02

7 1 0
                                    

Pagi dengan langit terang akibat sinar matahari yang menyorot, lea menghela nafas ketika ia sudah masuk ke sekitar sekolah. Seakan semangatnya tersedot hingga hilang sekarang, sekolah memang sedikit membosankan namun sekolah juga penting untuk kehidupan. Jika bukan karena masa depan, lea malas masuk kelas.

Ruangan dengan cat tembok warna biru langit dan barisan meja kursi berwarna putih membuat mata lea refleks mengantuk, kata orang kelas ini paling bagus dan elegan. Tapi bagi lea sama saja, selagi kelas itu nyaman untuk dijadikan tempat tidurnya, ya sama saja.

Menaruh tasnya agak kasar kemudian mengambil ponsel dan berjalan lebih ke belakang, disana juga ada satu bantal yang lea bawa sendiri dari rumah. Dia merebahkan tubuhnya kemudian sibuk dengan gadget, sengaja agar rasa lelah di matanya cepat datang.

Dan usaha lea tidak sia-sia. Rasa kantuk tiba-tiba muncul, lea mematikan ponselnya dan beranjak menutup mata.

Tapi...

"Psttt psttt lea lea!."

Merasa ada yang memanggilnya lea langsung terduduk lagi, dia menatap lelaki berisi yang jaraknya tidak dekat dengannya.

"Apa wo?."

"Tu tu!."

Lea menatap ke arah tunjuk yang diberikan lelaki tadi, di sana ada lelaki tinggi dengan pakaian rapih tengah mengobrol dengan perempuan di depannya, dan... Maksudnya bagaimana? Kenapa dengan dia?

"Maksudnya apa wo? Gue gak kenal dia soalnya.."

"Itu riki, kelas 11 yang bener-bener duar!!! Ganteng banget!."

"Gak tau wo, kenapa emang?."

"Siapa tau suka, kan? Gue setuju banget sih!."

"Gak tau ah, gak denger."

"Ck, cinta kok sama om-om punya cafe."

Lea yang beranjak untuk merebahkan diri lagi langsung bangun karena kaget, dia menoleh ke temannya yang berbicara tadi sembari menatap kaget dan bingung.

"Kok lo tau wo? Dari mana?."

"apasih yang gak seorang wowo gak tau?."

"Ga asik lo, udah ah mau tidur."

Lea memposisikan lagi dirinya senyaman mungkin untuk memejam, walaupun pagi hari rasa kantuk tidak pernah terlewatkan. Selalu saja ada, di diri lea. Sementara  wowo si teman baik lea tadi akan membangunkan gadis itu ketika ada guru masuk.




 Sementara  wowo si teman baik lea tadi akan membangunkan gadis itu ketika ada guru masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Pulang dari SMA lea tidak pernah lupa untuk menyempatkan diri masuk ke cafe itu, dia mendorong pintu transparan dan langsung menangkap tatapan mahes di tempat barista. Lea mengedipkan satu mata kiri nya ke mahes, sedangkan mahes refleks menunduk sembari menggeleng. Salting.

Tempat duduk yang sama seperti kemarin membuat lea terlanjur nyaman, akhirnya sekarang pun dia kembali ke sana. Mahes menyemprotkan minyak wangi di beberapa titik tubuhnya kemudian berjalan membawa buku ballpoint beserta niat untuk menemui lea.

Sedangkan lea tersenyum melihat sasaran empuknya mendekat, dia memeriksa uangnya ternyata lebih banyak dibanding kemarin. Jadi.. dia memesan satu makanan ringan dengan satu cangkir kopi sama seperti kemarin.

"Sudah itu saja?."

Mengangguk dan tersenyum, "sama hati kakak, gimana?."

"Waduh... Mati dong saya?."

Kedua insan itu tertawa kembali, lama waktunya hingga mahes berhenti pelan-pelan dan menatap sembari tersenyum ke gadis itu, lea. Wajahnya indah kala senyumannya merekah, mahes lelaki lemah yang mencintai hanya karena ucapan-ucapan manis nan indah.

Tapi jatuh cinta itu tiba-tiba, bisa terjadi hanya karena perdulinya, janjinya atau senyumannya.

"Cantik, lebih cantik kalau kamu menjadi pendamping hidup saya."

Gombalan yang tak pernah keluar dari mulut mahes, padahal lea juga selalu menggombali dirinya. Cuman, ketika ingin melawan.. rasanya kelu, tidak bisa keluar.

Mahes secemen itu.

"Helow? Kak?."

Lambaian tangan dari gadis itu membuat mahes tersadar, dia tersenyum dan berbalik untuk menyiapkan pesanan. Sepanjang perjalanan hanya merutuki diri kenapa dia bisa melamun di hadapan lea. Mungkin saja mukanya jelek? Dengan mulut menganga dan... Ewh, sangat tidak ingin mahes bayangkan.

Dua pesanan lea selesai, mahes berjalan untuk ke meja gadis itu namun dengan langkah yg  pelan. Sementara di samping gadis itu ada rey, mereka mengobrol dengan diselingi tawa.

Mahes sedikit tidak suka, dan tidak ingin mendekat. Tetapi, harus profesional menjadi pelayan. Cangkir kopi dan piring isi makanan itu ditaruhnya pelan-pelan, setelah itu dia memutuskan untuk kembali ke belakang. Hanya untuk sekedar menenangkan dada yang sesak akibat pemandangan dua manusia tadi.

"Rey kenal lea, ternyata?."


"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
COFFEE Where stories live. Discover now