Mengajak Pacaran?

9.9K 905 25
                                    

"Beri saya waktu untuk memikirkannya, untuk sekarang kita cukup hidup berdampingan dengan damai saja." ucap Samir.

"Ikuti saja apa yang mas Samir inginkan sekarang, toh sekarang sudah ada kemjuan lebih baik dalam komunikasi kami," pikir Una.

"Baiklah mas, Una sudah selesai makan." ucap Una lalu meletakan mangkok kotornya dan ingin mencucinya, tapi Samir langsung menahannya.

"Biar saya saja, kamu lanjut istirahat." ucap Samir.

"Gapapa Una mau," ucap Una terputus.

"Masuk Una," ucap Samir.

"Iya mas," jawab Una dan langsung masuk ke kamar.

Sampai dikamar dia baru sadar ada tugas kuliahnya yang belum terselesaikan karena kemarin sibuk mengurus Humaira, dia pun mengerjakannya dengan serius.

Sementara Samir membereskan dapur yang sangat berantakan, tiba-tiba ponselnya masuk notif.

TRING

Karin: Assalamualaikum pak, saya sudah sampai dirumah terimakasih untuk pertolongannya hari ini saya benar-benar merasa terselamatkan oleh pak Samir, terimakasih banyak pak.

Isi pesan dari Karin, untuk pertama kalinya dia memberanikan diri mengirim pesan kepada Samir diluar pembahasan perkuliahan.

Dua jam kemudian Samir baru selesai membereskan dapur yang tadinya seperti kapal pecah sekarang sudah rapi kembali, dia duduk disofa ruang tengah untuk beristirahat sebentar sambil membuka ponselnya dan membaca pesan dari Karin.

pak Samir: Waalaikumssalam.

Jawab Samir sangat singkat, karena dia memang tidak suka harus berinteraksi dengan perempuan apalagi mahasiswanya secara berlebihan, dia menolong Karin hanya karena saat melihat Karin mau bunuh diri, mengingatkanya kepada dirinya yang dulu.

"Hufft kenapa balesnya singkat banget, masa cuma jawab salam doang. Semakin bikin penasaran saja, gimana ya cara menaklukan laki-laki super dingin ini." gumam Karin.

Samir masih melihat ponselnya, tiba-tiba Una keluar dari kamarnya dengan sangat tergesa-gesa dan menghampiri Samir.

"Mas maaf, Una lupa membeli buku yang mas tugaskan, sudah jam segini toko buku udah gak ada yang buka gimana dong mas," ucap Una terlihat gelisah.

Samir berdiri masuk ke kamarnya mengambil buku, lalu memberikannya kepada Una.

"Kenapa harus beli, kalau saya punya kamu tinggal minta." ucap Samir.

"Makasih mas," ucap Una.

"Tugasnya sama sekali belum kamu kerjakan?" tanya Samir sebelum Una melangkah ke kamar, lalu Una menjawab dengan mengelengkan kepala.

Samir melihat jam sudah menunjukan pukul setengah 12 malam, dia juga melihat tangan Una yang masih terluka, sedangkan tugas yang Samir berikan harus ditulis tangan tidak boleh diketik.

"Kerjakannya besok saja," ucap Samir.

"Mana bisa, besok kan harus dikumpulkan." jawab Una.

"Tangan kamu masih sakit, lagi pula kamu juga bisa mengumpulkan tugas kapanpun." ucap Samir.

"Emang boleh seperti itu?" tanya Una dengan polosnya.

"Saya dosennya, dan saya membolehkan."ucap Samir.

"Apa ngga curang seperti ini?" tanya Una.

"Kompensasi sebagai istri dosen, tapi ini hanya karena kondisi tanganmu yang terluka ya. Selanjutnya jangan melalaikan tugas dari saya." ucap Samir.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang