23

10.3K 1.3K 34
                                    

Saat matahari mulai memancarkan sinarnya, Zen bergegas bangun lalu pergi mandi, dia juga berpakaian rapi kemudian keluar dari kamarnya.

Seperti biasa para pelayan akan mengantar sarapan untuk masing-masing dari keluarga inti istana termasuk Zen walau pun dia belum menikah dengan Claus.

Zen berjalan menyusuri halaman istana, dia bisa melihat para pelayan bersiap dengan nampan mereka. Zen berlari kecil kearah para pelayan ini.

"Oh, tuan Zen.. kenapa anda kemari ?" Tanya salah satu pelayan.

"Siapa di antara kalian yang membawa makanan yang mulia Claus ?" Tanya Zen.

"Saya tuan" jawab pelayan dengan rambut pendek.

Zen mendekati pelayan ini.
"Um...ap-apa aku boleh membawa sarapan ini untuk yang mulia?"

Para pelayan ini saling bertatapan.
"Tuan, bukannya saya tidak memperbolehkan tapi ada aturan kalau makanan raja tak boleh di bawa oleh sembarangan orang.. ah, bukan maksud ku menyebut anda orang sembarangan tapi Anda tau sendiri resiko yang akan kami terima kalau hal buruk terjadi" jelas pelayan ini.

Zen langsung memasang wajah sedih.
"Oh, begitu" ujar Zen pelan.

Salah satu senior dari para pelayan ini pun tidak tega melihat wajah sedih Zen, "Tuan, kalau memang anda berniat membawa sarapan untuk paduka raja.. tidak jadi masalah, kami akan berjalan bersama anda"

"Be-benarkah ?!" Zen terlihat senang.

"Hm, ayo...berikan nampannya pada tuan Zen" perintahnya.

"Ba-baik" pelayan rambut pendek tadi langsung menyerahkan nampan Claus ke tangan Zen.

"Te-terima kasih sudah mempercayai ku! Aku senang!" Zen tersenyum bahagia yang membuat para pelayan ikut merasakan kebahagiaan Zen.

"Baik tuan, lebih baik kita cepat karena matahari mulai meninggi"

"Ah! Iya!" Zen berjalan lebih dulu di ikuti oleh para pelayan lain, setibanya di depan kamar Claus tiba-tiba Zen merasa gugup.

'Aku bisa melakukan ini !' batin Zen mencoba memberi dirinya sendiri semangat.

Tok.
Tok.

Salah satu pelayan mengetok kamar Claus.
"Iya ?" Jawab Claus dari dalam kamar.

"Yang mulia, saya datang mengantar sarapan Anda"

"Hm, masuk lah" ujar Claus yang semakin membuat Zen bertambah gugup.

"Ku- ku rasa aku tidak bisa melakukan ini" suara Zen bergetar.

"Jangan khawatir tuan, semua akan baik-baik saja" ujar pelayan senior tadi sembari membuka pintu kamar Claus lalu mendorong pelan tubuh Zen agar masuk menemui Claus.

Pelayan senior dan Zen masuk.
Zen bisa melihat Claus masih berbaring dengan mata tertutup.

Pelayan tadi menaruh nampan milik Zen di atas kasur Claus.
"Ke-kenapa menaruh satu nampan lagi disana ?" Bisik Zen.

Pelayan ini tersenyum.
"Sarapan lah bersama yang mulia Claus tuan Zen.. saya permisi" pelayan tadi menunduk singkat.

"Ah...hei...tu-tunggu dulu" Zen jadi panik sendiri saat melihat pintu kamar Claus di tutup rapat.

"Ngg.. "

Deg!
Zen langsung mematung saat mendengar suara Claus.

Perlahan Claus bangun lalu menatap Zen yang berdiri tidak jauh dari kasur Claus.

Mata keduanya bertemu, Claus menopang kepalanya.
"Apa ini  ? Aku terlalu memikirkannya bahkan aku berhalusinasi dia datang ke kamar ku...hah" ujar Claus sembari mengusap wajahnya.

Zen meremas nampan di tangannya.
"Anu...um, yang mulia.. aku bukan halusinasi mu.. "

Deg!
Claus langsung menatap Zen.

".. aku nyata disini" ujar Zen dengan senyum kaku.

Claus mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Ugh.. !" Claus tiba-tiba mundur, dia tidak menduga Zen yang sekarang ada di hadapannya nyata.

'Di-dia nyata !' batin Claus.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) My King : Mpreg (BL21+)Where stories live. Discover now