Indahnya Duka

14K 1.3K 174
                                    

"Jadi, beneran nggak bersalah?" tanyaku memastikan lagi.

"Bukan anaknya Sadewa, yang jelas," simpul Miss Fani. "Tapi bukan berarti mereka nggak pernah gituan," tambahnya lagi, tapi kali ini dengan senyuman main-main di wajahnya.

"Ah, Miss, mah gitu... Yang bener..." rajukku.

"Ya, siapa yang tahu kan?" melihat wajahku yang masih cemberut, Miss Fani akhirnya berhenti. "Saya rasa, sih, tidak."

Akhirnya aku bisa bernapas lega. Menurutku juga, tidak. Terserah kalau aku memang bias atau bodoh. Pokoknya tidak.

"Mungkin dia nuduh Sadewa biar bebas dari hukumannya."

"Maksudnya, Miss?" Hukuman apa?

"Kalau benar itu bayi Brendo, dua-duanya akan dikeluarkan dari sekolah karena pelanggaran asusila. Kalau misalnya dia nuduh Sadewa, dia yang jadi korban pelecehan seksual, pasti akan dilindungi oleh sekolah. Dan tidak akan dikeluarkan."

Aku mencerna baik-baik dugaan Miss Fani. Jadi itu motif Lisa?

"Jadi dia bisa melindungi dirinya dan Brendo."

Sampai sejauh itu Lisa berani berbohong?

"Untungnya, dia udah hamil duluan bahkan sebelum Sadewa mulai ngajar di sini. Jadi tuduhannya bisa dipatahkan dengan kalkulasi usia kehamilan."

Aku mengangguk paham. "Padahal Rian udah viralin kasus ini..."

"Pasti malu sekali sih, keluarganya," tambah Miss Fani lagi. "Sadewa rencana mau resign dari sekolah, coba kamu hubungi lagi orangnya."

Aku mengangguk, membuat catatan pengingat dalam otakku. Kemarin pun, dia sendiri yang bilang akan keluar. Tapi dia juga bilang akan pergi. Semoga yang ia maksud, bukan tentang hubungan kita.

"Sudah sana, balik kelas," perintah Miss Fani.

Aku menunduk dan setengah membungkukkan badanku. "Terima kasih banyak, Miss," pamitku sebelum pergi.

Di kelas aku langsung di todong oleh Mia dan Serina. "Gimana, Lan? Kamu ngapain dipanggil?"

Sekarang aku mengerti kenapa Rian juga tidak masuk sekolah seperti Lisa. Dia sendiri juga sudah dibohongi oleh kembarannya. Kalau kekesalanku pada Lisa sudah segunung, mungkin tidak bisa dibandingkan dengan kekesalan Rian pada Lisa. Tapi tetap saja, hasratku untuk membanting keduanya belum hilang setelah mendengar cerita Miss Fani.

"Kayaknya itu bayinya Brendo," aku mengawali ceritaku pada Mia dan Serina.

"Hah, bukannya mereka putus?" timpal Serina. Tuh, kan. Kami saja tidak tahu apa mereka putus atau sedang marahan atau masih bersama. Aku yang awalnya hanya ingin menceritakan pada Mia, akhirnya harus menceritakan ulang semuanya pada Serina. Tentang aku dan Pak Sadewa. Kami sudah bukan rahasia lagi.

"Kamu dengan Pak Sadewa?" Serina menutup mulutnya yang menganga lebar. "Se. Ri. Us?"

Sejak dulu aku punya keinginan membanggakan pacarku di depan teman-temanku. Tapi kalau seperti ini, aku saja tidak tahu kejelasan status hubungan kita berdua.

"Cocok sih Lan," imbuh Serina lagi. "Pantesan perhatian banget sama kamu. Inget ga sih, waktu kamu mau muntah di kelas di jamnya dia. Langsung dikejar ke kamar mandi, coba. Kelas langsung berhenti, ga dilanjutin sama doi. Aaaa so sweet banget..."

Telat banget nih orang.

"Rin, kamu ternyata tidak cukup pintar untuk menebak hubungan rahasia mereka," Mia terkekeh. "Aku juga kalo nggak diceritain juga ga bakal tau sih, hehe."

Distorsi Kuasa ✔️Where stories live. Discover now