03

2 1 0
                                    

Setelah kemarin melihat lea yang mengobrol berdua dengan rey, ternyata tidak hanya hari itu. Mahes dalam perjalanan pulang supermarket pun melihat  lea dengan rey masuk, refleks mahes menyembunyikan diri di rak-rak isi makanan ringan. Mereka tampak memilih-milih peralatan mandi, mahes langsung keluar supermarket sebelum mereka tahu.

Berjalan lemah dengan tungkai penuh rasa lelah, menatap satu bungkus rokok. Dia membukanya kemudian langsung menyalakan itu, menghembuskan asap rokok sembari membelokkan langkahnya menuju taman. Penerangan disana sayup-sayup namun cocok untuk menyendiri, mahes butuh sendiri untuk bergulat dengan pikirannya.

Satu batang habis ia nyalakan lagi hingga mencapai 3 batang, dirasa terlalu banyak mahes menyudahi. Dia melihat ke jam tangan, waktu sudah hampir tengah malam. Ia harus pulang, cepat beristirahat agar besoknya tidak terlambat membuka cafe.

"Hes? Lo bukan?."

Mahes menoleh, gadis dengan rambut sebahu tersenyum di pintu masuk taman. Sayup-sayup juga mahes mendengar ucapan itu, dia mendekat agar lebih tahu siapa yang bersuara tadi. Lalu tersenyum ketika mengetahui wajahnya, dia perempuan dengan nama elena. Teman satu SMA mahes di kampung.

"Elena, kan?."

Elena mengangguk, "kamu ngapain disini?."

"Hanya melamun, kamu?."

"Baru pulang dari kantor."

"Wow! Kerja kantoran, ya, sekarang?."

"Hahaha.... Iya, di sana."

"Oh oke-oke, ingin bersama? Anak gadis tidak boleh sendirian berjalan dalam kegelapan."

"Hahaha.. masih sama kamu hes, yaudah ayo."

Mereka akhirnya berjalan untuk pulang, sembari menukar gurauan agar perjalanan tidak terlalu mencengkram. Mahes sampai di apartemen tempat tinggal elena, mereka berhenti di depan lalu elena langsung masuk lift. Melambai dengan tersenyum ke mahes, ya.... Mahes harap bisa bertemu lagi esoknya.

Diperjalanan tadi mahes hanya berbicara mengenai cafe yang didirikannya 2 tahun lalu, menyuruh elena untuk mencoba kopi buatan tangannya kala senggang. Elena mengiyakan, dia akan datang tanpa pemberitahuan. Jadi, mahes tinggal menunggu.

Jarak apartemen elena dengan tempat tinggalnya ternyata lumayan, butuh beberapa langkah agar sampai. Sekitar semakin sunyi dengan bunyi angin berhembus, mahes tentu tidak takut. Dia memasang earphone di telinganya agar perjalanan lebih ada suara, tidak merasa sendirian tentunya.


 Dia memasang earphone di telinganya agar perjalanan lebih ada suara, tidak merasa sendirian tentunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ada hambatan untuk hari ini, apa itu?

Uang lea habis, gara-gara wowo yang mengejarnya hingga tertangkap cuman karena uang kas kelas. Ah bukan salah wowo, ini salah lea kenapa menunda pembayaran. Sisa uang yang akan ia gunakan untuk kopi terenak di cafe itu habis semua, sekarang hanya bisa lewat di depan bangunan itu tanpa mampir ataupun masuk.

Lea melirik dari pintu dan dinding yang tembus pandang, disana ada perempuan di salah satu meja dekat dinding dengan mahes di depannya. Mereka tampak mengobrol dan sesekali bergurau, mahes juga mengeluarkan senyum dan tawanya.

Genggaman pada ujung dasi erat tiba-tiba, lea cepat menoleh hendak berlari. Tapi mendadak terhenti karena ada rey yang tersenyum di samping, lea jadi terjatuh duduk di tanah, sedangkan rey kaget juga walaupun akhirnya membantu untuk bangun, membersihkan debu-debu di baju lea.

"Lo kenapa sih, lea?."

Lea menunduk sembari menggeleng, "gue pulang dulu, bye."

Sementara itu lea berlari menjauh, sedangkan rey menatapnya bingung. Dicarilah dia objek yang menjadi penyebab, ah ternyata dari arah cafe. 

"Hes." Panggilnya setelah berlari sedikit dari tempat ia bertemu lea, Mahes pun dengan perempuan di depannya.

"Kenapa, rey?."

"Ikut gue."

Rey berjalan agak menjauh dari dari perempuan tadi, kemudian berbalik menatap mahes dengan kening mengerut.

"Siapa tu perempuan?."

"Elena, kenapa emang?."

"Tadi ada lea," ucap rey. Cukup membuat mahes terdiam dengan mata yang tidak bisa bohong,  memperlihatkan sebuah ekspresi terkejut pada wajahnya.

"T-terus dia liat, gue sama, elena?."

Rey mengangkat kedua bahunya, "tidak tahu, tapi dia langsung lari. Dia sendirian berdiri  di depan cafe, pas gue samperin eh pergi."

Mahes mengacak-acak rambutnya, "sial sial, kenapa dia kesini sih."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
COFFEE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang