Bab 4 : Jagratara

2 0 0
                                    

Gelap, dingin dan mencekam, itu yang dapat Kila rasakan saat gadis itu merasakan tiap detik yang membuat jantungnya meledak-ledak. Tekanan udara begitu besar saat tubuhnya meluncur jauh ke kedalaman yang tak mampu Kila perkirakan. Menghitung detik per detik kematian yang sebentar lagi akan menyambutnya, hingga semuanya tak mampu Kila rasakan lagi.

---***---

Kila tersadar dan merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, tangannya mencoba untuk meraih sesuatu seperti selimut mungkin. Namun, ia segera membuka matanya saat benda entah itu apa, seketika membeku saat ia sentuh. "Kenapa ini?" ucapnya yang kini menatap sebuah selendang warna biru langit yang membeku.

Pandangan Kila mengedar pada sekeliling. Menemukan seluruh ruangan dengan ukiran kayu dan beberapa perabotan dari tanah liat, sebut saja seperti guci, gelas terbuat dari bambu dan langit-langit dengan kayu kokoh pun nampak terlihat ia sedang berada jaman sejarah.

"Apa ini alam baka? Kenapa seperti ini?" gumam Kila yang merasa dirinya tidak akan mungkin hidup kembali. Mengingat jurang itu terasa sangat dalam saat terakhir ia sadar.

"Bahkan aku bisa memiliki kekuatan membekukan? Ini sangat gila." Kila merasa ia sadar dan semua ini nyata, tapi tetap saja logikanya tak bisa menerima semua ini begitu saja.

Kemudian, tak sengaja tangannya menyentuh sebuah kaca genggam dari kayu dengan beberapa ukiran. Kila berusaha untuk meraihnya dan menempatkannya tepat di hadapannya. Betapa terkejutnya gadis ini dengan penampilannya sekarang. Memakai pakaian yang sering disebut dengan kemben bercorak batik keabuan dan yang paling tak bisa ia terima adalah rambutnya yang memutih dengan mata spektrum yang terlihat seperti perpaduan biru, hijau, abu dan amber yang membuat Kila terlihat seperti keturunan barat. Tak dapat Kila pungkiri, jika sebenarnya mamanya masih memiliki garis keturunan jerman, itu kenapa membuatnya begitu mancung dan wajahnya lebih dominan mirip mamanya, hanya saja rambut dan matanya sama seperti orang Indonesia pada umumnya. Namun, kenapa di sini ia bisa berubah cukup drastis? Kila tak mengerti.

"Raden ayu ...," seru seseorang membuat Kila terkejut bukan main, sampai-sampai ia melempar kaca itu begitu saja. Matanya membelalak saat melihat dua wanita yang memakai kemben sepertinya tapi dengan motif sederhana melihatnya dengan haru.

"Ka-kalian siapa?" tanya Kila gagap. Ia masih belum bisa menerima penampilan dirinya yang berganti dan sekarang ia harus di hadapkan pada beberapa orang asing yang aneh.

"Raden ayu tak mengingat kami? Hamba adalah Ratri" ucapnya sembari bersujud di hadapan Kila.

Yang satunya pun melakukan hal yang sama. "Hamba adalah Rasmi dan kami bersaudara, kami adalah abdi yang melayani raden ayu semenjak kecil," terangnya yang tentu membuat Kila semakin kaget saja.

Sungguh, ini kegilaan jenis apa sebenarnya? Apa ia bermimpi tentang menjadi tokoh dalam beberapa cerita sejarah? Jika ini sebuah mimpi, Kila berharap ia akan segera bangun. Logikanya sudah tak sanggup untuk menerima semua khayalan ini. Seketika, Kila merindukan realita hidup ditengah-tengah kelas elit yang selalu membuat kepalanya pusing dengan tingkah pola mereka. Setidaknya ia merasa semua itu adalah nyata.

Melihat Kila seperti orang linglung, kedua pelayannya ini pun saling melirik. Wanita yang bernama Ratri itu pun keluar dan tersisa Rasmi yang terus menatap Kila dengan haru.

"Coba katakan kepadaku, tempat apa ini?" Kila juga tidak ingin terus terlarut dalam ketidak mengertiannya. Lebih dari sepuluh kali, gadis ini mencoba mengerjab-ngerjabkan matanya, bahkan menutup matanya, tapi ia masih saja berada di tempat ini tanpa berpindah sedikit pun. Jadi, tidak salahnya jika dirinya mencoba mengambil inisiatif untuk bertanya yang membuat Rasmi seketika keheranan.

GAYATRIWhere stories live. Discover now