Chapter 15

2.5K 422 68
                                    

Sakura menghela nafas panjang, dia memegang kuat selimut rumah sakit. Sudah beberapa hari, dia disini.

Memikirkan takdir yang begitu mempermainkannya, hingga saat ini membuat merasa kacau.

Dia bersandar pada ranjang, Sakura mengingat, bahwa dia pernah berpikir tentang dirinya yang pindah dimensi.

Oh God. Sungguh pemikiran, konyol.

Mendengus, Sakura menyentuh dadanya pelan. Sekarang dia sepenuhnya tahu alasan kenapa dadanya dulu terasa begitu sakit.

Itu karna, di kehidupan sebelumnya. Sakura ingat dengan baik bahwa dia dibunuh oleh seseorang.

Menggunakan anak panah, tepat dibagian dada dan menembus langsung tubuhnya.

Dia bersandar, Sakura menautkan kedua tangannya agar saling menggenggam.

Meski dia sudah bereinkarnasi dikehidupan saat ini, rasa sakit dari anak panah itu masih terasa jelas.

Samar-samar dia mengingat bahwa seseorang berperawakan tinggi dan bertubuh tegap.

Menggunakan jubah menutupi seluruh identitas dan membunuhnya ditengah hutan.

Lepaskan tautan tangannya, dia menyentuh bagian dadanya tepat dijantung.

Sembari termenung, mengingat suara berat serta seringai seorang pria yang menjadi pelaku dalam pembunuhannya.

"Kau menyebalkan, mirip dengan orang tua bodoh itu."

Sebuah tangan kekar menyentuh salah satu tangannya yang berada disisi ranjang, dan menggenggam lembut.

"Sakura, are you okay?"

Kaget, Sakura tertegun. Lamunannya buyar seketika dan mengalihkan pandangan pada seseorang yang berada di sisinya.

Seseorang dengan rambut merah bata menatapnya penuh tanya, seorang pria yang berbeda beberapa tahun darinya dan selalu ada disampingnya.

Matanya menyipit, Sakura tersenyum simpul. "Aku baik baik saja kak, don't worry okay?" balasnya mencoba tuk menyakinkan.

Akasuna Sasori, dengan netra matanya mengamati saudara perempuannya yang menyentuh bagian jantung berada.

"Kau masih merasakan sakit di jantungmu?" Sasori bertanya, dia menatap dengan tatapan sulit untuk dijelaskan.

Disaat semua orang, menganggapnya memiliki gangguan jiwa hanya Sasori yang selalu menghibur dan percaya perkataannya sejak dulu.

Sasori sosok seorang kakak laki-laki, yang selalu menyayanginya dan mencari solusi dari semuanya.

"Tidak, aku baik baik saja," ucap Sakura tidak ingin membuat anak pertama dalam keluarganya itu khawatir.

Raut wajah Sasori begitu sulit untuk di jelaskan, ini bukan kali pertama bagi Sakura. Karena setiap, membahas hal ini CEO Akasuna itu selalu membuat ekspresi yang sama.

Tidak ingin melihat wajah yang seolah penuh penyesalan itu, Sakura mengulurkan tangannya, memeluk satu satunya keluarga yang ia punya.

Tubuh Sasori terpaku diam, dan Sakura tahu itu. Dia tersenyum manis meski kakaknya itu tidak dapat melihat senyumannya.

"I'm okay."

Sebuah perkataan, yang membuat pewaris Akasuna improsins company itu merasa jatuh ke sebuah lubang tak berdasar.

"Semuanya, kesalahanku."

Raut wajah Sakura yang pucat tampak terkejut, dia melepaskan pelukannya.

Menatap horor pada Sasori, "Hey, This is not your fault. Brother," serunya tidak terima.

Scandal [ END ]Where stories live. Discover now