06

14.1K 1.7K 29
                                    

Zen semakin kuat meremas celananya.
"Sa-saya tidak bisa menunjukkannya di tempat umum yang mulia"

"Baik, mari pergi ke kamar ku"

"Apa ?" Kedua pipi Zen bersemu merah.

"Kamu tidak bisa menunjukkan buktinya di tempat umum, maka dari itu aku membawa mu ke kamar ku" Claus berjalan lebih dulu dari Zen, dia bahkan belum mendengar jawaban Zen mau atau tidak ikut bersamanya tapi kalau Zen menolak mungkin hal buruk akan terjadi atau Claus bisa saja memenggal kepala Zen.

Pada akhirnya Zen mengikuti langkah kaki Claus.
'Bagaimana ini ?! Aku takut mati...tapi aku juga malu!' batin Zen.

Sesampainya di kamar Claus, Claus menatap Zen yang sejak tadi terus saja menundukkan kepalanya.

"Angkat kepala mu" perintah Claus, Zen perlahan mengangkat kepalanya.

Mata Zen membulat saat melihat betapa besarnya kamar raja, tak hanya itu beberapa benda juga berlapiskan emas.

'Sa-sangat mewah' kata Zen di dalam hatinya.

"Sekarang.." Claus mendekat yang membuat Zen langsung mendongakkan kepalanya melihat wajah Claus.

".. perlihatkan pada ku bukti yang kamu maksud"

"Pa-paduka, ini akan sangat tidak sopan.. tapi saya ingin anda percaya!" Zen tiba-tiba menurunkan celananya yang membuat Claus terdiam.

Zen meremas bajunya.
"Maafkan saya!" Zen mengangkat bajunya, Claus bisa melihat p*nis Zen yang terlihat cukup kecil juga ada tanda melingkar di perut Zen.

"Itu .. um, ukuran yang tidak normal" kata Claus.

Zen semakin kuat meremas bajunya.
"I-iya yang mulia.. pertumbuhannya berhenti saat usia saya 10 tahun, ayah membawa saya ke tabib..  tabib mengatakan saya adalah salah satu anak yang memiliki kelainan yaitu bisa mengandung layaknya wanita, itu sebabnya tubuh saya tak bisa berkembang seperti pria pada umumnya paduka.. tanda ini.." Zen menyentuh perutnya.

".. sudah ada sejak saya lahir, awalnya orang tua saya berpikir ini hanya tanda lahir biasa tapi di tempat ini lah.." Zen menunduk.
".. tempat dimana janin akan tumbuh" jelas Zen.

Claus mendekat lalu melihat p*nis Zen.
"Apa kamu pernah terangsang saat menyentuh milik mu sendiri ?"

"Ap-apa ?!" Wajah Zen full merah.

Claus menarik dagu Zen agar mata keduanya bertemu.

Deg!
Deg!
Deg!

Jantung Zen berdebar kencang saat melihat mata berwarna hijau tua milik Claus.

"Saat kamu menyentuh tempat ini.."

Touch.

Deg!
Mata Zen membulat saat jari Claus menyentuh p*nis Zen.

"...apa kamu merasa ada sensasi aneh di tubuh mu ?"

Zen semakin kuat meremas bajunya, apa yang Claus maksud sensasi gugup dan aneh seperti ini karena Zen belum pernah bermain dengan miliknya karena dia cukup sibuk membantu ayahnya di kebun mawar.

Claus semakin dekat lalu berbisik di dekat telinga Zen.
"Aku akan membantu mu merasakan sensasi itu"

"Ah!" Zen menahan tangan Claus yang dengan mudahnya mengengam p*nis Zen.

"Pa-paduka ! Sa-saya ...Nng!" Claus menahan kepala Zen lalu mencium paksa bibir Zen.

"Mng!" Zen tidak tau harus bereaksi seperti apa, semua ini terasa sangat cepat padahal Claus terlihat tidak begitu tertarik pada Zen.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) My King : Mpreg (BL21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang