[111] Tengkorak Jubah Cokelat

7 4 0
                                    

Nyam!

Nyam!

"Hum, sumpah daging kepiting raksasa ini. Rasanya enak banget, manis nan bergizi sampai gigi tidak bisa berhenti mengunyah. Untung aja Kak Alex bisa mengalahkannya kalau tidak mungkin kita yang bakalan jadi santapan," ucap Reynold.

"Iya, nanti kalau ada hewan raksasa lagi. Kami bakalan tumbal kamu duluan, selepas itu baru kami tinggalin. Lebih baik kamu diam dan berhentilah memuji orang, aku tahu otak kamu itu hanyalah makanan," balas Helena karena kesal melihat tingkah Reynold.

Syuut!

"Kalian berdua bisa diam nggak, kalau begini terus nanti lama-lama jadi suami istri. Tinggal makan lalu habisin secepat mungkin, kita tidak akan berlama-lama di pantai ini. Karena kita ada tugas penting untuk menyelamatkan sih adik kecil itu," Sky yang berusaha meleraikan perdebatan mereka berdua.

Srup!

Srup!

Alex yang menghirup daging pada capit kepiting itu, kemudian ia langsung mengobrol kepada Reynold.

"Hahaha ... ada-ada saja kau Reynold, Helena. Mendengar perdebatan kalian berdua kembali mengingatkan aku, saat aba dan uma lagi bertengkar lalu usai bertengkar kini mereka malah be-dekapan lagi. Tapi, menurutku kalian berdua itu cocok banget. Kalau sudah sampai hari H, jangan lupa undang kakak yah. Kita akan berpesta meriah minum bir lagi," ucap Alex dengan terkekeh.

Setelah mendengarkan ucapan Alex dan Sky. Kini perdebatan antara Helena dan Reynold pun berhenti, mereka berdua membuang muka karena malu nan kesal.

Usai bercakap-cakap, kini mereka bertujuh melanjutkan perjalanan lagi. Tapi, sebelum itu, Megalodon bertanya kepada Reynold untuk berkelana ke arah mana.

"Reynold, kita akan pergi ke mana? Soalnya 'kan batu sihir milik Helena telah berhasil di dapat, tinggal kamu lagi," tanya Megalodon.

Srek!

Suara kertas yang dipegangnya terdengar, lalu Reynold melebarkan kertas peta itu. Ia diam sejenak sambil mencari lokasi batu sihir miliknya.

"Megalodon, kita akan berkelana ke arah barat," balas Reynold.

"Oh, baiklah kalau begitu. Teman-teman kita akan pergi ke barat selepas itu, baru kita mencari jalan untuk pergi menyelamatkan ibunya sih adik kecil ini," ajak Megalodon.

Alex, Clarita, sih adik kecil, Helena dan Sky mengangguk bersamaan, kemudian mereka berjalan ke arah barat untuk mendapatkan batu sihir milik Reynold.

***
Siang serasa menyengat membuat mereka bertujuh kewalahan, ditambah suara burung gagak yang sering kali terdengar, membuat keadaan sedikit suram.

Namun, apa pun keadaan terjadi mereka tetap bersama untuk meneguhkan team. Tidak lama kini ada orang asing yang memantau mereka dari kejauhan, orang asing itu adalah tengkorak yang memakai jubah cokelat. Ia di sihir oleh Guru Aokai dan ditugaskan untuk menjaga batu sihir milik Reynold.

"Huh, semakin siang hari cuaca malah tambah panas saja yah. Pantai Homura lebih panas dibanding Pulau Sand Skeleton," keluh Reynold.

"Aku enggak tau, Reynold. Tapi, aku salut kau bisa mendeteksi cuaca di berbagai tempat. Sebaiknya kau diam saja dan berhentilah untuk mengobrol, kami meskipun kepanasan ini demi batu sihir kamu," balas Sky karena kesal mendengar keluh kesah Reynold.

Di saat lagi mereka berdebat, tiba-tiba Alex mendengarkan suara seseorang yang berjalan. Kemudian Alex menoleh ke belakang, selepas itu Megalodon dan Clarita memperhatikan Alex yang sedang kelimpungan.

"Kak Alex, sedang memperhatikan apa? Kenapa pada kelimpungan begitu, apakah kakak baik-baik saja?" panggil Megalodon.

Alex yang sedang kelimpungan pun kaget, lalu ia menoleh ke hadapan Megalodon.

Invalible Reborn  (Lengkap)Where stories live. Discover now