Chapter 9

28 12 2
                                    

"Sebuah kenyamanan."

•DIFFERENT•

Decakan kesal keluar dari bibir Cahaya saat dirinya tidak menemukan kartu pelajarnya yang jatuh.

Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Awalnya Cahaya dan Kartika duduk di halte depan gang sekolah untuk menunggu taksi, tapi Cahaya baru ingat kalau kartu pelajar yang baru didapatnya tertinggal di laci.

"Mana, sih?" gerutunya.

Sekolah sudah sepi. Dia harus segera pulang. Cahaya takut dengan segala hal yang sekolah miliki dengan cerita mistisnya.

Suara pintu berderit membuat jantung Cahaya berdegup kencang.

Dia lalu merogoh kantung tas untuk mengambil ponselnya. Cahaya butuh penerangan dari flashlight ponsel.

"Ternyata di sini, kok bisa jatuh sih."

Cahaya mengambil kartu pelajar dari kolong kursinya dengan cepat. Setelah itu dia segera beranjak untuk pergi dari sana.

"Mau pulang bareng nggak?"

Suara Aditya menyambut Cahaya saat keluar dari kelas. Hampir saja Cahaya menjerit kaget karena kehadiran Aditya yang sudah membuat jantungnya berdetak hebat.

Lelaki dengan manik hitam itu tersenyum tipis. Di jari telunjuknya ada kunci motor yang diputar-putar.

"Kak Aditya, ngapain di sini?"

"Nunggu lo."

Aditya memasukkan kunci ke dalam saku celananya.

"Gue tadi mau pulang, tapi lihat lo balik lagi ke sekolah. Jadi gue ikutin, ada yang ketinggalan, ya?"

Cahaya menunjukkan kartu pelajarnya.

"Aku bisa pulang sendiri Kak."

"Nggak bisa. Anak sekolah sebelah lagi ngadain tawuran habis pulang sekolah sama sekolah lain. Jadi, bahaya buat lo pulang sendiri," jelas Aditya.

"Kak Aditya bohong. Aku nggak dengar tuh ada berita tawuran."

"Nggak usah nyeyel sih jadi cewek. Beritanya dadakan, emang lo nggak follow akun sekolah. Udah ada peringatan tuh."

"Nggak peduli. Ini pasti akal-akalan Kak Aditya aja biar pulang bareng sama aku."

Aditya menghela napas dan membuangnya dengan kasar. Diraup wajahnya dan menatap kesal ke arah Cahaya.

"Terserah lo. Niat gue baik. Kalau mau nekat pulang sendiri, yaudah sana pulang. Jangan nyesel."

"Nggak akan!"

Cahaya pun berlalu meninggalkan Aditya seorang di sana. Sampai kapan pun dia tidak akan percaya dengan akal bulus seorang Aditya.

Cahaya mungkin baik tapi sayangnya dia bukan orang yang mudah dikelabuhi.

🌝🌝🌝

Cahaya kini menunggu seorang diri di halte. Benar kan dugaannya, jika Aditya berbohong, buktinya saja tidak ada tawuran di area sini. Lalu lintas berjalan dengan normal, keadaan juga tidak rusuh.

DIFFERENT [SELESAI]Where stories live. Discover now