunya akan terus berbicara hingga ke obrolan tentang pernikahan.

"Tunggu mahes ada uang, baru mahes pulang bu."

"Kamu begitu mulu alesannya, yowes nak ibu matiin yaa."

Panggilan dimatikan, mahes mengantongi lagi ponselnya kemudian berlanjut membereskan yang sempat terjeda.

Panggilan dimatikan, mahes mengantongi lagi ponselnya kemudian berlanjut membereskan yang sempat terjeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
COFFEE Where stories live. Discover now