Chapter 27

6.1K 426 9
                                    

Hallo, aduh author cape banget seharian ngebabu, jadi tanpa ba-bi-bu lagi, skuy baca, vote dan komen jangan lupa. Happy reading para readers tercintahhh<3

Agam mengetuk ngetukkan jarinya diatas meja, sambil memikirkan kapan waktu yang tepat untuk balas dendam terhadap gadis itu. Tak ada yang berani menyapa pemuda itu, mereka bahkan tak berani menatap mata elangnya.

Hanya karena guru mendadak tak masuk kelas mereka karena ada rapat dadakan dengan kepala sekolah, bukan berarti kelas Agam tidak berisik walaupun sudah diberi tugas untuk dikerjakan saat itu juga.

Walau tak seberisik yang lain, tetap saja itu mengganggu Agam. Kepalanya hampir pecah karena mendengar semua suara yang tertangkap diindra pendengarannya. Beruntung tidak ada yang menggibah dirinya disana, jika saja itu terjadi dipastikan orang itu akan menjadi sasaran empuk untuk Agam beri pelajaran ditambah lagi dirinya ingin meluapkan semua kekesalannya saat ini.

Decitan kursi mengalihkan perhatian para manusia yang berada disana. Agam berdiri beranjak dari duduknya dan pergi dari sana bahkan sang ketua kelas juga tak berani memprotes tindakan Agam yang meninggalkan kelas tanpa menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu.

Tujuan Agam adalah toilet. Kenapa tidak ke rooftop? Karena pemuda itu harus menyelesaikan sesuatu yang tidak ingin didengar oleh siapapun saat ini.

Memasuki toilet Agam langsung mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah nomor dan menekan tombol memanggil. Tak butuh waktu lama untuk seseorang yang berada di seberang sana mengangkat telfon tersebut.

"Ini gue,"

......

"Ternyata lo udah tau harus ngapain."

......

"Nggak sekarang! Tapi, dalam waktu dekat ini!"

......

"Sisanya bakal gue transfer kalau urusan lo dah kelar!"

......

"Oke!"

Percakapan itu terputus karena Agam mematikan sambungan nya. Smirk yang sedari tadi dia tahan akhirnya muncul juga, walau matanya tak bisa berbohong ada sesuatu yang dia rasakan tak sejalan dengan perasaannya.

Meski begitu, tak pernah ada yang tau bagaimana perasaan Agam. Laki laki itu menatap pantulannya dicermin, menyugar sebentar rambutnya lalu mengepalkan kedua tangannya erat. Entah itu karena amarah dan dendam atau justru sebaliknya.

Inilah Agam yang sekarang, lelaki pendendam jauh dari kata pemaaf.

"Gue sendiri yang bakal buktiin kalau selama ini gue nggak pernah salah menilai!"

"Gue muak dengan kehidupan! Semuanya berdrama! Nggak ada satupun yang benar benar tulus!" Satu tonjokan yang dituju pada cermin mengakibatkan tangan Agam memerah dan sedikit berdarah. Kekesalan yang sedari tadi dia tahan kini tercurah lewat satu pukulan pada cermin didepannya. Retak? Tentu saja, pukulannya tak main-main.

Agam keluar toilet dengan kondisi yang ya, sedikit berantakan. Rambut acak-acakan, tangan memerah dan sedikit berdarah, dua kancing baju atasnya yang dibiarkan terbuka, dan dasi yang entah kemana perginya.

Bukannya terlihat seperti gembel, dirinya malah mengeluarkan aura khas seorang badboy. Untung tidak ada siapapun disana. Kalau tidak penampilannya saat ini akan menjadi trending topik para fansnya.

Pintu rooftop terbuka, Agam berjalan kearah Alex tanpa mengatakan hal apapun. Dirinya menyesap rokok dan menghembuskan asapnya dengan kasar. Sesekali memainkan asap rokok tesebut.

F I G U R A N  (END)Where stories live. Discover now