★ ★ ★"Hai"
Sapaan itu terdengar begitu memilukan, sangat pedih dan penuh kerinduan.
Naren berdiri di bawah langit biru, menggenggam beberapa jenis bunga yang seluruhnya berwarna putih.
"Aku kangen" Naren menunduk dan tertawa kecil setelah kata tersebut keluar dari mulutnya. Sangat jarang Naren mengucap kan kata 'kangen' atau 'rindu' kepada Keysa semasa hidupnya.
Naren berjongkok di depan makam yang bertuliskan nama Keysa itu. Naren juga mencabut beberapa rumput liar yang mulai tumbuh di makam cantik milik kekasihnya itu.
Setelah membersihkan makam tersebut, Naren meletakkan bunga-bunga cantik itu di makam Keysa.
"Maaf gue jarang ke sini" Monolog Naren. Terdengar biasa saja tetapi laki-laki itu menahan sekuat tenaga nya untuk tidak menangis. Dia lemah.
"Maaf juga gue belum bisa bales perbuatan Fardan dan Galen" Sepertinya kata maaf saja benar-benar tidka cukup untuk membuat Keysa tenang di sana.
"Maaf" Ucap Naren sekali lagi. Kali ini suaranya melemah bahkan nyaris tidak terdengar.
Setelah beberapa waktu di makan Keysa, Naren berdiri dan hendak pulang. "Gue pulang dulu, kapan-kapan gue nengokin lo lagi" Pamit laki-laki itu kemudian berjalan keluar dari pemakaman umum tersebut.
Naren melajukan motornya membelah jalanan kota Bandung. Langit sore yang mulai menampakkan senja nya membuat Naren teringat kepada seorang gadis yang baru-baru ini dia kenal.
Nalva.
Naren teringat ketika dia membawa Nalva ke pantai dan menikmati langit sore bersama gadis itu. Gadis cantik yang malang. Gadis cantik yang harus dia sakiti karena keegoisan nya.
Naren sadar dia buka laki-laki yang baik, dia sudah banyak menyakiti hati gadis yang dia sayangi. Naren juga susah untuk menyinkronkan isi kepalanya dengan isi hatinya. Rasanya logika nya selalu berperang melawan kata hatinya.
Tapi Naren selalu mengikuti ego nya yang mengatakan bahwa dia tidak mencintai Nalva. Laki-laki itu juga sadar hatinya belum sepenuhnya melepaskan seorang Keysa.
Nalva memang tidak mempunyai salah apapun, tetapi keegoisan dan balas dendam yang membuat Naren menyakiti Nalva sejauh ini.
★ ★ ★
Naren memberhentikan motor nya di depan rumah mewah miliknya. Hari ini Naren memutuskan untuk tidur di rumahnya.
"Den Naren udah pulang?" Tanya Nunung- pengasuh sekaligus asisten rumah tangga di rumah Naren.
Naren merasa tidak harus menjawab pertanyaan tersebut, jadi laki-laki itu hanya mengangguk singkat kemudian menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Lagi-lagi Naren menghentikan langkahnya ketika Liam menegurnya.
"Kamu itu punya sopan santun tidak? Kamu gak lihat ada Ayah dan mamah kamu? Kenapa tidak di sapa?" Tanya Liam yang datang dari ruang tamu bersama istri baru nya.
"Mamah?" Naren hampir tertawa karena perkataan Liam.
"Gue gak punya mamah" Kata Naren dengan santainya. "Gue cuman punya bunda" Sambung laki-laki itu lagi.
"Kamu ini semakin hari semakin kurang ajar ya!" Kata Liam mulai tersulut emosi.
"Udah mas gapapa, mungkin karena Naren belum terbiasa" Friska- istri Liam sekaligus mamah tiri Naren mengelus lengan suaminya berusaha meredakan emosi lelaki paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA[PROSES PENERBITAN]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [SEDANG DALAM PROSES PENERBITAN- CEK UPDATE ON IG @Glamourbeen dan @Penerbitkatadepan] Menjadi tawanan seorang ketua geng motor karena kesalahan mantan pacarnya? Itu adalah hal yang tidak pernah di bayangkan oleh Nalva...