Chapter 9

2.8K 443 42
                                    

Wajahnya tampak tenang, Sakura mengigit bibir bagian bawahnya dengan kuat.

Menyembunyikan fakta betapa sakitnya hukuman yang telah dua dapatkan, putri Grand Duke Haruno berdiri tenang dan sesekali memejamkan kelopak matanya.

"Sudah cukup." Suara perempuan dengan gaun mewah itu menginterupsi, membuat pelayan mengentikan tugasnya.

Langkah kakinya berjalan mendekat, selir kaisar menatap angkuh pada Sakura yang terlihat biasa saja.

"Putri mahkota, aku tidak akan membiarkanmu. Jika melakukan kesalahan yang sama," ucapnya memperingati dengan lirikan mata sinis.

"Jangan khawatirkan hal itu, yang mulia," balas Sakura, berusaha untuk sopan.

Selir kesayangan kaisar itu, menatap Sakura intens. Sebelum, tersenyum remeh. "Aku mengharapkan hal itu darimu putri," tuturnya kemudian melangkah pergi.

Tersenyum tipis, Sakura menatap selir dan beberapa pelayannya yang melangkah pergi dengan pandangan datar.

Salah seorang pelayan, menunduk hormat kemudian menutup pintu kamarnya.

Sakura menghela nafas berat, sekujur tubuhnya terasa sakit. Meski, dicambuk hingga 20 kali bukanlah hal yang baru untuknya.

Tetap saja dia tidak akan pernah terbiasa dengan rasa sakit, butiran liquid bening membasahi sudut matanya.

Mencoba bersikap baik-baik saja, adalah sebuah kewajiban untuk seorang ratu.

Tapi meski itu adalah kewajiban yang harus dia tanggung, faktanya. Sakura tetap hanya seorang gadis yang bahkan belum berumur 17 tahun.

Istana memang adalah tempat yang dikagumi banyak orang, bahkan posisi putri mahkota yakni calon ratu masa depan.

Tapi semua itu setimpal dengan pelatihan, istana memiliki sistem yang ketat dan penuh dengan semua orang yang selalu ingin saling menjatuhkan satu sama lain.

Boneka.

Sakura tidak ingin mengakuinya, tapi posisi ratu bagaikan diisi oleh boneka yang dibuat patuh dan sesempurna mungkin.

Dan itulah yang ia rasakan, Sakura menerima hukuman cambuk hanya karena ketahuan mengobrol santai dan tertawa bersama para pelayannya.

Menangis, tertawa, dan bercanda. Semua perasaannya bahkan telah diatur.

Mencoba menguatkan dirinya, Sakura dengan cepat menghapus air matanya.

Seolah tidak terjadi apa-apa, Sakura menahan rasa sakitnya dan menatap pada pelayan pribadinya yang kini menatap dengan perasaan khawatir.

Raut wajahnya terlihat biasa saja, Sakura memberikan senyum simpul pada pelayannya. "Bisa kau panggilkan dokter kerajaan?" tanyanya dengan lembut.

~~~~~~~~~~~~~~

"Yang mulia, putra mahkota telah diracuni." Salah seorang pelayan masuk dengan terburu-buru, memberi tahu info yang memang benar adanya.

"Apa?!" terkejut, Sakura spontan meninggikan nada suaranya. Kekhawatiran terlukis jelas, di wajahnya.

Berdiri dari kursinya, Sakura tidak menunggu lama. Berjalan keluar dari kamar, hendak menuju ketempat Gaara berada.

"Apa yang ingin kau lakukan putri?"

Langkahnya terhenti, saat selir utama kini berdiri dihadapannya. Dengan segera, Sakura memberi hormat.

"Semoga yang mulia selir diberkati bulan dan bintang," ucapnya sopan.

"Kau terlihat terburu-buru."

"Yang mulia, saya ingin menjenguk putra mahkota," tuturnya menjawab pertanyaan selir dengan jujur.

Scandal [ END ]Where stories live. Discover now