Fadli X Dara 2

27.8K 1.6K 228
                                    

Dara menatap jengah pada dua orang di depanya, lelaki itu bahkan cekikikan dan tidak menyadari jika ada dirinya berjalan di belakang. Baru tadi pagi Fadli berjanji tidak akan terlalu dekat dengan Mela, tapi siangan dikit lelaki itu sudah berjalan lenggok di sebelah gadis itu.

Sebenarnya mau bagaimana lagi Dara memberi tahu, bahkan gadis itu dengan lapang dada memaafkan Fadli karna tau ternyata Mela sakit. Tapi apa mereka harus tetap menepel, padahal Mela saja sudah kelihatan bugar.

"Lo yakin mereka nggak ada rasa?" Hanum, gadis itu bertanya dengan menunjuk tak suka ke arah depan. "sok kegantengan, gue yakin pasti dia banyak selingan. Nggak bakal inget lo dia mah."

"Nggak gitu juga kalik, Num konsepnya. Mungkin mereka memang ada proyek bareng." Inggit dengan kedewasaanya.

"Lagi?" tanya Hanum. "kalian sadar nggak sih, kalau patner proyek Fadli selalu Mela. Apa tuh kalau nggak ada something?".

Dara tak menaggapi, niatnya ingin pegi kekantin untuk makan siang, malah berubah jadi makan hati. Ia tau Fadli itu Frendly dan tak enakan, tapi apa sulit menolak di pasangkan dengan Mela.

Lelaki itu sepertinya tuli, padahal banyak bisik-bisik yang mengatakan mereka cocok. Sejak awal jika Fadli menghargai perasaanya, lelaki itu pasti menjauhi Mela. Ya walapun sebenarnya gadis itu tak salah, tapi apa salahnya membungkan orang-orang yang berbisik buruk tentang Dara.

Bukanya Dara sok tau atau berlagak bisa membaca pikiran orang, tapi mungkin Mela memang menyimpan rasa pada pacarnya itu. Ia tau, berulang kali Fadli menjelaskan jika ia tak mungkin tergoda dengan wanita lain. Tapi tak bolehkah Dara kuatir, ia merasa cemburu dan sakit hati jika di bandingkan dengan Mela yang berada jauh di atasnya.

..

"Sayang." panggil Fadli antusias. Ia sudah berdiri hampir 15 menit untuk menunggu Dara. "udah selelsai?"tanyanya.

Dara tak menyaut, hanya melirik sebentar lalu kembali berjalan. Fadli yang melihat respon pacarnya pun mengkerut bingung, baru tadi pagi mereka berbaikan, sekarang ia salah apalagi?

"Kamu kenapa?" Fadli menahan Dara yang akan melewatinya. "aku ada salah lagi?"

"Idih, gue pikir ganteng ternyata sok kegantengan doang!" Hanum mencibir, gadis itu baru keluar kelas bersama Inggit di sampingnya.

"Ra?" Panggil Fadli pelan, la mengabaikan ocehan Hanum yang memang tak setuju ia berpacaran dengan Dara. Menurut gadis itu mereka tak cocok, apalagi Fadli itu icaran banyak gadis. Bisa jadi ia hanya mempermaikan Dara, lebih parahnya hanya untuk taruhan. Tapi mana mungkin taruhan jika hubungan mereka saja bisa sampai selama ini. Fadli benar-benar menyukai Dara, ia bahkan sudah cinta mati pada gadis itu.

"Mampus lo! Udah, paling bener putusin aja, Ra. Lelaki brengsek kaya dia mah segabrek."

"Hanum." Inggit, gadis itu menegur temanya yang sudah kelewatan. "Sorry Fad, lo mending ngobrol berdua sama Dara. Gue sama Hanum duluan."

Fadli mengagguk, pacar Bagas itu memang sangat dewasa. Mungkin karna memang pernah berumah tangga, atau memang pandai membaca situasi.

"Kenapa?" tanya Dara Datar, kini mereka sudah berpindah di taman yang minim orang.

"Kamu kenapa, hem?" Fadli bertanya lembut, ia tak ingin mengulang kesalahanya kemarin sampai membuat Dara marah berhari-hari. "aku minta maaf kalau salah."

"Kamu tau salah kamu apa?"

Fadli diam, ia mengaruk kepalanya yang tak gatal. Ia sendiri bingung, perasaan ia tak melakukaan apapun. Pertemuan mereka juga hanya tadi pagi, setelah itu mereka bahkan tak bertemu. Lalu di mana kesalahaanya, atau karna ia tak menemai pacarnya itu makan siang? Tapi tak mungkin, Dara sendiri yang mengatakan tak perlu datang, hanya perlu menjemput nanti saat mereka akan pergi berkencan saja.

"Kamu itu pembohong tau, nggak? Egois dan nggak pernah ngertiin perasaanku, nggak peka dan aku benci kamu!" ucap Dara meluapkan unek-uneknya, air matanya bahkan sudah menganak di ujung mata.

Fadli masih diam, sejak kapan ia berbohong pada Dara? Lelaki itu bahkan selalu mengabari sesibuk apapun dirinya. Kepalanya semakin di buat pusing, otaknya tak bisa mencerna apa kesalahanya. Semua masalah sudah ia selesikan kemarin, ia bahkan sampai menyeret kakak iparnya yang merawat Mela di rumah sakit untuk menjeleaskan. Lalu sekarang apa? Apa salahnya sekarang?

"Pernah nggak kamu pikirin aku, atau bahkan ngerasa aku ada sebagai pacar kamu? Nggak kan! Kamu bahkan bisa ketawa-ketawa di luar sana, tanpa merasa terganggu sama bisikan orang-orang yang ngejelekin aku. Aku kaya gini lah, aku kaya gitu lah, kita nggak cocok lah, kamu lebih cocok sama itulah. Aku capek, Fad. Aku capek selalu di bandingin sama orang yang bahkan lebih hebat di atas aku."

"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa." ucap Fadli serius. "kamu nggak ngebolehin aku minta maaf karna aku nggak tau salahku dimana. Terus gimana sama kamu? Kamu bahkan nggak kasih tau salahku dimana."

"Karna kamu nggak pernah ngertiin perasaan aku, Fad. Di otak kamu cuma Mela, Mela, dn Mela. Aku ini pacar kamu, baru tadi pagi kamu janji nggak bakal deket-dekat dia karna Mau ngehargaain aku. Tapi apa! Mana janji yang kamu umbar?"

"A-aku." Fadli tergagap, bingung ingin menjawab apa.

"Kita putus aja."

"Oke."



Sorry for typo!

Ada yg masih inget cerita ini? Niatnya mau di up setelah nemu ending yang pas. Tpi nggk nemu juga stelah cari dari referensi dari beberapa movie, hampir 5 kali. Pas kedapetan After ever happy yang endingnya ngegantung lagi. Hemm.. Jadi makin mampet.

Mungkin dari kalian ada yg mau kasih saran? Movie yg perlu di tonton maksutnya.

Short Story.(21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang