6. Ribut Masalah Sepatu

250 43 12
                                    

Saat semua orang sudah pulang, kini suasana sekolah sedang sepi, hal itu membuat Nada senang karena kesempatannya sekarang bisa menyelinap masuk ke dalam gudang untuk mengambil sebelah kiri sepatunya yang disita oleh guru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat semua orang sudah pulang, kini suasana sekolah sedang sepi, hal itu membuat Nada senang karena kesempatannya sekarang bisa menyelinap masuk ke dalam gudang untuk mengambil sebelah kiri sepatunya yang disita oleh guru.

Setelah sampai di sebuah pintu besi bertuliskan 'gudang sekolah' Nada berusaha mendorong pintu itu, untung saja pintu tidak di kunci melainkan hanya di engsel saja membuat Nada dengan mudah menerobos masuk kedalam.

Saat masuk kedalam gudang, Nada dibuat sedikit ketakutan melihat isi gudang yang penuh dengan banyak tumpukan barang berususun rapih, walau rapih, tetap saja yang namanya gudang akan selalu membuat rasa yang sangat tidak nyaman bagi seseorang memasukinya, apalagi tidak ada fentilasi udara dan banyak debu, membuat hawa menjadi sangat pengap.

Nada pun menemukan lemari yang dimaksud, dan dengan girang Nada juga melihat ada sebuah karung goni besar yang penuh, persis seperti karung yang dipakai untuk menyita sepatunya.

"Sepatu gua dimana ya... Aishh!" kesal Nada yang sangat terburu-buru mengobrak-abrik sepatu-sepatu yang ada di dalam karung goni.

"Nah... Ketemu! Untung lo ketemu, kalo enggak, ntar gua pulang pake apaan? Sampe rumah entar malah kena marah!"

Tap... Tap....

Terdengar suara langkah kaki dari luar yang mendekat, membuat Nada langsung tegang dengan posisi siap siaga serta takut aksinya mengambil sepatu akan ketahuan oleh siapapun.

Nyit....

Suara pintu terbuka dan cahaya matahari dari luar menerangi ruangan, hal itu membuat Nada tambah takut, hingga perlahan-lahan Nada yang sudah berpasrah langsung membalikkan tubuhnya ke belakang untuk melihat siapa orang tersebut.

Hufttt.

Nada menghembuskan nafasnya saat tak ada siapa-siapa, tapi saat begitu lihat ke samping kirinya....

"AAAAASUWW!" pekik Nada kaget melihat ada seseorang yang ada di sampingnya dengan jarak yang sangat dekat sambil berjongkok menyamai tingginya.

"Dek, kesini mau ngapain?" tanya orang itu yang tak lain adalah Gema.

"Eh... I-itu, mau narok bola basket kesini, soalnya di suruh pak Korim," jawab Nada beralasan dengan terbata-bata membuat Gema tambah curiga.

"Ini kan gudang, bukan ruang olahraga."

Tiba-tiba mata Gema melirik ke arah tangan Nada yang memegang sepatunya di atas pahanya.
"Itu apa?"

Nada pun menunduk melihat ke arah sepatunya yang ia genggam membuat Nada langsung kesal karena ceroboh.

"Sini," tagih Gema dengan tajam.

"Gak!" pekik Nada langsung menyembunyikan sepatunya di sebelah kanannya.

"Kamu itu ya, susah banget diatur! Kalo kamu gak mau sepatunya disita, seharusnya jangan pakai sepatu yang seperti itu, lagian sudah kami diingatkan terus, jangan memakai sepatu selain berwarna hitam."

"Iya gua tau, Cuman masalahnya kalo sepatu ini disita, gua pulang pake apa?" tanya Nada dengan capek.

"Tuhan menciptakan akhlak dan pikiran untuk apa? Ya kamu kan bisa pake sendal dulu atau gimana."

"Gua gak ada sendal!"

"Patahin aja kaki kamu!" semprot Gema dengan ketus.

"Tuhan menciptakan dua kaki untuk di pakai, di rawat, bukan asal mata-matahin!"

"Nah... Itu tau, guna kaki untuk di pakai kan? Sekarang nyeker kamunya."

"Masa iya gua nyeker, Sampe rumah nanti gua di tanya, Ditanya sama orang-orang rumah, kan kesel, udah capek gua di rumah kena marah mulu, ini juga di sekolah juga kena marah, Kenapa sih, hidup gua gini amat!" keluh Nada yang ujung-ujungnya curhat.

"Ya... Jangan salahkan siapa-siapa, itu sih memang salah kamunya."

"Salahin aja terosss, Salahin...! Udah ah, gua capek mau pulang aja ke rumah, males disini lama-lama, kata orang-orang sih bener, di gudang ada setan, ya ini nih setannya, pas juga ada di sebelah kiri!" ketus Nada kemudian berdiri sambil mengibas roknya dari debu.

Saat Nada berdiri, Gema pun ikutan berdiri dengan cepat sambil menatap mata Nada dengan tajam seolah ingin marah. "Kamu itu ya, gak ada sopan-sopannya ya sama Saya. Baru kali ini lho saya nemu anak yang berani dan gak hormat sama saya, hebat!"

"Ya terus? Kalo gua hormat sama lo apa untungnya di gua? Gak ada kan?"

Gema menggelengkan kepalanya kemudian ia berkata. "Dari 999 siswa-siswi di sekolah ini, cuman kamu yang paling berani dengan saya."

"Dan dari 999 siswa-siswi di sekolah ini, cuman lo yang paling gak waras."

"Kamu tuh yang gak waras."

"Dasar ketua OSIS gila hormat!"

"Dari pada kamu? Gila beneran!  baju ala-ala anak jaman sesat di gunting pendek sampe ketat kayak PPKM."

"Lo? Udah Cungkring, stres, gila jabatan, cocok lo jadi koruptor! Masih mudanya aja udah keliatan," remeh  Nada bertubi-tubi seakan ingin membela diri.

"Santai dong kalo ngomong, kamu itu perempuan lho, harus lemah lembut. Kalo kayak gini, kamu semakin cocok kayak sejenis monyet, saya manggil kamu Monyet aja kali ya?"

"Serah lo! Gua pulang!" bentak Nada yang sudah capek karena emosinya terkuras hanya untuk meladeni manusia stres seperti Gema.

Dengan mengehentak-hentakkan kakinya kesal, Nada pergi dari ruangan meninggalkan Gema sendirian yang sedang mengelus dadanya sabar dengan sikap Nada yang sangat menguji kesabaran.

Tapi kekesalannya itu berhenti saat melihat ke lantai, melihat sepatu Nada ketinggalan karena lupa dibawa sang pemiliknya hal itu membuat Gema tertawa geli.
"pftttt... Dasar ceroboh!"

 Dasar ceroboh!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Battle With Senior (END)Where stories live. Discover now