Bab 3 : Hutan Lindung

3 1 0
                                    

Pagi yang cerah dengan mentari hangat menyinari dunia. Seharusnya hari libur ini bisa dibuat untuk bersantai-santai menikmati kesenggangan waktu. Namun, anak-anak penuh energi positif ini memilih untuk melakukan kegiatan sosial dengan penghijauan di hutan lindung.

Sebuah bus mini tengah berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang nampak seperti kantor. Di depan, mereka telah disambut oleh beberapa pemandu untuk masuk ke dalam hutan lindung. Beberapa pengarahan telah diberikan selama lebih dari lima menit, Kila, Aurel serta Raihan menyimaknya dengan penuh perhatian.

"Ternyata tidak mudah." Aurel yang selalu segudang keluhan tentang kesulitan hidup, tapi semangatnya tak pernah pudar.

Setelah pengarahan dilakukan, mereka kini harus berjalan ratusan meter untuk mencapai lokasi hutan yang akan ditanami pohon. Jalanan terjal, bebatuan lancip, beberapa tanah basah dan licin karena sisa embun, rasanya itu tidak cukup. Beberapa serangga berkeliaran, ular kecil yang kadang menyelinap dan gantungan ranting di sepanjang jalan. Beberapa siswa terkadang menjerit karena terkejut saat beberapa katak muncul, atau hanya karena melihat laba-laba berkeliaran.

"Bagaimana kalian bisa merekrut mereka? Ku pikir dari kelas sosial tidak ada yang seperti kebanyakan anak kelas elit. Sok elegan!" Kila mengeluh dan merasa tidak nyaman dengan kehadiran pada gadis-gadis berisik itu.

"Mereka anak kelas elit, cukup pemaksa dan mereka juga yang menganjurkan untuk datang kemarin, ku pikir hutan ini begitu dipedulikan dengan beberapa orang yang akan merawat jalan setapak seperti ini. Jadi, mereka tidak akan bertingkah seolah masuk dalam sebuah rumah hantu." Aurel pun mencibir.

"Kamu pikir, berapa hektar luas hutan ini? Mereka tidak akan sanggup menjangkau semuanya dan ini juga akan bisa kita bahas untuk agenda selanjutnya. Kerja bakti dengan membersihkan jalan setapak dan membayar beberapa pekerja untuk pekerjaan yang lebih berat. Lalu, seleksi semua anak yang ingin ikut, pilih yang mau diajak untuk bekerja bakti, jangan anak yang hanya ingin pansos seperti mereka dan mengaploudnya di sosmed." Seketika Kila memiliki saran yang lebih baik, merasa cukup risih dengan sikap berlebihan dari anak-anak kelas elit itu.

Raihan pun mendesah. "Ya sepertinya kita harus membicarakan hal ini lagi dengan anak-anak pencinta alam dan kenapa gadis-gadis itu berisik, menyebalkan sekali! Selain pamer, apa yang mereka bisa lakukan? Kila, setelah pulang nanti ... Aku harap kamu mempertimbangkan untuk pergi ke kelas sosial. Di sana, lebih nyaman dari pada di kelas elitmu," saran Raihan dan Kila sebenarnya sudah memikirkan hal ini. Tidak apa-apa jika ia disebut telah bangkrut dan pindah ke kelas sosial hanya untuk mendapatkan bantuan bea siswa, yang terpenting ia tetap membayar full biaya sekolahnya.

"Benar, sepertinya aku akan pindah ke kelas kalian," jawabnya penuh yakin. Kelas elit dan sosial tidak akan ada bedanya, hanya orang-orangnya yang berbeda.

"Tapi aku tidak setuju." Seseorang berseru dan itu adalah Farzan, membuat Kila terkejut bukan main.

Semenjak kapan pria ini datang? Lalu, untuk apa ia datang kemari? Hanya itu yang ada di benak Kila saat ini. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Kila menatapnya keheranan. Mereka berada di kelas yang sama, tapi mereka tidak bertegur sapa setelah kejadian itu. Lebih tepatnya, Kila tak pernah mau memandang mereka lagi

Raihan memandangnya tak suka, Aurel sedikit senang, gadis ini celingukan mencoba untuk mencari sosok Gavin. Barangkali saja pria itu ikut juga bersama Farzan, tapi belum terlihat karena memang mereka berada dirombongan paling depan.

"Aku tentu mengikutimu," jawab Farzan seenaknya membuat Kila mendesah. Seperti biasanya pria yang satu ini selalu saja melakukan hal sesuka hati.

"Farzan!" Bahkan gadis-gadis penggila pria tampan kini pun mulai heboh, membuat Kila serta Raihan menjadi pusing seketika. Farzan terlihat seperti seorang idola kesasar masuk hutan dan bertemu dengan penggemar gila mereka.

GAYATRIWhere stories live. Discover now