Tonight (1)

3.7K 166 87
                                    

Ada beberapa hal, yang kalau direncanakan biasanya bermuara pada kata gagal. Entah itu gagal karena disengaja atau memang unsur trial yang bahkan tidak sempat terpikirkan.

Spontanitas, itu katanya lebih baik. Supaya tidak ada alasan bagi sebagian besar kemungkinan gagal untuk muncul dan menjadi sesuatu yang lebih nyata.

Dan mungkin itu pula yang Jungkook pikirkan, saat ini, dalam jeda makan malam, dua hari menjelang konser mereka.

"Ayo menikah."

"Nde?"

Singkat, lugas, dan jelas.  Harusnya tidak lagi ada pertanyaan konfirmasi. Tapi entah kenapa ... Seokjin refleks menanyakan itu, dengan wajah blank seperti patung, juga sumpit yang menggantung tidak sampai ke mulut.

Omong-omong, mereka tengah dalam situasi makan malam sekarang, berdua, sengaja memesan layanan kamar karena terlalu malas kalau harus bergabung dengan lima member yang lain. 

"Aku tidak bisa menunggu sampai tahun depan, Jin! Lupakan apa kata Bang Shi Hyuk  dan ayo menikah, pekan ini, selepas konser, oke?"

Seokjin tidak tahu, berapa sebetulnya kapasitas dalam otak manusia yang bisa digunakan demi memproses sebuah informasi. Namun yang pasti dia tahu jelas bahwa itu berbeda-beda ditiap orangnya. Dan mungkin itu pula yang jadi sebab kenapa ... saat ini dia kesulitan memahami apa yang kekasihnya katakan.

"Menikah?" Dia mengulang, masih dalam separuh pikiran yang melayang-layang di udara. Menatap pemuda ikal di seberang meja yang tetap menunjukan gigih juga keseriusan.

Jungkook mengangguk.

"Minggu ini?"

Sekali lagi mengangguk.

Dan itu cukup untuk Seokjin meletakan sumpit kembali ke tempatnya. Menatap lurus pada sepasang mata bambi yang bersinar penuh kesungguhan, tidak, dia tidak tersenyum. Rautnya begitu datar, dan itu sedikit banyak membuat Jungkook bingung bagaimana menerka isi pikirannya.

"Apa yang kamu pikirkan saat mengatakan itu?" Kalimat itu terlalu serius, dan mereka memang tidak dalam suasana penghiburan untuk diajak bercanda.

"Tidak ada, aku hanya ingin menikah dengan segera. Tidak perlu menunggu libur yang masih belum jelas kapan. Selama itu antara kamu dan aku, bukankah sama saja?"

Seokjin ingat jelas, dia mengencani pemuda yang usianya lima tahun lebih muda. Laki-laki ceroboh lagi pemalu yang tidak jarang mengambil keputusan tanpa dipikir panjang, sering berubah-ubah, juga mengedepankan emosi dibanding akal sehat.

Tapi malam ini tidak, sosok yang duduk di hadapan Seokjin begitu tampak lain. Dia serius, dan itu bahkan bisa Seokjin lihat dari sorot matanya.

"Satu pekan Jungkook, dan ini dalam suasana Konser. Bagaimana kita mengatasi itu?" Satu lemparan pertanyaan lagi, dan itu semata Seokjin lakukan untuk tahu di batas mana Jungkook mempertahankan inginnya.

"Aku tidak pernah mendamba pernikahan luar biasa semacam dongeng Disney, Jin. Asal mempelainya dirimu, jikapun itu hanya berdua di sebuah gereja pinggiran kota. Maka aku akan selalu bersyukur dan berbahagia."

Seokjin terpana, sama sekali tidak menduga. Seseorang yang beberapa bulan lalu begitu meragu saat diajak mengambil janji suci dihadapan Tuhan, hari ini begitu menggebu dan dengan lapang hati menyampaikan kepasrahan diri asal bisa 'sah' di mata hukum juga Tuhan sebagai 'miliknya'.

Bukankah Seokjin beruntung?

Semula kecewa karena permohonan izin-nya pada atasan untuk menikahi Jungkook ditentang dan diminta untuk menunggu sampai akhir tahun, kini justru mendapat dorongan kuat dari sang calon mempelai untuk berani melangkah sesuai ingin mereka sendiri.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang