30. Keputusan

9 5 0
                                    

"Jadi maksudmu, bajingan itu tidak sedang di penjara? maksudmu bajingan itu berkeliaran dengan bebasnya sekarang? jadi maksudmu, bajingan itu bisa saja mendengar percakapan kita sekarang?"

Park Jae-chan dan Suzy tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Keduanya hanya bisa mengangguk ketakutan. Sepertinya melihat reaksi Jongsuk lebih menyeramkan dibanding ketika mereka tahu kalau Lee Gwang-il dalang dari semua ini.

Beberapa saat lalu, ketika berita kematian Soo Young diberitakan, Mr.Park mau tidak mau menghubungi Jongsuk untuk menjelaskan semuanya.

Awalnya Suzy melarang, tapi ketika mereka menemukan secarik kertas itu di atas meja kerja Jongsuk, akhirnya Mr.Park dan Suzy memutuskan untuk memberitahu lelaki itu.

Secarik kertas yang berisi tulisan tangan Soo Young.

Mr.Park dan Suzy berpikir, apa yang Gwang-il lakukan pada Soo Young seolah menjadi peringatan untuk mereka.

Lee Jong-suk menghembuskan nafasnya berat. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya pada sofa.

Jongsuk benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia terlihat begitu lelah menghadapi semua ini. Tangannya menyisir rambutnya kasar, sembari berteriak mengeluarkan sedikit amarah dalam hatinya.

"Ayo, kita laporkan dia." Lee Jong-suk tiba-tiba saja beranjak dari sofanya.

"Andwae, Jongsuk-ah. Kita tidak bisa bertindak gegabah. Lagi pula, kita tidak punya bukti apapun." Mr.Park menahan pergelangan tangan Jongsuk.

"AISH!"

Pecah juga pertahanan Jongsuk. Lelaki itu memekik penuh amarah yang bergejolak dari hatinya.

"BAGAIMANA BISA INI TERJADI?"

"Jongsuk-ah, tenangkan dirimu." kali ini Suzy berusaha menenangkan. Susah payah gadis itu menarik Jongsuk ke dalam pelukannya, "Lihat aku!"

"SHIBAL! Selama ini aku menderita, dan ternyata itu semua ulahnya?!"

"Jongsuk-ah! lihat aku!"

Plak!

Benar, satu tamparan itu harus Suzy layangkan pada pipi Lee Jong-suk. Membuat lelaki itu akhirnya terdiam sembari menangis menyalahkan keadaan.

"Kau tahu seberapa hancurnya aku saat itu 'kan? tapi kau lihat, apa sekarang aku terlihat goyah? apa aku bisa digoyahkan hanya karena fakta KALAU BAJINGAN ITU BISA HIDUP DENGAN BEBAS SETELAH INSIDEN ITU?! ani, aku berjanji pada diriku sendiri untuk membuatnya membayar apa yang telah dia lakukan. Aku paham ini tidak mudah, kau harus menanggung semuanya. Maafkan aku untuk hal itu."

Lee Jong-suk menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak, Suzy-ah. Kau tidak bersalah. Aku marah karena kupikir bajingan itu sedang menjalankan hukumannya. Tapi ternyata dia bisa berkelana dengan bebas. Itu yang membuatku marah saat ini. Aku kecewa pada hukum negara ini."

Mr.Park mengerti, pria itu menepuk bahu Jongsuk perlahan menghantarkan ketenangan padanya, "Tidak apa, kita masih punya kesempatan lagi. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mencari bukti sebanyak-banyaknya kalau Lee Gwang-il benar tidak di penjara dan orang lain sengaja dimasukkan untuk menggantikannya di neraka dunia itu."

"Mendengar namanya saja sudah berhasil membuatku muak."

"Dan yang terpenting, kuatkan mental kalian. Lee Gwang-il mungkin selangkah lebih maju dari kita. Karena apa? karena dia berhasil membuat mental kita rusak sehingga dengan mudahnya dia bisa membuat kita merasa hancur tak berdaya."

"Kau benar, hyung."

"Igo.. bagaimana dengan surat itu?" Suzy memotong pembicaraan, tangannya menunjuk selembar kertas yang dipenuhi bercak darah.

Lee Jong-suk mengikuti arah tunjuk Suzy, untuk beberapa saat ia hanya memandang kosong selembar kertas itu, "Hyung, kau tahu di mana jasad Shin Soo-young sekarang?"

Mr.Park sudah tahu kalau Jongsuk akan melontarkan pertanyaan itu, "Jasadnya masih berada di Badan Forensik Nasional. Kabar terbarunya, akan disimpan di rumah sakit kepolisian."

"Ye? itu artinya belum ada keluarganya yang tahu?"

"Saat skandalmu dengannya muncul, aku sempat mencari tahu soal latar belakang wanita itu. Dan yang kutemukan hanya ibunya saja. Shin Soo Young tidak memiliki keluarga selain ibunya."

"Ayahnya?"

Mr.Park menggeleng pelan, "Tidak ada data apapun yang membahas ayahnya."

"Baiklah, kita tidak punya pilihan lain. Kita harus memberi tahu ibunya." tegas Jongsuk.

"Tapi permintaan terakhirnya, untuk tidak memberitahu perihal kematiannya pada sang ibu." sanggah Suzy.

"Ara, tapi kita tidak bisa membiarkan ibunya terdiam tanpa tahu apapun perihal kematian anaknya. Terakhir yang kutahu, ibu Soo-young tengah menjalani perawatan atas penyakitnya yang cukup parah. Kau dengar sendiri bukan kalau prediksi waktu kematian Shin Soo-ypung itu sekitar dua minggu lalu, artinya selama itu pula ibunya tidak tahu kabar apa-apa soal anaknya."

"Kau benar, ibu Soo-young pasti menanti kabar baik tentang anaknya. Sementara yang harus kita beritahu adalah kabar kematian. Aku tidak sanggup, Jongsuk-ah. " ujar Mr.Park.

"Haeyaji, hyung. Kita harus bisa. Bajingan itu sengaja menaruh surat ini di rumahku pun dengan teror di kaca itu. Killer. Dia ingin membuatku merasa kalau aku yang menyebabkan Soo-young terbunuh. Meskipun mungkin itu benar adanya. Kalau aku tidak memintanya jujur di depan media, mungkin wanita itu masih bernapas."

"Jongsuk-ah, Shin Soo-young juga tidak mengira kalau hal ini akan terjadi padanya. Kau tidak salah pun dengan wanita itu. Tidak ada yang salah. Bajingan itu yang salah. Kau harus ingat, dia akan melakukan segala cara untuk menghancurkan kita." tegas Suzy.

"Baiklah, ayo, jangan menunda lagi. Kita harus segera ke rumah Shin Soo-young." Mr.Park menepuk tangannya sekali, memberi semangat pada Jongsuk dan Suzy untuk bisa kembali menghadapi kenyataan.

"Jadwalmu bagaimana, Jongsuk-ah?" Suzy terlihat khawatir, gadis itu tidak ingin karir Jongsuk yang mulai membaik harus dikorbankan lagi.

"Itu urusanku, Suzy-ah." belum sempat Jongsuk menjawab, Mr.Park telah lebih dulu menyambar pertanyaan Suzy.

Mereka bertiga terlihat bersiap keluar dari apartemen Jongsuk. Pemiliknya tampak sedikit ragu untuk menginjakkan kakinya keluar rumah, "Igo, kalian yakin 'kan, sudah tidak ada lagi alat penyadap di rumahku."

Suzy menoleh ke arah Mr.Park, memberi kode pada pria itu untuk menjelaskannya secara singkat.

"Kau tidak perlu khawatir, aku melihat sendiri kalau Yeonjun memanipulasi kamera penyadap itu."

"Jadi? kamera-kamera itu masih terpasang?"

Mr.Park mengangguk kecil, "Singkatnya kamera itu tidak berpengaruh apa-apa untukmu. Yang bajingan itu lihat hanya rekaman yang Yeonjun 'buat' seolah kau ada di dalamnya."

It's You Where stories live. Discover now