Ch 16.

2.3K 357 277
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Summary : Di bawah cahaya bulan dengan termenung Haruto masih bertaya tanya, kenapa langit mengirimnya ke dunia ini. Dia harusnya mati karena bunuh diri harus hidup kembali di tubuh menyedihkan pangeran ketiga Kerajaan Nippon yang sering di sebut juga pangeran terkutuk.

Sampai matanya bertatapan dengan mata hitam yang begitu di kenalnya. Mata kekasih yang begitu dia cintai dan harus mati karena melindungi ambisi Haruto, Park Jeongwoo Putra mahkota Kerajaan Goryeo.

Haruskah dia kembali pada ke gilaan nya dan menghalalkan segala cara membuat Jeongwoo jatuh cinta, atau harus merelakan pemuda yang dia cintai hidup bahagia di dunia ini tanpa kehadiran Haruto.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Meski di luar terlihat khawatir nyatanya Haruto justru tertawa keras di dalam hati, akhirnya dia bisa melihat Nari menerima rasa sakit berkali kali lipat lebih dari apa yang Haruto terima.

Setiap teriakan kerasnya -mampu membuat Haruto tersenyum samar. Saking samarnya tidak akan ada seorangpun yang tau jika dia merasa senang atas penderitaan wanita hamil itu, salah sendiri memilih lawan yang salah dengan menentang Haruto.

Seseorang yang pintar menggunakan racun, tergolong sangat berbahaya kau tidak akan tahu kapan mereka memberikanmu racun. Kecuali saat racun itu telah bekerja menyebar ke seluruh tubuh, hingga akan sangat sulit untuk menciptakan atau bahkan sekedar meringankan rasa sakit dari racun.

"Jewuuu."panggil Haruto takut dengan mata berkaca kaca, dia menarik pelan lengan sang suami untuk menarik perhatiannya.

"Kenapa hm?"bisik Jeongwoo sambil mendekatkan kepalanya pada Haruto, agar bisa mendengar bisikan lirih dari sang istri.

"Aku takut."ucap Haruto pelan hampir menangis saat teriakan demi teriakan Nari terus terdengar.

"Ayo kembali."ajak Jeongwoo tegas sembari menutup mata Haruto, dia tidak ingin sang istri secara terus menerus melihat pemandangan mengerikan di depan sana.

"Putra mahkota kau mau kemana?"tanya Hana selaku permaisuri begitu melihat Jeongwoo menarik tangan Haruto, dan berniat pergi keluar dari kamar Nari.

"Haruto harus beristirahat permaisuri."jawab Jeongwoo tenang.

"Di saat seperti ini kau masih memperdulikan dia? Nari tengah sekarat, wanita yang mengandung anakmu hampir meregang nyawa dan kau lebih memilih memperhatikan lelaki lemah ini."ucap Hana marah, suara kerasnya mampu mengambil perhatian semua orang.

Membuat fokus semua orang pada Nari terpecah, mereka melihat ke arah Haruto yang berdiri gemetar di sisi Jeongwoo. Sedangkan putra mahkota Goryeo itu terlihat menatap datar pada permaisuri.

"Kalian yang menginginkan pernikahan ini, yang aku cintai hanya Haruto. Jadi jangan salahkan aku jika menjadi tidak perduli."jawab Jeongwoo datar sambil menarik tubuh gemetar Haruto masuk kedalam dekapannya.

"Park Jeongwoo."panggil Raja dengan nada marah yang kentara, di sini ada banyak sekali keluarga kerajaan serta menteri Choi ayah dari Nari langsung.

"Ayahanda melakukan hal yang sama, maka jangan salahkan aku jika mengikuti anda."ucap Jeongwoo sambil tersenyum miring sebelum membungkuk dalam lalu menarik tangan Haruto pelan, untuk pergi dari ruangan yang penuh dengan orang orang memuakkan.

Dunia Yang Berbeda - JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang