Senja hari Megalodon berdiri di pinggir pantai bersama tuan raja, dia telah mengemaskan pakaian dan kebutuhan lainnya beserta grimoire yang telah ia dapat. Megalodon akan bersiap untuk pergi, tuan raja telah menyiapkan kapal sewa buat anaknya.
"Kakak!" panggil Madrik, berlari dengan membawa bekal yang telah dibungkus dengan kain ungu. Megalodon pun menoleh dan tersenyum ketika melihat adiknya membawa bekal.
"Kakak, ini bekal-nya ketinggalan. Kebiasaan sih kakak pakai lupa, kalau nggak makan nanti kakak bisa sakit!" kesal Madrik dengan terengah-engah.
Megalodon menoleh lalu ia tersenyum. "Maaf, Madrik kakak lupa. Terimakasih yah sudah bawakan bekal kakak. Dek, kakak boleh berpesan setelah kakak pergi kamu jagain terus yah papa. Kamu harus kuat dan sabar ketika menghadapi kedua kakakmu Rey dan Roland saat menjaili-mu, jangan balas dengan dendam hormatilah kedua kakakmu, jangan sampai papa kepikiran nanti sakitnya kambuh," jelas Megalodon.
"Heh ... kalian bahas apaan sih, papa mau dengar," ucap tuan raja yang turun dari kapal sewaannya.
"Eh. Papa, nggak kok cuman bahas masalah biasa saja, gimana pa apakah kapalnya sudah berfungsi takutnya kemalaman kalau sampai di sana," balas Megalodon menutup pembicaraannya dengan mengganti dialog baru.
"Owh, sudah aman semua nak. Nak--" balas tuan raja, kemudian tuan raja memeluk Megalodon dalam seketika. "Nak, kamu jangan lupain papa yah. Jaga baik-baik di sana, kalau sakit atau apa cepat-cepat pulang yah, papa tidak mau untuk kehilangan kedua kalinya," Tuan Raja menyampaikan dengan mata berkaca-kaca.
"Papa, kenapa papa menangis?" balas Megalodon tingkah polosnya, kemudian Megalodon menjangkau tetesan air di bawah mata tuan raja dengan mengusap.
"Nak, sebenarnya papa tidak bisa untuk melepaskan-mu, papa ingin kamu ada selalu di samping papa," balas tuan raja dengan menangis berseri-seri.
"Pa. Megalodon pergi 'kan suruhan papa juga, papa nggak usah menangis, kan ada Madrik sama Kak Rey dan Kak Roland. Megalodon bisa hidup mandiri kok, tenang aja pa, Megalodon akan baik-baik saja. Kalau Megalodon dah selesai, Megalodon berjanji akan pulang kembali. Megalodon berterimakasih banyak sudah hidupi aku dengan lahir dan batin, kasih sayang sampai menyekolahkan aku sudah cukup pa. Megalodon ingin banget mau balas jasa sama papa, tapi kalau Megalodon sudah dewasa aku berjanji akan membalas jasa papa," jelasnya. Madrik juga hanya bisa diam dan mendengarkan pembicaraan Megalodon dengan tuan raja.
Pon ... pon ... suara klakson kapal terdengar keras, seorang nakhoda keluar dari kapal dan berteriak bahwa kapal siap dijalankan.
"Tuan. Kapalnya sudah siap!" teriak nakhoda. Mendengar teriakan nakhoda mulai saatnya tuan raja melepaskan anak kesayangan-nya.
"Nak, itu kapalnya sudah siap. Buruan naik kapalnya, " suruh tuan raja. Perlahan air mata tuan raja terus mengalir, Megalodon menoleh ke arah tuan raja serasa telah menyakiti hati papanya tapi Megalodon menolak sama saja menyinggung perasaan papanya.
Megalodon berjalan tiga langkah. Kemudian ia berhenti, Megalodon merasa dilema ia menggenggam tangan sekuat mungkin. Tuan raja dan Madrik kaget ketika Megalodon berhenti mendadak, nakhoda yang ada di kapal juga merasakan sama.
Megalodon berhenti sambil menunduk, perlahan air matanya terbendung di pertengahan dagu dan beberapa tetesan terlihat oleh tuan raja dari belakang.
"Nak?" panggil tuan raja dengan pelan. Selepas itu, Megalodon membalikkan tubuhnya lalu memandang ke arah papanya.
"Nak, kenapa kamu me--" ucapan tuan raja terpotong. Kemudian Megalodon berlari sambil melebarkan kedua tangan, air mata yang terbendung kini mengalir deras kemana-mana.
