05

5 0 0
                                    

Mungkin hari ini matahari malu menunjukkan seluruh sinarnya, langit pagi menjadi lebih gelap dibandingkan langit pagi biasanya. Hawa dingin pun mencengkeram membuat lea menarik selimutnya lebih tinggi dan semakin berusaha untuk tidak bangun. Cahaya matahari hanya sedikit menerangi bumi.  Dan hal itu membuat lea malas untuk bangun, suasananya sejuk dan tenang. Jalanan juga sepi, tapi... Apalah daya, lea harus ke sekolah.

Seperti apa yang dijabarkan kemarin, ulang tahun mahes sudah dekat. Dan semalam rey menghubungi lagi, suatu info yang berisi hari ulang tahun mahes. Ternyata hari kamis, hari ini?

Dan ternyata benar, hari ini.

Jadi, bolos lagi menjadi kegiatan selanjutnya. Rey memutuskan untuk mengajak lea ke rumah mahes saja, disana kita beri kejutan. Lea ikut saja, di tasnya sudah ada satu bungkus kado untuk mahes yang kemarin ia dan rey beli. Rey juga mengatakan kalau dia akan tunggu di perempatan, dan sekarang lea sudah ada di tempat tersebut. Tidak terlalu ramai disini, lea mengeratkan hoodie nya karena angin berhembus dingin sekali.

6 menit setelah lea sampai di tempat itu barulah rey, dia langsung mengajak rey dan memberikan kejutannya. Mereka berdua sudah berdiri di depan pintu, kue kecil yang lea beli juga sudah menyala lilinnya.

Tok tok!

Lea mengatur nafasnya, jantungnya terus menerus berdegup kencang. Hingga pintu itu terbuka dan memperlihatkan perempuan dengan pakaian tidurnya, tersenyum kearah lea dan rey.

Rey mengerutkan keningnya, "kak elena?."

Siapa lagi kalau bukan elena?

"Rey? Udah gede ya, btw siapa yang ulang tahun rey?." Tanya elena, dia menatap kue kecil di tangan lea kemudian menatap lea dengan tatapannya yang membuat naik darah.

"Siapa el- lea?."

Mahes muncul dari belakang, dengan wajah ala orang baru bangun. Elena langsung memepetkan dirinya dan menggandeng tangan mahes langsung.
Mahes sendiri sedikit terkejut dan berusaha melepaskan itu, tapi susah.

"Kok ada dia dirumah lo, hes?." Tanya rey, nadanya penuh penekanan seakan-akan ada amarah yang akan meledak.

"Dia-."

"Aku mau nikah sama mahes rey, kamu belum tau, ya?. Oh iya, belum ngasih tau kamu. Jadi ibunya dia minta aku sama mahes buat.... Pdkt dulu, begitu." Potong elena, dia tersenyum sesekali melirik ke arah lea yang diam, sembari berusaha menahan bungkusan kue itu agar tidak jatuh.

Rey semakin naik pitam, dia menarik tangan lea untuk membawanya pergi setelah memberikan kado ulang tahun yang ia bawa. Kue kecil itu juga jatuh ke lantai dan hancur berserakan,

Di tempat sepi dan sejuk rey memberhentikan diri dengan lea, dari matanya lea menahan tangis. Embun di pelupuknya juga tampak penuh.


 Embun di pelupuknya juga tampak penuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mereka... Siapa, hes?." Tanya elena santai, sedangkan mahes sudah menahan amarahnya dengan mengepalkan tangan.

"Kenapa kamu bilang kalau kita dijodohin, len?."

Elena diam, dia hanya bisa mengerjap dan berpikir untuk jawabannya sebelumnya.

"Jawab len, kenapa?." Tanya mahes lagi sembari menekankan kalimatnya, sudah ditebak mahes marah saat ini, tapi harus kontrol emosinya. "Len? Gak bisa menjawab?."

Elena menghela nafas, yang tadinya menunduk pun mendongak melihat ke mahes yang duduk tidak jauh dari dirinya.

"Karena aku cinta sama kamu, mahes." Jawabnya, Mahes sendiri langsung terdiam sembari menatap gadis itu tidak percaya. "Kenapa hes? Kamu kaget?. Aku juga mau, kita menikah mahes, ayo menikah."

Mahes refleks menggeser tempat duduknya ketika elena tiba-tiba duduk di sebelahnya sembari memohon memegangi tangan.

Mahes menggeleng sembari melepas tangan elena, "kamu gila ya? Lebih baik kamu pergi sekarang, sudah membuat onar ngelunjak minta nikah!."

Elena menggeleng, "mahes...."

"Nggak elena!."

Elena pun bangun, dia mengelap air matanya dan menatap mahes marah. Tapi tidak sama sekali di gubris oleh mahes, membiarkan saja perempuan itu berdiri sampai pergi. Menghela nafas dan menatap kue coklat yang belum sempat dibereskan di depan pintu, mahes menangkup wajahnya sembari menggeram tanda penyesalannya tadi. Ulang tahun yang kacau.

"Bagaimana minta maafnya coba," keluh Mahes.

Tubuhnya beranjak untuk membersihkan objek kue perserakan itu, dan setelah bersih Mahes menutup pintu rumahnya. Mengambil kado yang sempat rey berikan padanya, kado dengan ukuran persegi empat lebar membuatnya penasaran.

 Mengambil kado yang sempat rey berikan padanya, kado dengan ukuran persegi empat lebar membuatnya penasaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
COFFEE Where stories live. Discover now