16. Blacklist

65 17 1
                                    

Suasana pilu menyelimuti Jangryesik-jang atau Rumah duka khusus untuk menyemayamkan jenazah, sebelum dilakukan prosesi penguburan atau pengkremasian.

Foto mendiang Ayah Jong-suk terpampang nyata di salah satu ruangan. Sebuah foto dengan senyumnya yang sudah menjadi kenangan, kini dikelilingi rangkaian bunga yang memenuhi peti matinya.

Aroma asap dupa yang terbakar memenuhi ruangan itu.

Sejak tadi tamu tak henti berdatangan. Memberi penghormatan terakhir bagi mendiang ayah Jong-suk dengan berdoa di depan peti mati seraya melakukan jeol atau meletakkan lutut dan tangan di lantai seraya membungkukkan badan ke depan.

Banyak kerabat Jong-suk dari kalangan aktor, aktris hingga idol yang datang ke rumah duka itu. Bercerita tentang semasa hidup mendiang sembari menyantap makanan juga soju di meja tradisional yang disediakan.

Termasuk Suzy. Gadis itu sejak tadi memusatkan pandangannya pada Jong-suk. Lelaki yang kini hanya berdiri kaku dengan bahu yang bergetar sembari menunduk pilu.

Di sampingnya, ibu Jong-suk tidak henti-hentinya menangisi kepergian sang suami. Begitu juga adik perempuan Jong-suk yang masih menduduki kursi Sekolah Menengah Atas. Sayang sekali, sang Ayah tidak bisa mendampinginya berjalan di altar ketika menikah nanti.

"Malang sekali nasibmu, Jongsuk-ah." kata Suzy terdengar sendu.

Park Jae-chan mengangguk setuju di seberang meja gadis itu, "Tahun ini benar-benar berat untuknya."

Sama seperti Suzy dan Mr.Park yang terus menatap iba Jong-suk, kerabat lelaki itu juga terus memerhatikannya dari kejauhan.

"Kasihan sekali pria itu."

"Terlepas dari skandal yang menimpanya, kehilangan sosok ayah di titik terendah seperti ini pasti sungguh menyiksa."

"Dunianya sudah hancur berantakan."

"Beberapa hari lalu ayahnya menelfon. Tapi saat itu Jong-suk terlelap di sebelahku, jadi aku yang menerima panggilannya." Suzy kembali berbicara.

Mr.Park memerhatikan air muka Suzy yang tampak kebingungan, "Apa yang beliau katakan?"

Selama beberapa saat Suzy terdiam. Menimbang apa yang harus ia katakan, "Itu.."

"Apa itu sedikit kasar?" Park Jae-chan menerka.

Suzy mengangguk, "Aku bingung apa aku harus mengatakannya pada Jong-suk?"

"Buatlah kebohongan putih." jawab Mr.Park, menimbulkan tatapan tak mengerti dari mata Suzy, "Seburuk apapun yang mendiang ayah Jong-suk katakan, kau harus menutupinya dengan kata-kata seperti, Ayahmu bangga memiliki anak sepertimu."

"Haruskah?"

Mr.Park mengangguk sembari beralih menatap Jong-suk yang kini mematung dengan pandangan kosong, "Sejak kecil hubungan Jong-suk dengan Ayahnya tidak terlalu baik. Di saat terakhirnya itu buatlah sang ayah menjadi baik, Suzy-ah." kata Mr.Park, "Masalah anak itu sudah terlalu banyak." lanjutnya.

Selama beberapa saat Suzy terdiam. Hatinya kurang setuju dengan apa yang dikatakan Mr.Park tadi.

Sepertinya hal itu akan membuatnya semakin merasa bersalah. Gumam Suzy.

"INI SEMUA KARENA KAU, ANAK TAK TAHU DIRI!"

"INI SEMUA KARENA KAU, ANAK TAK TAHU DIRI!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
It's You Where stories live. Discover now