Pelukan kencang itu pun tertahan oleh tuan raja. "Papa, Megalodon kangen sama papa. Megalodon ingin bawa papa ke sekolah saja, aku tidak bisa untuk pisah sama papa," balasnya sambil menangis sampai membasahi baju kemeja tuan raja.
Tuan raja langsung menghentikan tangisannya. Tuan raja berpikir, "apa karena aku yah sampai Megalodon menangis terbirit-birit, kenapa aku harus menangis tapi kalau aku menghentikan tangisan ini sama saja aku kehilangan Megalodon," batinnya.
"Nak. Sudah berhentilah menangis, anak papa 'kan sudah dewasa kenapa harus menangis. Nggak malu sama Madrik. Sudah nak, papa tau kalau kamu menangis karena terpaksa 'kan, maafkan papa yah," balas tuan raja sambil mengelus rambut Megalodon.
"Papa, kalau Megalodon pergi. Papa nggak akan menangis 'kan? Megalodon nggak mau lihat papa menangis, " ucap Megalodon melihat ke wajah tuan raja dengan mata berkaca-kaca.
Pandangan Megalodon membuat tuan raja tidak bisa mengalihkan ke tatapan lain. "Semakin berkembang, wajahmu nak selalu saja bikin gemesin," batin tuan raja.
"Nak, papa berjanji tidak akan menangis lagi. Maafkan papa yah, papa tidak bisa untuk mengantar kamu sampai di gerbang sekolah. Papa juga ingin kamu bisa bersosialisasi dengan teman-teman baru di sana, ingatkan kata papa bila ada orang lain yang mendekatimu maka ajakin dia sampai akrab kalau ada orang lain membencimu balas dengan senyuman. Papa yakin kalau senyummu tidak akan kalah saing dengan senyuman orang lain," jelas tuan raja.
"Hmm ... baik papa. Megalodon akan mengingat semua perkataan papa. Anu ... emang senyum aku seimut itukah pa, padahal aku nggak senyum pa," herannya.
"Anak baik, papa akan percaya penuh padamu nak. Heh ... jadi itu tadi bukan tersenyum, ta-tapi pipimu yang tembem bikin gemesin nak, kayak kue empuk gitu boleh kunyah nggak," balas tuan raja.
"Ish ... ayah kayak masa kecil kurang bahagia saja, jangan aneh-anehlah ayah!" kesal Madrik.
"Eh ... kamu kenapa marah-marah nak, kan ayah tadi hanya bercanda. Ya sudah Megalodon, itu kamu sudah ditunggu pak nakhoda, dia dah lama nungguin kamu," suruh tuan raja.
"Baik, pa. Aku jalan dulu yah, selamat tinggal ...," Megalodon bergegas naik kapal, lalu ia melambai-lambaikan tangan pada tuan raja dan Madrik yang berdiri di pinggir pantai.
Mereka pun juga melambaikan tangan. "Selamat jalan anakku, papa 'kan selalu menunggu kehadiranmu. Semoga di sana kamu bahagia selalu, buat orang bahagia dan bangga karena kehadiranmu," batin tuan raja.
***
Usai saling melambaikan tangan, Megalodon masih berdiri di tempat pertama naik, sepanjang jalan ia hanya diam sambil memandangi Pulau Diamond.Sepuluh menit berlalu memandangi Pulau Diamond, tiba-tiba ada sebuah kapal terbang yang baru saja melintasi pandangan Megalodon.
Megalodon kaget kemudian ia melotot ke mana tujuan kapal terbang itu, semakin lama Megalodon memandangi kapal itu semakin cepat kapal terbang melewati kapal yang dinaikinya karena terlalu lamban.
"Ke-keren. Kapal itu bisa terbang, baru pertama kali ini aku melihat kapal secepat itu, kira-kira siapa yah yang buat rasanya aku ingin cepat-cepat berteman dengannya," ucap Megalodon yang berbicara sendiri.
Bersambung ....
Jangan lupa menyertakan komen dan vote, terimakasih.
YOU ARE READING
Invalible Reborn (Lengkap)
FantasyPerkuel Invalible seri 1 Saat itu ada sebuah rumor tentang pohon yang angker. Pohon itu pernah terdengar suara tangisan bayi tapi rakyat disekitarnya tidak berani untuk mendekatinya karena suara bayi adalah jelmaan bayi iblis. Mereka tidak tahu, kal...