Our Same Story

6.5K 543 36
                                    

Sakura-sensei
.
Chapter 14
.
Warning!
Typo, Rated M
.
© Masashi Kishimoto
.
DLDR
.

.

.

Sakura menatap wanita berambut pirang di hadapannya. Duduk di sofa sambil menangis tersedu-sedu, seperti menangisi hal yang begitu berat.

Ino datang ke ruangannya pagi-pagi sekali. Bahkan sebelum Sakura tiba di ruangan, Ino sudah nangkring di sofanya sambil menggenggam satu boks tisu. Meski menangis kejar pun, Ino masih terlalu sayang membiarkan maskaranya luntur. Ini masih akhir bulan, budget masih terlalu tipis untuk membeli maskara dan kawan-kawannya.

Sakura menghela nafas. Dia pernah berada di posisi Ino, namun dengan konteks yang berbeda.

Bahu Ino bergetar, suara isak tangis pun masih mengalun keras seolah tak mau berhenti. Masalahnya cukup rumit, berpisah dengan kekasihnya.

"Okay. Menangislah sebanyak yang kau mau Ino."

"Kenapa aku harus mengikuti jejakmu sih!" Racau Ino masih dengan mata yang berair.

"Apa maksudmu?"

"Ya maksudku kenapa aku harus disakiti oleh seorang bajingan. Sama seperti yang kau alami."

"Sialan. Kau pikir aku mau begini hah?" Sewot Sakura tak terima. Loh, yang memberikan mereka takdir seperti ini ini kan bukan dirinya.

"Kenapa coba kita harus mencintai seorang bajingan?!"

Sakura menghela nafas lagi, "dulunya kita tidak mencintai seorang bajingan. Kita menyukai mereka karena mereka baik 'kan?"

"Hm. Mereka dulu bersikap begitu baik."

"Benar. Kita pun dibuat terlena. Berpikir bahwa mereka akan selamanya milik kita. Mengira bahwa mereka tidak akan ke lain hati. Tapi kenyataannya, waktu merubah hati dan perasaan mereka sendiri."

"Hm. Dan juga wanita sialan yang menggoda mereka. Sempurna sudah kisah cinta yang menyebalkan ini."

Sakura terkekeh,  namun membenarkan ucapan Ino.
Kadangkala ketika hati kita mulai berubah, berada di titik jenuh, dan mulai merasakan lunturnya perasaan cinta, ada saja mereka yang datang. Dengan alasan dan tujuan yang berbeda. Entah karena mereka hanya ingin menjadi tempat bercerita dan atau bahkan terang-terangan ingin merebut sebuah kebahagiaan. Sakura sering menyadari hal itu, dari banyaknya pengalaman orang-orang dan juga pengalamannya sendiri.

"Kadang aku bingung, kalau seperti ini siapa yang patut disalahkan. Karena biasanya putaran waktu dan takdir membuat kita sering salah paham." Ucap Sakura, membuat Ino yang sedang menangis pun ikut berpikir.

"Kau benar. Apa kita punya kesalahan yang membuat mereka berubah? Atau apakah mereka punya kesalahan hingga mereka harus berpaling?"

"Aku tak tau pasti, Ino. Mereka tak menjelaskannya secara rinci. Dan kita begitu kalut, masih bergelut dengan emosi, sehingga menyia-nyiakan waktu untuk bicara dari hati ke hati."

"Kau benar. Kita terlambat, Sakura. Hubungan mulai tak baik, tapi kita selalu tak sempat bicara. Penggoda datang lebih dulu dan kita dipaksa menyaksikan mereka."

"Disini, kita juga bersalah kan Ino?"

"Benar. Tapi aku tidak perduli. Mereka menyakiti aku. Hwaaaa…"

Sakura menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Ino kembali menangis dan Sakura yakin ini akan memakan banyak waktu.

TOKK TOKK

SAKURA-SENSEIWhere stories live. Discover now