Suamiku Sakit Apa?

11.6K 933 15
                                    

"Aku tidak akan ke sana," jawab Samir.

"Samir jangan gitu dong, Ayahmu selalu menghubungi saya mengenai pengobatanmu, selama kamu menikah kamu tidak pernah kontrol lagi, apa kamu yakin hal itu tidak akan muncul lagi? dan kamu tidak takut akan lepas kendali kepada istrimu?" ucap perempuan itu ternyata Dokter yang menangani Samir.

"Tidak akan, aku yakin,"

"Obatmu habiskan? datanglah ke klinik saya untuk mengambil obat, supaya Ayahmu juga tidak khawatir, kamu seharusnya masih selalu terapi ke klinik, terakhir kali saat terapi kamu kan," belum selesai dokter menyelesaikan pembicaraanya, Samir langsung menutup teleponnya, dan terduduk di kasur sambil memegangi kepalanya, dia juga melihat kemeja kecil disebalah kasurnya, berjejer botol obat yang sudah tidak ada isinya, dia benar-benar kehabisan obatnya.

Kepala Samir terasa sakit sekali, napasnya terasa sesak sekali akibat ucapan dokternya yang mengingatkan saat terakhir kali dia terapi, belum lagi obatnya habis, dia tidak bisa menenangkan dirinya. Inilah yang dokter dan ayahnya khawatirkan. Sebnarnya Samir sangat membutuhkan terapi dan obat, mengingat kondisinya yang memang sangat butuh pemulihan.

Una masuk ke kamarnya, dia sama sekali tidak ingin ambil pusing mengenai ucapan Samir yang sangat tidak mengenakan hatinya, sambil menunggu adzan isya, dia membaca Al quran.

Adzan isya sudah selesai berkumandang, Una langsung berdiri untuk menunaikan sholat, tapi dia tidak mendengar suara pintu, biasanya Samir pasti sudah pergi ke masjid, atau mungkin dia tidak terdengar, Una pun langsung sholat.

Saat melakukan sholat terdengar jelas suara seperti barang besar jatuh di kamar Samir, belum lagi terdengar juga seperti suara Samir yang menahan sakit, namun Una tetap harus fokus dengan sholatnya, selesai sholat dia langsung keluar kamar dan berdiri di depan pintu kamar Samir ingin memastikan apa sesuatu terjadi, dia ragu untuk masuk langsung ke kamar Samir, tetapi terdengar jelas suara Samir yang seperti kesakitan.

"Mas Samir? apa terjadi sesuatu?" teriak Una dari depan pintu kamar Samir, namun tidak mendapat jawaban dari suaminya.

"Mas maaf ya Una masuk," ucap Una dengan gemeteran menyentuh gagang pintu kamar Samir. saat dia buka terlihatlah kamar Samir yang berantakan, dan Samir yang mengaruk tubuhnya sampai terluka, membuat Una sangat terkejut dan langsung berlari mendekati Samir.

"YaAllah mas, mas kenapa?" ucap Una menghentikan tangan Samir yang melukai dirinya, belum lagi wajahnya yang pucat dan keringat dingin.

"Pergi sana," Samir berdiri dan dengan kasar mendorong Una.

Sementara Una benar-benar bingung melihat Samir yang sangat berbeda dengan apa yang dia kenal, namun dia berusaha tidak takut, dan tetap mendekati Samir, rasa khawatirnya lebih besar dari pada rasa takutnya.

Una memegangi tangan Samir lagi, dan kali ini dia mencoba berani menatap mata Samir, padahal selama ini dia tidak pernah berani.

"Istighfar mas, Astaghfirullahaladzim," ucap Una lembut untuk menenagkan suaminya, namun tidak mempan dia tetap menepis dan mendorong Una dengan sangat kasar, benar-benar bukan seperti Samir yang Una kenal.

"Aw," rintih Una kesakitan karena didorong oleh Samir.

Dia bangkit lagi dan menarik Samir dengan susah payah untuk duduk di kasur.

"Mau ngapain kamu!" bentak Samir.

"Istighfar mas, dosa hukumnya dzholim sama diri sendiri," ucap Una melihat Samar yang terus mengaruk lengannya.

"Ingat Allah mas," ucap Una, membuat kepala Samir seperti memutar ingatannya saat di ingatkan kepada Allah, sakit kepalanya pun kembali menyerang kepalanya.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang