02

241 34 0
                                    

Puluhan tahun yang lalu, Jeongin memberikan sebuah kertas yang berisi mantra pada Jungwon. Ia juga berpesan untuk merawat 'sesuatu' yang tersegel dibalik segel saat kondisi 'sesuatu' itu sudah stabil.

Dua tahun kemudian, Jungwon mencoba untuk mendatangi 'sesuatu' itu. Lokasinya di utara, yang mana matahari tak pernah terbit disana. Tempat itu dingin, sangat dingin. Membuat Jungwon semakin heran dengan apa yang disegel kakaknya ditempat sedingin itu.

Memasuki gua yang sangat dalam, mulai dari yang terlapisi batu kapur hingga yang terlapisi batu berlian. Jungwon bertanya-tanya, 'sesuatu' yang disegel ini sebenarnya berharga atau berbahaya?

Jungwon tersenyum lega saat menemukan lingkaran segel diujung gua. Namun saat didekati, ia terkejut karena mendapati seorang anak kecil yang sedang tertidur didalam lingkaran segel itu.

Selama ini Jeongin menyegel seorang anak kecil? Dan sekarang ia ingin Jungwon untuk merawatnya? Jungwon rasa kakaknya itu sudah gila.

Jungwon semakin panik saat jari-jari mungil itu mulai bergerak. Perlahan, tubuh pucatnya bangkit dan terduduk. Mata itu masih tertutup, bibir birunya menggumamkan beberapa kata yang tak Jungwon pahami.

"Halo?" sapa Jungwon dengan hati-hati, karena ia yakin bahwa sosok didalam segel itu bukanlah manusia.

Kepala itu terangkat, matanya terbuka perlahan menampilkan manik kecoklatan yang sangat cantik. Tapi sayangnya tatapan itu kosong seperti tak punya harapan, tidak seperti mata seorang anak kecil pada umumnya.

"Siapa..." suara cempreng namun datar itu menyentuh gendang telinga Jungwon, membuatnya cukup terkejut.

"Jungwon, Yang Jungwon. Kamu siapa?" Jungwon mendekat dan duduk didepan anak itu, masih terhalang oleh segel kemerahan milik Jeongin.

Mata coklat itu melirik ke kanan atas, dan jari telunjuknya naik untuk menyentuh ujung bibirnya. "Ddeo... Ddeonu..." gumamnya.

"Ddeonu? Namamu Ddeonu?" ujar Jungwon memastikan, yang mendapat anggukan patah-patah.

"Ddeonu? Nama yang aneh." setelah menggumamkan kalimat itu, tiba-tiba kepalanya kejatuhan bola salju.

"Aduh!" jerit Jungwon, ia menatap sosok mungil itu yang ternyata tengah mengepalkan tangannya.

"Kamu sedang disegel, namun bagaimana bisa kamu membuat bola salju yang padahal di dalam sini tidak ada salju sama sekali?" tanya Jungwon dengan heran, padahal seharusnya segel Jeongin bisa membuat sosok itu tak dapat menggunakan kekuatannya.

"Kata Kak Jeongie... Ddeonu bukan dicegel kekuatannya... Tapi dibataci pemakaiannya..." penjelasan singkat langsung membuat Jungwon menganggukkan kepalanya.

"Terus, sekarang apa yang akan kamu lakukan?" tanya Jungwon yang dibalas dengan gelengan pelan.

"Sudah berapa lama kamu bangun?" pertanyaan itu dibalas dengan gelengan lagi.

"Umur kamu berapa?" pertanyaan itu tidak langsung mendapat jawaban. Mata coklatnya menelusuri jari-jari tangannya, dan bersikap seolah tengah berhitung.

"Ddeonu... Ddeonu tidak ingat..." jawaban itu mendapat erangan kesal dari yang lebih tua.

"Kamu berpose seperti sedang berpikir namun setelahnya kamu menjawab bahwa kamu tidak tahu?" ujar Jungwon kesal.

"Ddeonu tidak tahu... maap..."

"Huh, ya sudah. Tidak apa-apa, jangan paksakan dirimu." Jungwon berdiri.

"Omong-omong, namamu aneh sekali. Ddeonu? Ini pertama kalinya aku mendengar nama seperti itu." lanjut Jungwon sebelum kemudian mengucapkan mantra untuk mematahkan segel itu.

PRANG!

"Ddeonu... tidak bica bilang hulup ech..."

Segel yang mengelilingi Ddeonu kemudian pecah dan sirna. Jungwon mengangkat tubuh mungil itu, dan setelahnya ia berpikir. "Tunggu, jadi namamu Ddeo- diganti s jadi... Sunoo? Namamu Sunoo?"

"Heung..."

"Oh astaga..."Jungwon membawa Sunoo keluar dari gua lembab itu. Kakinya melangkah dengan santai, sedangkan tangannya menahan tubuh mungil yang sangat ringan di gendongannya.

Tapi seketika Jungwon berhenti saat tangannya merasakan sebuah kain yang mengganggu. Ia menunduk dan mendapati perban di kaki kiri Sunoo. "Ada apa dengan kakimu?" tanya Jungwon, ia menyentuh perban yang agak lusuh itu.

"Kata Kak Jeongie... kaki Ddeonu patah... jadi haluc dipelban..." Sunoo menggoyangkan kakinya, membuat perban itu semakin terbuka.

"Hei, jangan digoyangkan!" Jungwon menurunkan Sunoo dan memperbaiki perbannya, sedikit meringis saat tangannya menyentuh kaki polos Sunoo yang sangat dingin.

"Tangan Kak Wonie hangat... cepelti tangan Kak Jeongie..." lirih Sunoo, sudut bibirnya terangkat.

"Itu karena tubuhmu dingin." setelah memperbaiki perban Sunoo, Jungwon segera membawa anak itu kembali ke rumahnya.

•••

absurd banget deh, beneran
lama ga ngetik fantasi, sekalinya ngetik jadinya aneh
maapkeun :(

btw updatenya lama, karena lupa kalo punya book on going, hehe :D

terima kasih sudah membaca^^
sampai jumpa-!

🍓iru

Former Life Memories Where stories live. Discover now