"Apakah tidak apa-apa begini? Kalau kakak Anda tahu kita akan berada dalam masalah."
Aesbral bertanya tak nyaman. Bukan, ia bukan merasa tidak suka pada kehadiran Putri Eliana. Hanya saja, dalam hati ia benar-benar merutuki jalan-jalan malam dadakan ini. Dirinya hanya dipanggil karena sang putri ingin mengucapkan terima kasih secara pribadi. Tapi mengingat kondisinya saat ini, jalan-jalan di tengah udara dingin malam jelas bukan pilihan bagus.
"Ah, kau keberatan? Apa kau lelah? Kalau ingin kembali, tidak apa-apa. Tapi aku memang masih ingin di luar," Eliana menjawab.
Dan itu bukanlah jawaban yang membantu Aesbral sama sekali. Tidak peduli meski Eliana mengatakan itu dengan tulus dan tidak bermaksud menyindir, tapi Aesbral jadi ingin menekan kepalanya.
Jelas tidak mungkin, 'kan, ia pergi begitu saja dari putri kesayangan raja penyihir ini?
"Saya tidak lelah. Saya hanya mengkhawatirkan Anda."
Jelas kata-kata yang tidak pernah Aesbral rencanakan meluncur dari mulutnya. Tapi memang apa lagi yang bisa ia ucapkan? Aesbral sudah katakan mengenai segala kemungkinan. Mulai dari keadaan Eliana yang bisa semakin buruk, sampai Eliano yang pasti akan marah mengetahui ini. Tapi tak satu pun didengarkan.
Barang kali alasan sebelumnya terkesan jelas bahwa Aesbral ingin pergi, jadi ia mengubah caranya dengan mengatakan dirinya khawatir—yang sebenarnya, berapa kalipun Aesbral pikirkan tetap terasa menggelikan.
"Mengkhawatirkanku?"
Mendengar balasan Eliana itu, Aesbral mendelik samar. Batinnya menjerit, Tidak usah diperpanjang! Tapi yang tersuarakan hanyalah, "Ya."
Selanjutnya, Aesbral dibuat bingung oleh tawa Eliana.
"Sebenarnya itu tidak terdengar tulus sama sekali," jawab Eliana membuat Aesbral mendelik sekali lagi. "Tapi kau tidak terlihat membenciku meski ingin segera pergi, 'kan?"
Aesbral mendengus dalam hati. Mungkin memang dia tidak pernah serius menyembunyikan perasaan negatifnya di depan orang lain.
"Saya ingin segera pergi karena sejujurnya, ini waktu latihan saya." Akhirnya Aesbral bicara yang sejujurnya. Tak ada gunanya berbohong. Dan Eliana tidak tampak seperti putri semena-mena yang menggunakan kekuasaan untuk menekan orang. "Dan saya tidak membenci Anda hanya karena sihir ..."
Ucapannya terhenti, Aesbral sadar kata-katanya salah. Tapi yang dilakukan Eliana bukan tersinggung apalagi marah. Dia malah terkikik pelan. "Aku jarang bertemu orang sepertimu, loh. Yang tidak munafik."
Sebenarnya, Aesbral adalah orang yang sangat munafik.
"Kau tampak tidak sadar mengatakannya. Tapi omong-omong, sihirku sudah kembali perlahan-lahan, kau tahu? Sihirku yang ketika kecil hilang akhirnya kembali," Eliana melanjutkan, "Nah, kalau dengan orang sepertimu ini, kau bebas mau mengatakan apapun padaku. Kau tampak seperti pemuda pemarah, kau tak perlu menahannya kalau tidak suka. Karena kau juga tidak membenciku, aku akan menganggapmu teman!"
Oke, teman. Dan yang mengajaknya berteman adalah seorang putri kerajaan. Aesbral bingung harus senang atau berkabung. Sebab berteman artinya dia harus memiliki waktu dengan temannya. Dan bagi Aesbral, tak ada waktu luang yang pantas digunakan selain untuk praktek sihir. Lagipula, apakah pertemanan bisa terjadi berlandaskan rasa tidak benci? Sesungguhnya Aesbral meragukan itu. Tapi dia jelas tidak bisa menolak.
"Saya tidak menolak. Tapi sejujurnya saya ragu apa saya bisa membagi waktu untuk berteman." Aesbral katakan yang sejujurnya karena Eliana mengatakan untuk tidak menahannya.

VOCÊ ESTÁ LENDO
the Castle
Fantasia[Fantasy-Siblinghood-(Minor)Romance] ||Follow sebelum membaca ya, guys. Terima kasih^_^|| _____ Vyradelle tidak tahu harus menyebut dirinya apa. Dia tinggal di sebuah kastel tua, hidup selayaknya tuan putri, tapi tak ada rakyat untuk dipimpin. Sendi...