4. Misi Pertama

141 36 9
                                    

"Sekali lagi Mas Ison pegang rambut Hera, Hera botakin rambut Mas!" ancam Hera yang sudah sangat frustrasi karena sedari tadi Ison tidak ada hentinya menyentuh rambut panjang terurai miliknya yang sengaja ia jadikan bergelombang menggunakan pencatok rambut.

Ison terkekeh melihat Hera merajuk. "Rambut lo lucu sih, Dek. wavy-wavy gimana gitu," ujarnya.

"Guys, mau parfum gak?" tawar Zale sambil mengarahkan parfum dengan aroma yang manis tetapi menyegarkan. "Eh itu Gara sama Roman udah parfuman? Lo berdua kan bau badan," lanjutnya lalu tersenyum jahil.

Gara yang tadinya sedang memeriksa penampilannya pun berhenti dan menoleh ke arah Zale. "Kurang ajar lo, Mbak. Gue udah bela-belain pake parfum yang bapak gue beliin khusus dari Paris nih, cuma buat ketemu pak-pres," balas Gara membantah ucapan Zale tentang bau badannya.

"Egi sama Elira mana nih? Blom keliatan," celetuk Ison.

"Kian sama Niran juga belom, lo sekamar kan sama mereka?" tanya Zale kepada Ison.

Lelaki itu mengangguk. "Kayaknya sih antara Kian belom selesai mandi atau Niran masih sibuk foto buat OOTD," tebaknya sambil mengelus dagunya dengan tangan kanannya.

Hari ini hari yang sangat penting bagi seluruh anggota Aureolus. Logan Rowen, presiden negara mengundang para anggota Aureolus untuk datang ke istana untuk berbincang. Entah apa yang akan mereka bicarakan, pasti topik yang sangat penting.

"Mas Ison! Jepit rambut Sheva siniin!"

Mendengar pekikan para termuda yang diakibatkan sifat jahil Ison membuat Zale selaku anggota tertua kedua di Aureolus mengembuskan napasnya kasar. Ia menghampiri si pelaku dan menyambar sebuah jepit rambut berwarna ungu yang lelaki itu pegang.

"Lo tuh jail banget, Son. Gue gak paham sama lo kenapa seneng banget jailin Hera sama Sheva," omel Zale penuh emosi. Ia memberikan jepit rambut itu kepada si pemiliknya lalu kembali berdiri di hadapan Ison.

Sedangkan si pelaku hanya tertawa kecil. "Habis seru, Zal. Cobain deh."

"Bego!" Zale melayangkan satu cubitan tepat di perut Ison. "Dikasih tau malah ngeyel, bingung banget kenapa pas voting milih ketua semuanya malah milih elo. Masih bagusan juga gue ke mana-mana," gerutunya.

"Soalnya kalo Mbak Zale jadi ketua, masa depan Aureolus jatohnya malah kayak lagi pelatihan militer," timbrung Niran yang baru saja tiba dari kamarnya bersama Kian.

Lantas mulut lelaki itu ditutup oleh telapak tangan Gara yang lebar. "Anak kecil, Mbak hehe. Maklumin kalo ngomong suka ngasal," ujar Gara dengan wajah canggung, khawatir kalau Zale akan menumpahkan semua ceramahnya lagi disaat hari penting seperti ini.

"Sudah siap semuanya?" tanya Pak Azri. Terlihat dari pakaiannya yang sudah sangat rapi dan anggun, anak didiknya pasti sudah lebih dari siap. "Kalo gitu kita langsung ke parkiran aja. Mari kita c'mon!" ujarnya penuh semangat.

Mereka masuk ke dalam lift dan menuju lantai lobby. Di sana terparkir sebuah Limousine Chrysler 300 yang sudah siap untuk mengantar Aureolus dan Pak Azri menuju istana presiden.

"Anjay, mimpi apa gue bisa naik mobil modelan hotdog begini," celetuk Roman.

"Bisa-bisanya lu bilang mobil hotdog, asal lo tau ini mobil harganya bisa buat beli hotdog beserta gerobaknya sekaligus ruko buat jualan," balas Radi tidak terima.

"Ayo anak-anak masuk," perintah Pak Azri setelah membukakan pintu. Satu persatu anak didiknya masuk ke dalam. Pria itu juga masuk ke dalam dan duduk bersama mereka. Perjalanan menuju istana presiden ditemani dengan kekaguman anggota Aureolus terhadap isi mobil yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Évasion : To Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang