04

5 1 0
                                    

Harum lavender kian menguat menusuk hidung lea, dia menaruh tasnya di lantai kemudian beranjak untuk melepas pakaian. Setelah terlepas ia berlanjut merebahkan diri. Wajahnya tertutup bantal bertujuan suara isaknya teredam sedikit.

Kejadian yang memang dilihat biasa saja oleh sebagian orang, namun oleh mata lea itu menyakitkan. Pikirannya sudah tidak biasa diajak kerja sama, pikiran negatif terus menerus menyerang otaknya.

Itu yang membuat lea semakin terisak, apalagi mengingat mahes adalah pemuda dewasa. Berbeda jauh juga umurnya, bisa jadi kan... Perempuan itu calonnya?

Bisa jadi, orang seumuran mahes saja sudah menggendong anak?

Dan kemungkinan karena mahes sudah dewasa, dia dijodohkan dengan perempuan itu lalu mereka diberi waktu untuk lebih dekat agar saling mengenali lebih jauh, kan?

Dering ponsel menyudahi isaknya, lea membuka bantal yang menutupi mukanya, dia terduduk dan menghapus air matanya. Tertera nama 'rey' di panggilan.

"Kenapa sih, rey?."

"Suara lo kenapa tuh? Nangis?."

"Pilek."

"Halah, oh iya. Jadi kan ke luar beli 'itu' nya?."

"Ga tau, gue gak mood rey."

"Besok waktunya, gak ada waktu buat santai-santai. Lo mau kan Mahes-."

"Ck, iyaiya!. Jemput, gue siap-siap."

Lea mematikan panggilan kemudian bangkit, dia berjalan menuju kamar mandi. Membilas wajahnya dan mandi sebentar, sekedar menyejukkan badan saja. Berlanjut memilih baju-baju yang pantas dan menyemprotkan minyak wangi si titik tertentu.

Lea keluar dan duduk di teras sembari menunggu rey datang. Menghabiskan waktu 9 menit akhirnya rey sampai, dengan motornya. Mereka berdua berangkat membelah angin jalanan. Langit yang tidak terlalu panas membuat lea semakin mendapat ketenangan, rey juga sepertinya tau kalau nenghilangkan kesedihan dengan begini. Jalanan yang diambil rey juga tidak terlalu ramai pengendara, ada pemandangan bagus, cantik dan sejuk yang terpampang.

Nyaman, pelan-pelan mood lea semakin bagus dan bagus.

"Gimana? Enakan?." Tanya rey, lea yang tengah menikmati sembari memejam langsung membuka mata menatap ke spion.

"Enak, kok. Makasih ya," jawab lea.

"Makan dulu atau langsung ke tempatnya nih?."

"Langsung aja, gak sabar milihinnya."

"Hahaha okai."

Sepanjang toko, hanya ada kemeja warna senada di samping, depan, dan belakang atas. Karena hal ini lea dan rey sama-sama bingung, lea masih di kemeja bagian warna coklat. Menurutnya warna tersebut manis, dan cantik.

Ada sebab setiap kegiatan itu berlangsung atau dilaksanakan, begitu juga dengan kegiatan mereka berdua. Kemarin ketika di cafe, rey mendekat untuk berbicara masalah ulang tahun mahes. Yang harinya sebentar lagi, tentu itu penting dibicarakan dan diberitahukan ke lea.

Rey juga memberikan fakta soal mahes lebih dalam, seperti kesukaan pria itu. Dan lain sebagainya. Termasuk kemeja, salah satu barang kesukaan mahes yang mampu lea beli. Warna yang Mahes suka ialah abu-abu.

Lea berjalan lagi ke tempat kemeja warna abu-abu, memilih-milih hingga terpilih satu kemeja yang menurutnya pas untuk mahes. Membayarnya kemudian berlanjut untuk membeli pembungkus kadonya.

Intinya hari ini, dia dan rey hanya menghabiskan waktu untuk menyiapkan semuanya.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Jadi kamu ketemu elena? Gimana kabar dia sekarang? Sudah menikah belum elena, nak?."

"Belum katanya bu, elena baik, dia juga makin tinggi."

"Kamu suka gak, sama elena?."

"Hah? Ya engga atuh bu, kan temen doang."

"Mahen, bagaimana jika kamu sama elena menikah?."

"Hah? Ibu jangan ngawur, nanti juga mahes menikah, kok."

"Kapan hes? Lagian orang tua elena juga tidak menolak, toh kamu cowoknya kan?."

Mahen menghela nafas, dia mengacak-acak rambutnya lalu menoleh ke jam dinding, sudah pukul 7 malam. Dia sadar belum makan malam, panggilan pun dimatikan dengan alasan tertentu lalu barulah sedikit lega. Percakapan yang paling tidak disukai mahen ya pernikahan, atau perjodohan.

Lagian, mahen tidak setua itu.

Pikirannya sudah campur aduk sekarang, kakinya bangun untuk ke dapur dan merebus satu bungkus mie instan. Mungkin dengan ini bisa merilekskan pikirannya, sedikit.

Tok tok tok!

"Bentar!."

Mahes meninggalkan mie nya yang belum mendidih kemudian berjalan cepat ke pintu, dia melongok sebentar, melihat siapa yang ada di balik pintu. Dirasa mahes mengenali orang dibalik pintu itu, ia langsung membuka kunci dan pintu.

"Elena? Kenapa kesini?."

"Aku disuruh ibumu buat kesini," jawabnya. Benar-benar membingungkan diri mahes sekarang. Tapi karena hari sudah malam dengan cuaca yang dingin dipersilahkan lah untuk masuk.

Mahes langsung berlari lagi setelah menutup pintu ke dapur, mie nya akan tidak enak jika terlalu lama direbus. Setelah mie nya matang, ia bawa ke depan untuk dia makan sembari menukar obrolan.

Tapi masih ada pertanyaan di benak mahes, ibunya kenapa menyuruh elena kemari?

Pakaian elena juga santai, ia hanya pakai baju tidur pada biasanya namun berlengan panjang, agak sopan.

Hingga jam menunjukkan tengah malam elena tidak pulang-pulang, bingung lah mahes. Ia menolehkan kepalanya ke gadis yang tengah fokus ke televisinya itu.

"Gak mau pulang?."

Elena menoleh, menggeleng sebagai jawaban kemudian fokus lagi.

"Kenapa?, Anak gadis tidur di rumah laki-laki yang ada bakalan keliatan aneh."

Elena menoleh lagi, "jangan dipaksa."

"Gak ada yang maksa, memang begitu kan faktanya?."

"Tapi-."

Suara hujan tiba-tiba menjeda ucapan elena, mahes maupun dia sama-sama kaget akibat suara jatuhnya benar-benar kencang. Mahes keluar untuk mengamankan tanaman kesayangannya, kemudian mengecek kembali dan masuk setelah selesai.

Elena meringkuk dengan tangan memeluk kakinya, sedangkan mahes menatap jam dinding dan jendela tertutup tirai.

Menghela nafas dan melangkah untuk duduk disebelah elena, "mau nginep?." Tanya mahes, elena menoleh menatap mahes kemudian mengangguk ragu-ragu.

"Yaudah, gih kamar."

"Sendirinya?."

"Sofa."

"Kenapa di-."

"Cuman ada satu kamar."

"Yaudah satu kamar aja."

"Gila, cepetan sana."

Elena terdiam menatap mahes, sedangkan mahes sendiri berjalan ke kamar guna mengambil selimut dan bantal untuk tidur nanti. Selesai dari sana langsung menyuruh elena masuk kamar dia, elena menurut akhirnya. Dia bangun dan berjalan pelan ke kamar, sedangkan mahes mengatur posisinya untuk memejam

 Dia bangun dan berjalan pelan ke kamar, sedangkan mahes mengatur posisinya untuk memejam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
COFFEE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang