33. Pertemuan

16 10 0
                                    

Angin berhembus kencang bagai mengucap selamat tinggal pada musim dingin yang perlahan berganti menjadi semi.

Bunga-bunga mulai bermekaran, bertolak belakang dengan rasa menyiksa yang menyerang Suzy.

Suzy terlihat ketakutan. Tubuhnya bergetar tidak karuan. Gadis itu terus melangkah mundur setiap kali Gwang-il maju selangkah.

Mulut Suzy seolah membisu dengan air mata yang terus mengalir dengan derasnya.

"Oraenman-ieyo, saekkia."

Lee Jong-suk datang, menangkup kedua bahu Suzy, meminta gadis itu untuk berdiri dengan tegap. Pun dengan Mr.Park, pria bertubuh besar itu ikut berdiri di samping Suzy sembari memasang badan berjaga takut bajingan itu bertindak seenaknya.

Lee Gwang-il tertawa sembari menepuk tangannya puas, "Hahaha, menyenangkan sekali bertemu langsung dengan kalian semua." ucapnya tanpa rasa takut.

Jongsuk menyunggingkan senyumnya sinis, "Oh, menyenangkan sekali bisa melihat tahanan yang bebas berkelana seperti ini." sarkasnya.

"Rupanya, kau punya cukup keberanian untuk menampakkan dirimu di depan kami." Park Jae-chan ikut bersuara.

"Oh, jelas, untuk apa aku takut? pertanyaanmu sungguh aneh, hyung."

Jawaban yang terdengar asal itu berhasil membuat Mr.Park mengepal erat kedua tangannya.

Hening.

Mendadak, tidak ada yang berbicara sementara Suzy masih terlihat gemetar ketakutan. Pandangannya memusat pasa mata yang pernah menyejukkan hatinya.

Semua belum usai. Masih ada rasa yang menjanggal di hati Suzy. Melihat lelaki yang pernah singgah di hatinya membuat Suzy tidak tahu harus apa.

Dia pernah membahagiakan Suzy meskipun semua itu berubah menjadi neraka hanya karena satu malam.

Suzy melepas tangan Jongsuk dari bahunya. Gadis itu dengan mantap melangkah menghampiri Gwang-il yang masih berdiri dengan congkaknya.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat sempurna menyisakan bekas kemerahan di pipi Gwang-il.

Plak! Plak! Plak!

Lagi, tamparan lainnya terus menyusul. Suzy terus menampar lelaki di hadapannya yang masih bisa tertawa. Tamparan keras yang mewakilkan rasa sakit di hatinya.

"AKU MEMBENCIMU, BAJINGAN GILA!" Suzy terus meraung, menangis dengan kerasnya hingga membuat Jongsuk dan Mr.Park bisa merasakan rasa sakitnya.

"Tolong, jangan pernah muncul kembali di hadapanku.."

"Wae? apa kau tidak rindu padaku?"

"LEE GWANG-IL!" Jongsuk membentak.

"Kau tidak pernah tahu butuh berapa lama untuk aku kembali pulih dan segampang itu kau muncul, membangunkan rasa sakit yang telah lama aku kubur."

Lagi dan lagi, lelaki itu tertawa meremehkan. "Kau yang memperumit ini, jalang." ucapnya sembari menoyor kepala Suzy.

"Ya, geuman." Mr.Park maju, menepis tangan Gwang-il dengan kasar.

"KALIAN SEMUA YANG MEMPERUMITNYA!! AISH, SHIBAL!!"

Lee Gwang-il berteriak, menendang semua barang di depannya.

"Ya, dengar. Kalau kau tidak melaporkanku, ini semua tidak akan terjadi." kata Gwang-il, menunjuk tegas wajah Jongsuk kemudian beralih pada Suzy yang kini duduk bersimpuh.

"Dan, kau, jangan munafik! bahkan malam itu kau menikmati permainanku bukan?"

"Mworago?"

"Kau pikir aku tidak merasakan tubuhmu yang ikut terangsang?kau pikir aku tidak mendengarkan desahan kenikmatan itu? Kau munafik, Suzy-ah!!"

It's You Where stories live. Discover now